Sektor
Pertanian dan Janji Politik
Kadir ; Bekerja di BPS
|
TEMPO.CO,
24 Maret 2014
Pada
masa kampanye ini, nyaris semua partai politik (parpol) kembali mengumbar
janji untuk memajukan sektor pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Hal ini setidaknya didasari oleh dua alasan utama. Pertama, sektor pertanian
memiliki peran yang sangat penting dan menentukan, baik dalam soal pangan
maupun ekonomi. Komitmen untuk memajukan sektor pertanian dan meningkatkan
kesejahteraan petani merupakan bukti bahwa parpol punya keberpihakan terhadap
rakyat kecil.
Kedua,
potensi dukungan politik yang bisa diraup dari mereka yang secara struktural
menggantungkan hidup pada sektor pertanian sangat besar. Hasil Sensus
Pertanian 2013 mencatat, jumlah rumah tangga yang menggantungkan hidup pada
kegiatan usaha tani (rumah tangga tani) mencapai 26,13 juta rumah tangga.
Bisa
dibayangkan, bila di setiap rumah tangga tani terdapat tiga orang yang memenuhi
syarat untuk menggunakan hak pilih, ada sekitar 79 juta potensi suara yang
bisa didulang oleh parpol. Angka ini sekitar 40 persen dari 186 juta potensi
suara yang diperebutkan di dalam pemilihan legislatif maupun pemilihan
presiden.
Soal
peran penting sektor pertanian bagi perekonomian tak bisa disangkal lagi.
Terlalu banyak indikator statistik yang bisa disajikan untuk menguatkan
proposisi ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah angkatan kerja
nasional pada 2013 mencapai 118,2 juta orang. Dari jumlah ini, penyerapan
tenaga kerja di sektor pertanian sepanjang 2013 berfluktuasi di kisaran 40
juta orang.
Sayangnya,
dewasa ini, beban sektor pertanian kian berat. Sektor ini tak hanya
menanggung surplus tenaga kerja, tapi juga kemiskinan. Secara faktual,
kemiskinan masih berpusat di sektor pertanian. Dari total jumlah penduduk
miskin 28,55 juta orang pada September 2013, mayoritas ada di desa, dan itu
ada di sektor pertanian.
Karena
itu, jika pemerintah ingin meningkatkan bobot pertumbuhan ekonomi dan
mengentaskan kemiskinan, sektor pertanian adalah kuncinya. Pendapatan dan
daya beli pekerja di sektor pertanian harus ditingkatkan.
Celakanya,
selama ini janji politik untuk memajukan sektor pertanian dan meningkatkan
kesejahteraan petani yang diumbar saat kampanye hanya sekadar janji untuk
meraih dukungan dan simpati politik. Realisasinya jauh panggang dari api.
Petani acap kali hanya menjadi komoditas politik. Setelah kursi kekuasaan
berhasil direngkuh, nasibnya dilupakan.
Tak
sulit untuk memberi konfirmasi mengenai hal ini. Apa yang terjadi sepanjang
satu dasawarsa terakhir sudah cukup memberi bukti. Kita tahu, rezim berkuasa
saat ini telah mengumbar seabrek janji untuk memajukan sektor pertanian dan
meningkatkan kesejahteraan petani. Namun apa hasilnya? Bukankah petani tetap
miskin, dan kinerja sektor pertanian jauh dari mengesankan?
Janji
swasembada sejumlah komoditas pangan strategis, seperti beras, jagung,
kedelai, daging, dan gula, tak terbukti. Impor pangan pun terus melambung.
Statistik menunjukkan, impor tujuh komoditas pangan utama (gula, kedelai,
jagung, beras, bawang merah, daging sapi, dan cabai) mengalami peningkatan
rata-rata 58 persen dalam 10 tahun terakhir.
Tak ada
yang salah bila parpol mengumbar janji untuk memajukan sektor pertanian dan
meningkatkan kesejahteraan petani. Tapi yang perlu dicamkan, rakyat butuh
bukti, bukan pepesan kosong!
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar