Kamis, 10 Juni 2021

 

Covid-19 pada Anak Penyandang Penyakit Jantung

Sukman Tulus Putra  ; Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Ketua Umum Perhimpunan Kardiologi Anak

KOMPAS, 08 Juni 2021

 

 

                                                           

Pandemi Covid-19 disebabkan sindrom infeksi akut pernapasan virus korona (SARS-Cov-2) yang berasal dari Wuhan, China, pada Desember 2019, telah menyebar dengan cepat secara global ke seluruh penjuru dunia. Penyakit ini menyerang semua umur, termasuk bayi, anak dan remaja serta orang dewasa dan usia lanjut.

 

Meskipun gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dibandingkan orang dewasa, kita tetap harus waspada terhadap infeksi Covid-19 pada anak. Ada sebagian kecil anak penderita Covid-19 dengan manifestasi klinis berat atau kritis yang dapat menimbulkan kematian.

 

Dilaporkan oleh Dong dkk (2020), sekitar 5 persen anak sama sekali tak bergejala (asimtomatik) dan 55 pesen dengan gejala ringan seperti infeksi saluran napas bagian atas, 40 persen sedang dengan gambaran pneumonia pada pemeriksaan foto rontgen dan kurang dari 1 persen merupakan kelompok yang kritis dengan gagal napas dan syok yang perlu perawatan di ruang rawat intensif (ICU).

 

Gejala klinis pada anak meliputi panas, batuk, sesak napas dan lemas. Gangguan pencernaan seperti muntah, diare dan sakit perut ditemukan pada 8-10 persen kasus Covid-19 anak. Ini perlu diketahui dan diwaspadai oleh tenaga medis maupun orangtua dan anggota keluarga.

 

Gejala klinis pada anak lebih ringan dibanding orang dewasa yang secara teori bisa diterangkan karena lebih rendahnya jumlah reseptor ACE2 tempat terikatnya virus SARS-CoV-2. Klasifikasi atau pembagian berat ringannya penyakit ini pada anak ada beberapa tingkatan.

 

Mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), ringan dengan gejala demam, batuk, lemas, sedang berupa pneumonia dan sesak, berat yang meliputi panas, batuk dan sesak napas serta kelihatan biru karena penurunan kadar oksigen dalam darah sampai kurang dari 92 persen; kemudian kelompok yang kritis, ditandai gagal napas dengan komplikasi pembekuan darah dalam pembuluh darah, syok gagal jantung atau gagal ginjal.

 

Secara global, prevalensi Covid-19 pada anak lebih rendah secara bermakna dibandingkan orang dewasa. Di China dilaporkan oleh Wu dan McGoogan terdapat 1,2 persen kasus berumur kurang dari 19 tahun: 0,9 persen berumur kurang dari 10 tahun dan 1,3 persen berumur 10-19 tahun. Umumnya di banyak negara proporsi kasus Covid 19 pada anak dan remaja 1-5 persen. Di Italia, hanya 1,2 persen dari sekitar 22.500 kasus.

 

Di Australia 1 persen dari semua kasus berumur kurang dari 10 tahun dan 3 persen berumur 10-19 tahun. Namun di Indonesia, Yogi Prawira dari Satgas Covid-19 IDAI melaporkan proporsi Covid-19 pada anak kurang dari 18 tahun 12,4 persen dari seluruh kasus yang berjumlah lebih dari 1,6 juta kasus. Ini berarti terdapat sekitar 200.000 anak dan remaja di Indonesia terinfeksi Covid-19 dengan angka kematian 0,9 persen atau 45 kali lebih tinggi dari Amerika Serikat yang angka kematiannya hanya 0,02 persen.

 

Komorbiditas

 

Seperti pada orang dewasa, anak yang terinfeksi Covid-19 akan punya risiko menjadi berat bila terdapat penyakit penyerta (komorbiditas) seperti diabetes, penyakit paru kronik, kelainan jantung dan beberapa komorbiditas lain seperti penyakit ginjal, hipertensi serta penyakit paru osbtruktif termasuk asma.

 

Penelitian yang dipublikasi pada JAMA (2020) menunjukkan anak dengan komorbiditas, khususnya kelainan jantung yang kompleks, berisiko tinggi untuk menjadi kritis. Sekitar sepertiga anak dengan penyakit penyerta saluran cerna memerlukan operasi lambung (gastrostomi) dan operasi usus halus. Obesitas pada anak seperti juga pada orang dewasa, berhubungan dengan beratnya kondisi anak yang terinfeksi Covid-19.

 

Pada April 2020, badan pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa penyakit paru kronik termasuk asma merupakan penyakit penyerta yang cukup banyak (50 persen), diikuti penyakit kardiovaskular/jantung (31 persen) dan pasien yang memperoleh terapi imunosupresi (12,5 persen). Selain itu dilaporkan 83 persen pasien yang berumur di bawah 21 tahun harus dirawat di ICU karena komorbiditas.

 

Sebagian besar penyakit jantung pada anak adalah penyakit jantung bawaan (PJB) di samping penyakit jantung yang didapat seperti penyakit jantung reumatik (PJR) dan akibat infeksi lain. Sekitar 30 persen dari penyakit bawaan pada bayi merupakan penyakit jantung bawaan di samping penyakit bawaan lain. Setiap tahun di Indonesia lahir sekitar 45.000 bayi dengan PJB, dari yang ringan sampai berat dan kompleks.

 

Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran saat ini telah memungkinkan sebagian besar anak penyandang PJB punya harapan hidup lebih baik setelah dilakukan koreksi bedah atau intervensi (koreksi non-bedah) sehingga bisa hidup sampai usia dewasa. Namun demikian, mereka sangat rentan dan berisiko mengalami infeksi virus saluran napas, termasuk infeksi Covid-19, khususnya PJB yang berat dan kompleks.

 

Meskipun anak yang menderita Covid-19 menunjukkan gejala yang ringan dibandingkan orang dewasa, mulai dari gejala flu sampai tak bergejala sama sekali, tetapi anak penyandang PJB bila terinfeksi Covid-19 dapat serius dan berat karena komplikasi terhadap jantung atau sistem kardiovaskular. Pada kondisi ini dapat terjadi kekurangan oksigen dalam darah (hipoksemia) dan gangguan aliran darah pada jaringan tubuh.

 

Selain itu Covid-19 pada pasien dengan PJB yang kompleks dapat meyebabkan gangguan kontraktilitas otot jantung, peningkatan tekanan darah di paru yang akan mengakibatkan keadaan kritis. Organisasi Jantung Bawaan Inggris (British Congenital Cardiac Association), menyatakan, pasien PJB yang kompleks berada pada risiko Covid-19 yang berat. Komplikasi yang bisa terjadi berupa gagal jantung, gangguan irama jantung (aritmia) dan stroke. Ini penting diperhatikan, terutama para orangtua anak penyandang PJB serta para dokter/tenaga kesehatan lain.

 

Apa yang harus dilakukan

 

Banyak penelitian yang telah menekankan pentingnya pencegahan terhadap infeksi Covid-19 pada anak termasuk anak penyandang penyakit jantung. Deteksi dini dan skrining terhadap SARS-CoV-2 yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun orangtua merupakan kunci untuk terhindar dari penyakit yang mengancam jiwa ini. Bersamaan dengan itu anak dan remaja penyandang PJB harus memperoleh edukasi yang cukup untuk mengenali gejala dan tanda Covid-19.

 

Juga penting mematuhi protokol kesehatan yang meliputi menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker serta menghindari kerumunan, terutama ketika nanti mereka kembali ke lingkungan sekolah. Kerja sama antara guru dan orangtua serta pihak lainnya mutlak diperlukan. Anak-anak dan remaja di negeri ini adalah aset bangsa yang perlu perhatian dan dijaga kesehatannya. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar