Nyepi
Mengintip Saldo “Rekening” Kehidupan
I Ketut Parwata ; Sekretaris
Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia
|
KORAN
SINDO, 29 Maret 2014
Hanya
atas kasih-Nya Hanya atas kehendak-Nya Kita masih bertemu matahari Kepada
rumpun ilalang Kepada bintang gemintang Kita dapat mencoba Meminjam
catatan-Nya Sampai kapankah gerangan Waktu yang masih tersisa
Syair
lagu Masih Ada Waktu ciptaan Ebiet G Ade di atas mengingatkan kita bahwa
”waktu” adalah mutlak milik Tuhan Yang Mahakuasa. Bilakah kita memulai dan
mengakhiri keberadaan kita, sepenuhnya menjadi kehendakNya. Yang Mahakuasa
pula yang memegang catatan ”rekening” atas perilaku dan perbuatan setiap
orang. Setiap orang, bahkan setiap makhluk hidup, memiliki catatan atas
perbuatan (karma) dan hasil perbuatannya (karmaphala)
sebagai sebuah hubungan sebab akibat.
Perbuatan
baik akan mendatangkan pahala yang baik, sedangkan perbuatan yang tidak baik
pasti mendatangkan pahala yang juga tidak baik. Sisa atau saldo hasil perbuatan
(karmaphala) setiap makhluk berupa sancita karmaphala akan menjadi
takdirnya dalam kehidupan berikutnya. Dalam pandangan Hindu, kelahiran
sebagai manusia sungguh sangat utama. Manusia yang dibekali dengan tri pramanaya itu budhi (nurani), manah (pikiran),
dan ahamkara (naluri) dalamdirinya
memiliki kekuasaan untuk merancang masa depannya.
Selain
itu, manusia juga diberi kekuatan dan kemampuan berupa bayu (hidup, bertumbuh,
dan berkembang), sabda (berkomunikasi), dan idep (kesadaran). Hanya makhluk
yang berbudi dan berkesadaran yang memiliki kemampuan untuk mengingat dan
mencermati perjalanan hidupnya yang tercatat dalam ”rekening” tersebut.
Dengan meminjam catatan ”rekening” yang ada, kita dapat mengintip berapa
besar saldo yang akan menjadi bekal kita menuju keabadian.
Kesempatan
terbaik untuk meminjam dan mengintip saldo ”rekening” kita adalah saat
mengakhiri dan memulai satu putaran waktu. Karena itu, menjadi sebuah
keniscayaan bagi umat Hindu untuk menggunakan satu hari khusus dalam satu
tahun sebagai waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi, refleksi, dan
retrospeksi atas perjalanan hidup kita selama satu tahun terakhir sekaligus
membuat resolusi untuk satu tahun ke depan.
Hal
tersebut tentu akan berjalan dengan baik manakala dilakukan dalam suasana
tenang, hening, dan sepi. Untuk itulah, umat Hindu melakukan Nyepiselama
sehari penuh dalam mengawali kedatangan tahun baru yaitu Tahun Saka. Nyepi
dengan berbagai rangkaian kegiatan ritualnya sejak melasti/melis/mekiis, mecaru/tawur/tawur agung, nyepi, dan dharma
santi merupakan sadhana atau disiplin diri yang bertujuan untuk menjaga dan
meningkatkan kesucian diri (bhuwana
alit) dan lingkungan alam semesta (bhuwana
agung).
Penyucian
diri adalah proses pendakian spiritual. Dengan menjaga kesucian diri dan
lingkungan, niscaya akan tercapai harmonisasi antara manusia-alam- Tuhan Yang
Maha Esa sebagai tiga penyebab kebahagiaan (tri hita karana).
Nyepi
yang dilaksanakan dengan catur brata (amati
gni–– tidak menyalakan api/lampu, amati
karya––tidak melakukan pekerjaan fisik, amati lelungaan–– tidak bepergian, dan amati lelanguan–– tidak menikmati hiburan) serta upawasa–– tidak makan dan minum, mona–– tidak berbicara, dan jagra–– tidak tidur selama sehari
penuh dimaksudkan sebagai cara untuk mengevaluasi perjalanan hidup kita
selama satu tahun terakhir sebelum memasuki tahun baru.
Setelah
melakukan perenungan, sejenak menoleh ke belakang dan mawas diri (mulat sarira), kita kembali menatap
masa depan dengan penuh harapan bahwa apa yang telah dicapai pada tahun yang
lalu akan menjadi jauh lebih baik pada tahun yang akan datang sehingga saldo
”rekening” kita semakin bertambah.
Harapan
itu tentu tidak mudah untuk diwujudkan. Harihari ke depan akan semakin berat
dengan semakin besar tantangan, rintangan, dan godaan yang mengiringi
perjalanan hidup umat manusia. Godaan materi dan kekuasaan kadangkala
melemparkan umat manusia ke jurang kenistaan. Dengan menghalalkan segala
cara, manusia berebut kekuasaan yang menjanjikan gelimang harta dan materi.
Oknum
penguasa dengan berbagai cara berusaha mengambil sebanyak-banyaknya, termasuk
yang bukan menjadi haknya. Korupsi dalam berbagai bentuk dan modus semakin
menyebar. Kendati demikian, meski dalam keadaan dan situasi yang semakin
sulit, hendaknya kita tetap berusaha untuk senantiasa eling lan waspada,
dengan landasan moral, etika, dan agama hendaknya mampu memilah mana yang
benar dan mana yang tidak benar, mana yang hak dan mana yang batil, kemudian
dengan keberanian yang kita miliki, kita dengan penuh kesadaran memilih yang
benar (dharma) dan meninggalkan yang tidak benar (adharma).
Momentum
Nyepi
hendaknya dijadikan sebagai kesempatan terbaik untuk bertransformasi menjadi
lebih baik dan lebih baik lagi, bagaikan ulat yang mampu mengubah dirinya menjadi
kupu-kupu yang indah dan menawan agar catatan ”rekening” kita senantiasa
bertambah baik.
Ajaran
Hindu tidak melarang umatnya untuk memiliki harta (artha) dan memenuhi keinginan-keinginannya (kama) karena sesungguhnya tubuh ini sarana untuk mendapatkan
harta dan keinginan tersebut sebagaimana dinyatakan di dalam kitab Sarasamuscaya, dharmartakamamoksanam
sariram sadhanam. Namun, upaya, usaha, dan cara pemenuhan tersebut harus
berlandaskan dharma agar harta dan kama yang diperoleh membawa kita kepada
kebahagiaan sejati (moksa).
Demikian
pula, bagi umat Hindu yang sedang mendapat kepercayaan sebagai penguasa,
hendaknya kekuasaan tersebut digunakan semata-mata sebagai wahana pengabdian
dan pelayanan kepada sesama manusia, masyarakat, bangsa, dan negara.
Akhirnya, kepada umat Hindu di mana pun berada, mari kita tinggalkan Tahun
Saka 1935 dengan berbagai romantikanya dan kita sambut Tahun Saka 1936 dengan
penuh harapan dan optimisme.
Seperti
lagu Ebiet G Ade tersebut di atas, kita tidak dapat menjawab, sampai kapan
waktu yang masih tersisa bagi kita untuk menambah saldo ”rekening” yang kita
miliki. Untuk itu, mari gunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya dengan
mengaktualisasikan nilai-nilai Nyepi/Tahun Baru Saka seperti toleransi,
persaudaraan, kebersamaan, dan penghargaan terhadap perbedaan dalam kehidupan
sehari-hari.
Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936, semoga
semua makhluk berbahagia (sarwa prani
hitangkarah). ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar