Senin, 08 Oktober 2012

Merespon Tekanan Perlambatan Global

Merespon Tekanan Perlambatan Global
Firmanzah ;  Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
SINDO, 8 Oktober 2012


Perkembangan ekonomi global diperkirakan masih diselimuti persoalan krisis utang Eropa dan pemulihan Amerika. Pemulihan global terkendala proses recovery negara-negara tersebut dan memberi tekanan pada permintaan global, baik perdagangan maupun investasi.

Ini akan menyebabkan perlambatan ekonomi global, termasuk Asia. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada 2012 hanya sebesar 1,9% atau terkoreksi dari proyeksi sebelumnya sebesar 2%. Wilayah Eropa diprediksi masih mengalami pertumbuhan negatif 0,6% atau terkoreksi dari prediksi sebelumnya sebesar minus 0,5%.

Koreksi ini kemudian juga berdampak pada kawasan Asia yang diprediksi ADB akan tumbuh 6,1% pada 2012 atau turun dari prediksi sebelumnya sebesar 6,9% (selain Jepang yang direvisi naik dari 1,9% menjadi 2,3%). ADB juga merevisi pertumbuhan Asia pada 2013 menjadi 6,7% dari sebelumnya sebesar 7,3%. Dua negara motor pertumbuhan Asia dan global, yaitu China dan India, juga mengalami tekanan perlambatan.

Kontraksi indeks manufaktur China selama hampir setahun terakhir menekan laju ekonomi China pada 2012 yang diperkirakan hanya tumbuh 7,7% atau terkoreksi dari perkiraan sebelumnya sebesar 8,5% dan turun dibandingkan 9,3% pada 2011. Begitu juga pertumbuhan India pada 2012 direvisi hingga di level 5,6% dari sebelumnya 7% atau turun dibandingkan pertumbuhan 2011 sebesar 6,5%.

Penurunan ini disebabkan tekanan permintaan global baik ekspor maupun investasi yang merupakan backbone ekonomi China dan India dalam beberapa waktu terakhir. Inflasi Asia tahun 2012 diperkirakan mencapai 4,2% atau turun dari prediksi sebelumnya sebesar 4,4%. Tekanan permintaan global dan menurunnya nilai perdagangan internasional sebagai akibat dari masih berlarutnya krisis utang Eropa dan fiscal-gap yang dialami Amerika diprediksi menjadi faktor utama perlambatan ekonomi global.

Negara-negara yang bergantung pada strategi ekspor (export-led growth) tentunya akan semakin sulit di tengah dinamika permintaan global yang semakin lesu. Sebaliknya negara-negara dengan strategi pertumbuhan berbasis ekonomi domestik (domestic-led growth) relatif lebih mampu memitigasi dampak krisis dan merespons penurunan permintaan global. Indonesia berdasarkan prediksi ADB diperkirakan tumbuh 6,3% pada 2012 atau turun dari prediksi sebelumnya 6,4%.

Efek perlambatan global yang menekan pertumbuhan China dan India juga memberi tekanan pada pertumbuhan Indonesia. Penurunan ini tentunya relatif kecil dibandingkan dengan revisi pertumbuhan negara-negara lain. Meskipun begitu, prediksi pertumbuhan Indonesia masih lebih tinggi daripada pertumbuhan Asia. Hal ini dapat dipahami mengingat China dan India merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia saat ini walaupun Indonesia bukan penganut export-led growth.

Neraca perdagangan Indonesia sejak September 2011 memang terus mengalami tekanan, bahkan pada periode April– Mei–Juni–Juli tahun 2012 secara berturut-turut neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit dan kembali surplus pada Agustus 2012. Kendati demikian, tekanan defisit neraca perdagangan sebagai akibat melemahnya ekspor Indonesia dapat diimbangi dengan tingginya arus investasi yang masuk sepanjang semester I/2012 dan tren ini juga diharapkan tetap positif pada semester II/2012.

Membaiknya ekspor Indonesia pada Agustus 2012 dan surplus neraca perdagangan diprediksi terus meningkat sebagai respons pengurangan impor dan upaya memacu ekspor pada pasar-pasar nontradisional. Ketahanan ekonomi Indonesia pasca-2008 menunjukkan perkembangan yang positif. Bahkan sepanjang semester I/2012, Indonesia mencatatkan pertumbuhan tertinggi kedua di dunia dengan tren positif setelah China.

Keberhasilan Indonesia menjaga dan mempertahankan ritme pertumbuhan dan fundamental ekonomi tak lepas dari kedisiplinan fiskal yang terus dijaga, postur anggaran yang semakin merata, percepatan pembangunan infrastruktur, terjaganya daya beli masyarakat, kelas menengah semakin meningkat yang mendorong konsumsi domestik, serta stabilitas makro dan politik yang berimbas pada derasnya arus investasi yang masuk.

Pemerintah dalam RAPBN-2013 menetapkan target pertumbuhan pada 2012 mencapai 6,5%. Ekspor pada kuartal IV/2012 diperkirakan terus membaik seiring dengan strategi diversifikasi pasar dan semakin menurunnya impor. Investasi yang masuk sejak 2011 juga diperkirakan mulai berkontribusi terhadap pertumbuhan nasional pada 2012–2013. Serapan anggaran belanja pemerintah juga diperkirakan memberi efek pendorong bagi pertumbuhan nasional.

Proyeksi membaiknya ekspor, investasi yang akan menstimulasi penyerapan tenaga kerja dan berimbas pada daya beli (konsumsi domestik), kedisiplinan menjaga fisikal melalui alokasi anggaran belanja yang lebih merata akan menjadi pelumas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebagai negara dengan pertumbuhan tertinggi kedua di dunia dan ekonomi terbesar ke-15 di dunia, Indonesia dipandang dapat menjadi role model bagi negara-negara dalam upaya pemulihan global.

Namun, terlepas dari itu, beberapa tantangan ke depan yang perlu dicermati, antara lain, pertama, kesiapan dan sikap hati-hati atas dinamika ekonomi global, yang kadang sulit untuk diprediksi sehingga berbagai asumsi ekonomi sering kali membutuhkan penyesuaian untuk mengatasi masalah-masalah baru yang muncul.

Kedua, fleksibilitas mengelola kebijakan ekonomi merupakan tantangan ketika berhadapan pada kompleksitas dan ketidakpastian krisis ekonomi global. Pengelolaan kebijakan ekonomi dan regulasi perlu didudukkan pada porsi yang tepat dengan kejelian menempatkan alert control untuk proses koreksi.

Ketiga, kedisiplinan fiskal perlu terus ditingkatkan tanpa mengabaikan untuk terus menstimulasi daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Keempat, basis ekonomi domestik perlu terus kita perkuat melalui pemerataan pembangunan dan pusat-pertumbuhan baru ke seluruh wilayah Indonesia.

Kelima, untuk mendukung ekonomi domestik, arsitektur industri baik hulu maupun hilir ataupun besar menengah- kecil perlu terus kita perkuat. Keenam, produktivitas nasional perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing nasional di tengah-tengah regionalisasi.

Terakhir, stabilitas politik dan keamanan perlu terus dijaga, khususnya menjelang Pemilu 2014. Dinamika politik perlu kita jaga bersama agar kinerja positif ekonomi nasional dapat kita pertahankan dan terus kita tingkatkan di tengah-tengah pelemahan ekonomi global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar