Media
Dakwah Alternatif
Uwes Fatoni ; Dosen
Fidkom UIN Bandung,
Peserta Program Sandwich Kemenag RI di Amerika
Serikat
|
REPUBLIKA,
29 Maret 2014
Saudi memfatwakan larangan
terhadap serial kartun superhero Muslim "The
99" dan menganggapnya kartun setan (Republika, 25/3). Kartun ini diadopsi
dari komik dengan judul sama karya Dr Naif al Mutawa, seorang psikolog asal
Kuwait. Komik itu berisi cerita berdasarkan sejarah dan budaya Islam yang
dilengkapi dengan 99 tokoh imajiner seperti Hady, Darr, Mumita, Batina, dan
Jabbar yang memiliki kekuatan manusia superhero.
Karena nama-nama itu adalah
sifat-sifat Allah yang suci, ulama Saudi menuduh komik tersebut telah
mencemarkan ajaran Islam.
Menurut pengarangnya, penggunaan
Asmaul Husna sebagai nama tokoh superhero bertujuan semata-mata memperkenalkan
sifat-sifat Allah kepada anak-anak, tidak ada maksud menghina Islam. Sejak
kemunculannya tahun 2006 silam, serial komik anak-anak ini mendapat sambutan
hangat dari anak- anak Muslim Timur Tengah. Ia menjadi bacaan alternatif dari
gempuran komik superhero asal Amerika. Komik ini berhasil tersebar ke banyak
negara bahkan dialihbentukkan menjadi serial kartun dan film dokumenter "Wham, Bam, Islam". Komik
tersebut juga cukup laris di Amerika karena dianggap mengedepankan nilai
universal dan toleransi.
Memahami fatwa
Sejak awal kemunculan serial komik
The 99 ulama Saudi telah berupaya melarang penyebaran komik dan kartun anak
Muslim ini. Ada beberapa alasan mengapa ulama Saudi memfatwakan larangan
tersebut. Pertama, pengaruh Wahabisme.
Ulama Saudi sangat kuat memegang ajaran Wahabi yang bercirikan pemurnian
ajaran Islam dari pengaruh negatif. Setiap hal yang dianggap membahayakan kemurnian
ajaran Islam akan mereka singkirkan termasuk komik dan kartun yang dianggap
melecehkan Islam.
Kedua, resistensi perkembangan teknologi. Ulama Saudi sering resisten
dalam penggunaan media teknologi. Media massa komik dan kartun adalah media
baru dalam dakwah Islam. Pesan-pesan dakwah dalam media ini dituntut lebih
kreatif agar laku di pasaran. Pandangan ulama Saudi yang menyatakan kartun
"The 99" sebagai kartun setan, menunjukkan mereka tidak memahami
karakteristik media. Pesan keislaman dalam komik dan kartun harus bersifat
universal agar bisa diterima market yang lebih luas, namun tetap memegang
kuat nilai-nilai Islam.
Dalam sejarah disebutkan
beberapa kali ulama Saudi gagap dalam menyikapi perkembangan teknologi dan
penggunaannya sebagai media. Contohnya Mufti Wahabi Muhammad bin Ibrahim bin
Abdul Latif Alu Syaikh pernah mengharamkan mendengar radio dan televisi di
Saudi sekalipun untuk mendengarkan Alquran.
Namun, beberapa tahun kemudian,
ketika radio dan televisi diketahui memiliki banyak manfaat dalam penyebaran
dakwah, larangan tersebut dicabut. Tidak tertutup kemungkinan beberapa tahun
ke depan ulama Saudi akan juga mengakui komik dan kartun sebagai media dakwah
baru.
Media dakwah alternatif
Salah satu kelemahan umat Islam
menghadapi perkembangan zaman saat ini adalah belum maksimal memanfaatkan
media massa dalam menyebarkan pesan keislaman. Menurut Imam Shamsi Ali, tokoh
Islam asal Indonesia di Amerika, generasi muda Islam perlu didorong lebih
banyak terjun dalam dunia media seperti menjadi wartawan, produser film,
termasuk pencipta komik dan kartun. Penguasaan media massa menjadi bagian
penting sebagai media dakwah alternatif dalam memberikan gambaran Islam yang
jenuin sekaligus juga mengikis Islamofobia dan stereotip negatif terhadap
Islam.
Umat Islam tidak cukup sekadar
reaktif terhadap setiap produk hiburan yang menyudutkan Islam, tapi mereka
juga dituntut lebih kreatif. Contohnya saat ini umat Islam di Los Angeles,
California, mulai memberikan perhatian serius kepada produksi hiburan Hollywood.
Mereka berhasil menghentikan rencana pembuatan kartun Alice in Arabia produksi ABC
Family Hollywood yang dianggap menyebarkan stereotip negatif Islam, yaitu
menggambarkan masyarakat Arab sebagai penculik dan penindas perempuan.
Di sisi lain, ada dorongan agar
Hollywood semakin banyak membentuk citra Islam yang positif. Saat ini sedang
digarap komik superhero remaja berjudul Ms
Marvel Kamal Khan dari Marvel Comics,
sebuah lembaga produksi yang melahirkan tokoh-tokoh superhero seperti Spiderman, Hulk, dan Iron Man.
Tokoh superhero ini digambarkan sebagai gadis Muslim keturunan Pakistan yang
tinggal di New Jersey dan menjadi pahlawan penyelamat bumi. Tokoh yang berada
di balik penciptaan Kamal Khan ini adalah G Willow Wilson, seorang mualaf. Ia
menggarap skrip ceritanya dengan banyak berkonsultasi pada beberapa tokoh
Islam di Council on American Islamic
Relations (CAIR) Los Angeles.
Pesan Islam juga muncul dalam
Film box office Ender's Game
(sutradara Orson Scot Card). Dalam ceritanya Alai menyampaikan ungkapan salam
kepada Ender sang komandan. Ia kemudian menerangkan bahwa salam maknanya peace (damai).
Semoga upaya ini
menjadi babak baru umat Islam untuk semakin banyak mencurahkan perhatian pada
media-media baru termasuk juga berperan aktif dalam produksi hiburan
Hollywood sehingga diharapkan Islamofobia akan semakin terkikis dan citra
Islam pun semakin positif. Wallahu
a'lam. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar