Sebuah stasiun televisi swasta menayangkan
debat tentang perkembangan kasus Bank Century. Yang menjadi fokus adalah
untuk pertama kalinya Wakil Presiden Boediono ditanyai oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai saksi. Salah satu narasumber, dengan suara
meyakinkan, mengungkapkan fakta-fakta. Yang lainnya berkukuh memiliki
bukti-bukti yang memperkuat indikasi Boediono bersalah.
Nona pembawa acara-agar tampak melontarkan
pertanyaan-pertanyaan tajam-memotong-motong jawaban dan pernyataan para
narasumber.
Di tengah kecabuhan debat, yang saya coba
simak sepenuh hati, tiba-tiba anak saya yang berusia 15 tahun nyeletuk,
"Kasus Century itu, gimana sih?"
Waduh! Bagaimana menjelaskannya? Saya tak
siap dengan jawaban jelas dan simpel untuk kasus yang benihnya dimulai
sejak November 2001 itu, ketika rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia
menyetujui akuisisi Chinkara Capital Ltd terhadap Bank CIC, Bank Pikko, dan
Bank Danpac, yang kemudian menjadi Bank Century.
Pembabakannya terlalu panjang dan
kontroversinya pun rumit. Bagaimana menjelaskan apakah negara dirugikan
atau tidak, apakah orang-orang pintar yang memutuskan Bank Century menjadi
bank gagal, salah atau tidak.
Padahal, di Indonesia, kasus-kasus yang ada
kaitannya dengan korupsi, suap, kolusi bukan hanya Bank Century. Daftarnya
panjang, kerumitannya pun tak terbayangkan. Kita membutuhkan cara
menjelaskan yang simpel, yang bisa digunakan untuk memberikan pemahaman
politik dan sejarah kepada remaja 15 tahun, atau siapa saja. Kita
memerlukan Century for Dummies.
Anda pasti masih ingat buku atau kemasan
informasi model for dummies, yang isinya penjelasan ramah bagi pemula dalam
suatu masalah atau bidang. For dummies dipelopori Dan Gookin dengan buku
DOS for Dummies yang diterbitkan pada November 1991. Setelah itu, for
dummies berkembang banyak ragam dan topik. Kita bisa meniru model for
dummies.
For dummies bukan untuk orang bodoh,
melainkan-seperti motonya-dibuat sebagai referensi untuk sebagian dari kita
yang ingin paham secara instan. Tidak semuanya mengikuti perkembangan kasus
Century atau yang lainnya. Padahal informasi tentang berbagai skandal
korupsi, kolusi, dan nepotisme di negeri ini perlu dicatat dengan baik,
bersih, jelas, serta non-partisan. Kemasan informasi semacam for dummies
ini penting bagi publik, termasuk anak-anak muda.
Kasus-kasus korupsi perlu dicatat dengan
baik, jelas, dan simpel. Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan, bisa
menuliskan sejarah setelah Reformasi 1998 khusus korupsi dalam bentuk for
dummies. Mungkin lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan tinggi yang
punya perhatian dan keprihatinan terhadap menjamurnya korupsi di negeri ini
tergerak membuat serial for dummies untuk kasus-kasus korupsi besar. Komisi
Pemberantasan Korupsi pun perlu dalam menjalankan fungsi pencegahan korupsi
melalui pendidikan antikorupsi bisa berperan.
Bayangkan, berapa banyak yang telah kita
lupa atau tidak pernah paham tentang berbagai kasus korupsi. Mulai yang
menyangkut mantan Presiden Soeharto beserta kroni-kroninya telah menjadi
kasus kakap yang tak pernah tuntas terungkap. Bagaimana asal mulanya, siapa
saja aktornya, bagaimana langkah hukumnya, jeratan hukum apa yang menjadi
poin-poin yang bisa masuk Soeharto for Dummies, misalnya. Masih banyak lagi
daftarnya, seperti Bulog Gate for Dummies, Cek Pelawat for Dummies, Gayus
for Dummies, Hambalang for Dummies, Sapi for Dummies, dan Nazaruddin for
Dummies.
Ayo, membuat gerakan "Korupsi for Dummies", dengan
mendokumentasi secara jelas dan simpel kasus-kasus korupsi di Indonesia.
Yang merasa kreatif, yang jago membuat animasi, yang cerdas memformulasikan
storyboard, yang mumpuni menulis jelas dan kocak, bisa bersinergi dalam tim
for dummies. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar