Hari Lansia
Internasional
Haryono Suyono ; Mantan Menko
Kesra dan Taskin
|
SUARA
KARYA, 8 Oktober 2012
Awal minggu ini, lebih dari
600 juta penduduk dunia, di 25 juta di antaranya berasal dari Indonesia, berusia lebih dari 60 tahun,
memperingati Hari Lanjut Usia Internasional. Sekitar 15 persen lansia itu
termasuk penduduk yang menderita karena miskin atau sakit-sakitan.
Namun,
keadaan ini sudah sangat membaik dibandingkan di masa lalu yang umumnya lebih
dari 90 persen penduduk lansia menderita, karena dalam usia di atas 50 tahun
sudah dianggap tua dan sakit-sakitan. Perubahan ini adalah karena usia harapan
hidup bertambah panjang dan pelayanan kesehatan bagi penduduk juga bertambah
baik. Penduduk yang beranjak tua semakin sehat dan bisa berada dalam keadaan
usia lanjut dalam waktu yang lebih lama.
Karena
itu, sejak tahun lalu penduduk lanjut usia di Indonesia, yang jumlahnya
mendekati angka 10 persen dari total penduduk, dan berkembang jauh lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk biasa, makin merasa lebih sehat dan
siap ikut serta dalam pembangunan. Tekad tersebut disampaikan kepada pemerintah
dan mendapat sambutan positif.
Pada
Hari Lanjut Usia Internasional tahun lalu telah dideklarasikan oleh Wakil
Presiden RI, yang ditugasi oleh Presiden karena berhalangan, untuk tetap peduli
dan ikut memberikan dukungan pada pemberdayaan bagi tiga generasi yang sedang
tumbuh di Indonesia. Motto "peduli lansia" yang biasanya mewarnai
segala kegiatan yang berkenaan dengan hari lanjut usia, disepakati diubah
dengan motto baru yang lebih dinamis, yaitu: "peduli dan mendukung
pemberdayaan tiga generasi".
Berdasarkan
motto baru itu, penduduk lansia mulai mengikuti berbagai pelatihan atau bahkan
kuliah reguler jangka panjang empat semester, untuk memperoleh gelar akademis
S2 atau S3 (doktor). Karena, selama ini dengan gelar sarjana S1 sudah dianggap
cukup untuk bekerja menghidupi keluarganya dengan baik.
Sebagai
penduduk senior, dengan tugas-tugas baru, misalnya, untuk mengajar di perguruan
tinggi, diperlukan gelar akademis S2 atau S3. Dengan kuliah kembali, tidak
sedikit yang memperoleh gelar akademis S2 atau S3 sehingga dengan gelar
akademis yang sempurna itu, dianggap memenuhi syarat untuk aktif mengajar pada
tingkat perguruan tinggi.
Para
lansia dengan pengalaman yang sangat luas, tetapi tingkat pendidikannya belum
cukup tinggi, masih bisa ikut berjuang bersama generasi muda karena selama
bekerja di masa muda telah menyerap pengalaman berharga yang dapat ditularkan
kepada generasi muda sebagai bahan bimbingan yang mendalam. Karena itu, Hari
Lansia Internasional yang diperingati seluruh dunia, minggu lalu, secara
sengaja atau tidak sengaja, mematahkan mitos bahwa penduduk lansia adalah
'sampah' yang tidak ada gunanya untuk pembangunan bangsanya.
Deklarasi
yang dilakukan oleh Wakil Presiden RI dan didampingi oleh wakil-wakil lansia
dari seluruh Indonesia, tahun lalu, segera diikuti dengan pertemuan antara Ibu
Negara dan para wakil penduduk lanjut usia dari seluruh Indonesia. Dengan penuh
keharuan, Ibu Negara didampingi para isteri menteri yang tergabung dalam
Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersaru (SIKIB), yang umumnya masih muda,
mengingatkan agar kebijakan dan pengalaman para lansia di mana pun mereka
berada dan yang selama puluhan tahun mengabdi kepada nusa dan bangsa, dapat
dikumpulkan dan diteruskan kepada generasi yang lebih muda.
Dengan
dibekali dukungan dan semangat baru itu, penduduk lanjut usia di Indonesia
makin bertekat tetap aktif ikut serta dalam kegiatan pembangunan. Untuk itu, di
mana-mana sedang diusahakan pendirian Silver College, yaitu wahana berkumpul
untuk silaturahmi, sekaligus ajang untuk "kembali sekolah" agar mampu
menguasai ilmu, teknologi dan sekaligus memilah-milah pengalaman masa lalu yang
dianggap masih relevan untuk diabdikan bagi pembangunan masa kini. Kesempatan
kembali sekolah menolong setiap penduduk lansia untuk membantu mengembangkan
partisipasi yang cerdas di setiap desa atau dukuh di mana penduduk lanjut usia
berada.
Pada
kesempatan lain penduduk lanjut usia dapat mengembangkan amal bhaktinya di
rumah dan di kampung halaman melalui program pos pemberdayaan keluarga
(posdaya) yang berkembang pesat di pedesaan dan pedukuhan di seluruh Indonesia.
Proses pemberdayaan yang berlangsung dalam lingkungan posdaya, sifatnya sangat
komprehensif sehingga penduduk lansia yang pengalaman, kemampuan dan
kearifannya sangat tinggi selalu bisa ikut terjun dalam penguatan delapan
fungsi keluarga bagi keluarga yang lebih muda.
Penduduk
lansia dapat membantu setiap keluarga muda meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, membantu meningkatkan perhatian terhadap budaya
bangsa, meningkatkan saling cinta kasih terhadap sesamanya, meningkatkan upaya
untuk saling melindungi, meningkatkan pemahaman dan budaya hidup sehat,
membantu para orangtua muda mengantar dan mendampingi anak-anak usia dini untuk
masuk PAUD atau mendampingi anak usia sekolah menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
Di samping, membantu mengembangkan wirausaha di lingkungan keluarganya, serta
membantu pelestarian lingkungan yang membawa manfaat bagi kehidupan sehat dan
sejahtera di masa mendatang.
Bagi
lansia dengan kemampuan yang tinggi dapat menyumbangkan tenaganya sebagai
konsultan di daerah-daerah terpencil, daerah perbatasan maupun desa dan dukuh
yang memerlukan petunjuk kearifan dan jaringan yang memberi kemudahan bagi
pembangunan daerah dan masa depannya yang lebih baik. Menjadi lansia bukan
akhir segalanya, karena dunia makin modern dan anugerah usia lansia yang lebih
lama dapat disumbangkan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat yang adil dan
merata.
●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar