Tunas
Indonesia dari Ujung Halmahera
Fanny Henry Tondo ; Peneliti
Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (PMB-LIPI), Jakarta
|
SINAR
HARAPAN, 29 Maret 2014
Mendengar
kata “Halmahera”, barangkali ada di antara pembaca yang belum mengenalnya.
Halmahera merupakan sebuah pulau berbentuk mirip huruf K, berada dalam
wilayah administratif Provinsi Maluku Utara. Ada beberapa kabupaten di pulau
ini. Salah satu di antaranya Halmahera Utara (Halut).
Kabupaten
ini merupakan wilayah remote atau jauh, baik dari ibu kota negara maupun ibu
kota provinsi, Sofifi. Tetapi, posisinya memiliki nilai tawar yang tinggi
karena berada di bibir Pasifik, berhadapan langsung dengan negara-negara di
relung Pasifik, apalagi negara-negara ASEAN. Artinya, Halut memiliki nilai
geostrategis yang patut diperhitungkan, di samping kaya sumber daya alamnya.
Sayangnya,
hal ini belum didukung sumber daya manusia (SDM) yang memadai dan kompetitif.
Indikatornya adalah indeks pembangunan manusia (IPM)-nya yang relatif rendah,
69,98 (BPS 2012). Ini berada di bawah rata-rata nasional, 73,29.
Padahal,
untuk mewujudkan Indonesia yang tangguh dan maju, dibutuhkan manusia yang
cerdas dan berdaya saing tinggi. Itu dapat diawali dengan memperkuat
kemampuan anak melalui pendidikan anak usia dini (PAUD).
Keikutsertaan
anak sebagai tunas bangsa dalam PAUD dapat menjadi dasar yang kuat dalam
mengembangkan diri menghadapi tahapan sekolah yang lebih tinggi.
Hal
tersebut karena PAUD memberikan stimulus pendidikan bagi anak yang sesuai
tahapan tumbuh kembangnya pada usia prasekolah (3-5 tahun). Melalui
PAUD, sang anak dapat diperkenalkan
dengan nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, kedisiplinan, dan nilai-nilai
positif lain.
Profil PAUD di Halut
Berdasarkan
data Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
(Ditjen PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada 2013,
dari 197 desa yang ada di Halut, jumlah desa yang memiliki PAUD baru 112.
Artinya, masih ada 85 desa yang belum memilikinya. Hanya dua kecamatan yang
sudah memiliki PAUD di setiap desanya, yaitu Kecamatan Tobelo Timur dan
Galela Barat.
Kecamatan-kecamatan
lainnya belum mencapai target 100 persen, seperti kedua kecamatan tadi.
Kecamatan Kao dan Kao Teluk, misalnya, baru mencapai 42,86 persen dan 36,36 persen. Kecamatan Loloda Utara
bahkan masih berada di posisi 27,78 persen, terendah di antara kabupaten
lainnya. Dari 18 desa di kecamatan itu, 13 desa belum memiliki PAUD.
Di
tingkat Provinsi Maluku Utara, persentasi desa yang memiliki PAUD di
Kabupaten Halut termasuk rendah, baru 48,22 persen. Sementara itu, di
kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Halmahera Tengah (Halteng) dan Tidore
Kepulauan, sudah mencapai 72.92 persen dan 72,22 persen.
Kondisi
tersebut mengindikasikan, Kabupaten Halut masih harus berjuang keras
mewujudkan yang diharapkan pemerintah melalui program “Satu desa Satu PAUD”.
Kendala dan Tantangan
Ada
beberapa kendala sekaligus tantangan yang dihadapi dalam dimensi pendidikan,
khususnya dalam PAUD. Pertama, terbatasnya infrastruktur pendidikan, termasuk
fasilitas belajar-mengajar. Hal ini diperparah dengan infrastruktur lainya,
seperti transportasi yang belum mendukung.
Kedua,
kuantitas dan kualitas tenaga pendidik belum memadai. Hal ini menyebabkan
kebutuhan kompetensi peserta didik belum sesuai harapan.
Ketiga,
kesejahteraan pendidik yang rendah. Jaminan kesejahteraan para pendidik PAUD
sangat mendukung terselenggaranya program ini secara optimal dan berkualitas.
Keempat,
biaya operasional pendidikan belum memadai. Hal ini turut memengaruhi
kualitas penyelenggaraan PAUD.
Kelima,
kondisi ekonomi masyarakat turut memengaruhi orang tua mengikutsertakan
anaknya dalam program ini. Dengan berbagai pilihan kebutuhan hidup yang harus
diputuskan, sering PAUD belum menjadi prioritas. Akhirnya, keadaan ini
dikembalikan kepada orang tua untuk memutuskan yang terbaik bagi masa depan
anak.
Potensi dan Peluang
Halut
yang juga dikenal dengan nama hiboalamo, yang berarti “Rumah Besar”. Ini pada
dasarnya memiliki kemampuan bersaing dengan daerah lain asalkan betul-betul
memaksimalkan potensi dan memanfaatkan peluang yang ada.
Potensi
pengelolaan PAUD secara swakelola sangat besar. Banyak PAUD yang dibuka
secara swakelola di daerah ini. Hal ini biasanya dilaksanakan oleh organisasi
atau yayasan agama.
Di
daerah Tobelo, banyak PAUD yang didirikan yayasan Kristen. Itu misalnya, PAUD
Bukit Kasih dan PAUD Bukit Zaitun. Kedua PAUD
ini dikelola sebuah organisasi gereja terbesar di sana, Gereja Masehi
Injili Halmahera (GMIH). Ada pula PAUD Hati Bunda yang dikelola Gereja
Bethany. Hal ini merupakan potensi untuk mendekatkan PAUD dengan masyarakat.
Pemerintah
perlu pula berupaya ekstra memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan
mineral daerah yang didukung manajemen yang tangguh. Ini dalam rangka mem-back up program pendidikan di daerah,
termasuk PAUD, baik dalam bentuk beasiswa maupun dukungan operasional lain.
SDA
Halut sangat kaya, termasuk bahan makanan yang dapat menyuplai gizi dan
vitamin yang berguna bagi pertumbuhan anak secara fisik, terutama
kecerdasannya. Hal ini dapat diperoleh, antara lain dari sumber daya laut
dalam yang memberi asupan protein hewani untuk anak, seperti ikan, lobster,
dan udang.
Produksi
ikan di daerah ini cukup besar. Tahun 2010, produksi tuna 1.608 ton, cakalang
5.680 ton, tongkol 1.157 ton, layang 1.076 ton, layar 312 ton, selar 613 ton,
kakap 1.055 ton, dan kerapu 595 ton. Sementara itu, produksi lobster, julung,
ikan karang, baronang, kakaktua, botana, dan bobara 1.029 ton.
Ada pula
tanaman hortikultura sebagai sumber protein dan zat-zat yang berguna untuk
kesehatan dan daya tahan anak. Tanaman hortikultura di daerah ini, antara
lain alpukat, nanas, pisang, terung, mentimun, dan kangkung. SDA seperti ini
sebetulnya harus dimanfaatkan maksimal untuk pembangunan SDM.
Peluang
lain yang perlu diperhatikan, adanya anggaran pemerintah pusat tahun 2014
untuk Ditjen PAUDNI Kemdikbud, Rp 608,128 miliar. Ini diharapkan dapat
seoptimal mungkin dimanfaatkan daerah.
Maju Hibualamo!
Peningkatan
mutu pendidikan daerah Halut akan sangat mendukung terwujudnya generasi
hibualamo yang sehat, mandiri, profesional, dan berbudaya, yang menjadi visi
pendidikan daerah Halut. Untuk merealisasikan hal tersebut, dapat dimulai
dengan pembangunan PAUD secara optimal.
Pemerintah
daerah (pemda), khusunya Pemda Halut perlu betul-betul memperhitungkan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki daerahnya. Itu apabila ingin membangun manusia
Halut secara serius.
Beberapa
kelemahan yang ada perlu diketahui dengan betul dan diperkuat. Sementara itu,
kekuatan yang dimiliki perlu ditingkatkan dan dimantapkan. Jadi, terjadi
akselerasi peningkatan pembangunan pendidikan Halut, baik secara kuantitas
maupun kualitas.
Program
PAUD tentunya perlu diakselerasikan dengan visi kabupaten, yaitu terwujudnya
Halut yang aman, adil, damai, dan sejahtera dalam suasana kekeluargaan
sejati, maju dan mampu bersaing dan tetap dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Untuk mewujudkan Halut yang mampu bersaing,
tentunya Pemda Halut perlu memikirkan dan menerapkan secara serius kebijakan
dan program yang tepat dalam bidang pendidikan. Itu termasuk yang terkait
program Satu Desa Satu PAUD. Hal ini bersifat fundamental bagi masa depan
tunas bangsa. Mari membangun Hiboalamo
yang maju, mandiri, dan semakin jaya di masa depan! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar