Rabu, 25 Desember 2013

Makna Hidup dalam Natal

Makna Hidup dalam Natal
Benny Susetyo  ;   Rohaniwan
KORAN SINDO,  25 Desember 2013

  

Natal adalah momentum untuk memperbarui diri menuju manusia dengan solidaritas sosial yang kokoh. Itulah yang diajarkan Yesus yang datang ke bumi ini dengan sinar terangnya. 

Di balik penderitaan dan pengorbanan Yesus datang dengan semangat kehidupan baru yang lebih baik. Kehidupan yang damai dan lebih baik ditandai dengan toleransi dan saling menyadari kekurangan masingmasing. Manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Karena itulah, diajarkan untuk saling berbagi kepada pihak lain yang kekurangan. Solidaritas semacam ini upaya untuk memperbaiki kehidupan agar berjalan seimbang. 

Kehilangan Cahaya 

Berbagai fakta ketidakadilan selama ini yang menyelimuti sudah seolah-olah tak lagi memberi harapan akan masa depan. Dunia menurut mereka sudah kehilangan cahaya. Dunia sudah tidak berdaya karena kerakusan dan ketamakan. Merasakan penderitaan kaum miskin merupakan semangat terdalam pembaruan diri agar kita tidak takut melawan kekuasaan yang kerap berbuat tidak adil kepada rakyatnya. 

Para elite politik hendaknya semakin banyak belajar dari kemelaratan rakyatnya. Bukankah Yesus telah mengidentikkan dirinya dengan mereka yang miskin dan tertindas? Bukankah Ia juga mengatakan bahwa apa yang kamu lakukan untuk saudara-Ku yang paling hina ini yakni mereka yang miskin dan tertindas berarti kamu berbuat untuk Aku? Yesaya mengatakan bahwa ibadat yang berkenan di hati Allah adalah ibadat yang di dalamnya ada solidaritas sosial antarsesama manusia. 

”Aku menghendaki supaya engkau membagi-bagikan rotimu kepada orang lapar, membawa orang miskin tidak punya rumah, orang telanjang kamu harus memberi pakaian.” Rakus dan tamak. Dua sifat inilah yang saat ini mencerminkan hati elite politik negeri ini. Mereka seolah tidak lagi memiliki nurani dan empati kepada yang lemah dan miskin. Kebijakan ekonomi tidak lagi menunjukkan keberpihakan kepada rakyat. Politik hanya ditampilkan dalam bentuk kemasan dan kosmetik. 

Politik tanpa ideologi perjuangan yang bervisi, berkarakter, dan berpihak kepada masyarakat. Politik tidak lagi memberi sinar terang bagi martabat kemanusiaan. Kekerasan menjadi pemandangan biasa di mana-mana. Kebebasan menjalankan ibadat dirampas. Negara absen dan tak mampulagi melindungi. Berbagai praktik kekerasan pun seolah-olah mendapatkan imunitas. Hukum tak lagi berdaya menghadapi para gengster, mafia, dan jawara. Kekayaan negeri dikuras habis oleh para koruptor. 

Koruptor berubah menjadi kekuatan dahsyat yang mampu menyulap beragam kebijakan politik untuk melindungi dirinya. Hilangnya keadaban publik membuat fungsi silang negara, pasar, dan warga tidak lagi berjalan efektif. Kita terkurung oleh lingkaran kepedulian untuk kelompok, agama, partai politik, golongan, dan suku sendiri-sendiri. Mata hati pun tidak berfungsi dan harapan akan masa depan pelan-pelan hilang. 

Terang Datang 

Dalam situasi seperti demikianlah Kristus lahir. Zaman Kristus ditandai dengan situasi yang hampir sama seperti gambaran di atas. Saat kekuasaan tidak lagi berdaulat dan berdaya memberikan perlindungan kepada warganya. Dia lahir di tengah kehilangan keadaban politik yang melahirkan penindasan, penghisapan, dan eksploitasi. Dia hadir membawa terang dan masa depan. 

Dia lahir membawa kabar gembira kepada umat akan ada perubahan. Dia lahir ke dunia ini untuk membawa terang sejati. Dia datang bukan menawarkan jalan kemuliaan dengan jalan pintas. Dia datang membuka mata hati manusia dan mengembalikan nurani kemanusiaan yang sudah hancur. Nurani yang membebaskan manusia dari perbudakan tahta dan kuasa: dua hal yang membuat mata hati tidak berfungsi secara jernih dalam membedakan gelap dan terang. 

Dia datang untuk menyelamatkan kemanusiaan yang jatuh. Kini fajar harapan telah tiba. Dia sudah datang mengubah kemanusiaan lama yang dipenuhi iri hati, dengki, kemunafikan, penyuapan, dan politik tanpa hati menjadi kemanusiaan baru yang penuh dengan cinta. 

Dunia Damai 

Unsur kejahatan kemanusiaan yang membuat rakyat terhisap dan tertindas ini disadarkan kembali dan diluruskan ke jalan yang benar. Kesadaran akan Allah yang hadir dalam diri para gembala dan kawula alit adalah semangat untuk berubah menuju dunia yang lebih baik, dunia yang penuh damai dan cinta kasih. Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan bahwa Terang Sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di dalam kehidupan kita. 

Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini. Dalam Natal ini kita hendaknya merayakannya dalam suasana pengembaraan untuk mencari makna hidup damai yang hilang. Dalam situasi inilah kita mencoba menemukan kembali Terang Sejati. Kita perlu menemukannya kembali sebab terang itu sudah pudar karena perilaku kita kurang bersyukur atas anugerah Allah. Anugerah Allah yang begitu besar bagi bangsa ini telah digadaikan segelintir elite politik demi ambisi kekuasaan. 

Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan dan terus bersamasama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama. Inilah yang ingin ditekankan dalam Natal kali ini.  Selamat Natal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar