Minggu, 18 Juli 2021

 

PPKM Darurat: Pilihan Sulit, Berbuah Manis

Anton Hendranata ;  Chief Economist PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk; Research Director of BRI Research Institute

KOMPAS, 17 Juli 2021

 

 

                                                           

Pandemi Covid-19 mulai merebak sejak awal tahun 2020. Ini artinya sudah satu setengah tahun pandemi Covid-19 menemani kehidupan manusia. Kapan pandemi ini berakhir, tak ada satu pun yang tahu. Sangat jelas, ini rahasia Ilahi, sama halnya dengan kapan dunia kiamat.

 

Pada pertengahan tahun 2020 bermunculan model prediksi dari para ahli dengan berbagai disiplin ilmu (kedokteran, kesehatan, matematika, statistik, dan lain-lain) yang mencoba meramalkan kapan pandemi berakhir. Realitasnya, tak ada satu pun model prediksi yang akurat. Alih-alih akurat, mendekati saja pun tidak ada, jauh dari panggang api kebenarannya.

 

Semua model prediksi meleset jauh, deviasi sangat besar, padahal sudah menggunakan model dan metode statistik yang canggih dan terkini. Ini membuktikan bahwa banyak variabel yang tidak bisa dikuantifikasi, banyak misterinya, kalaupun bisa diukur, cenderung tidak akurat.

 

Jadi, wajar saja, semua model peramalan pandemi Covid-19 lebih banyak error-nya daripada benarnya. Dengan kata lain, Covid-19 menimbulkan ketidakpastian yang tinggi, penuh misteri dan enigma.

 

Seluruh dunia berikhtiar dan bahu-membahu untuk sesegera mungkin menemukan vaksin Covid-19 agar tragedi kemanusiaan ini cepat berlalu. Tren kasus baru penderita Covid-19 sempat mengalami penurunan setelah vaksin ditemukan dan digunakan secara masif di banyak negara.

 

Namun, ironisnya, bermunculan varian baru yang lebih cepat daya sebarnya dan lebih tinggi risiko kematiannya yang kembali menghadang dunia, terutama di negara berkembang.

 

Melihat ini, dunia kedokteran dan kesehatan terkesan selalu berada di belakang pandemi Covid-19. Varian baru Covid-19 memamerkan bahwa ilmu kedokteran dan kesehatan secanggih apa pun cenderung terlambat mengantisipasi mutasi dari virus ini.

 

Belajar dari flu Spanyol

 

Berkaca dari perkembangan terakhir Covid-19 dengan varian barunya, ada baiknya kita ingat kembali pandemi flu Spanyol 100 tahun lalu (tahun 1918-1919). Saya kira Covid-19 mempunyai banyak kemiripan dengan flu Spanyol.

 

Ini poin yang sangat berharga dan menjadi modal utama bagi dunia untuk bisa terbebas dari pandemi Covid-19. Penularan virus flu Spanyol begitu cepat sehingga menimbulkan kepanikan dan penutupan aktivitas ekonomi ataupun kegiatan sosial yang melibatkan banyak orang.

 

Flu spanyol terdiri atas tiga gelombang. Gelombang pertama pergerakan dan penyebarannya relatif lambat, tetapi gelombang kedua sangat parah dan mengalami puncak tertinggi, serta sangat mematikan.

 

Kemudian diakhiri gelombang ketiga yang eskalasinya rendah, jauh di bawah gelombang kedua. Setelah flu Spanyol berakhir, otomatis mobilitas manusia kembali pulih dan perekonomian pun pulih dengan sendirinya.

 

Belajar dari flu Spanyol, tuntaskan dulu pandeminya walaupun pil pahitnya adalah roda perekonomian sangat terganggu. Kita tidak mungkin mendapatkan keduanya sekaligus, pandemi berakhir dan perekonomian aman-aman saja. Hidup ini harus memilih dan selalu ada skala prioritas.

 

Pengalaman dari China dan Amerika Serikat (AS) yang berhasil memulihkan perekonomian secara cepat adalah karena dua negara ini sukses membendung Covid-19.

 

AS hanya mengalami kontraksi perekonomian tiga kuartal berturut-turut, dari minus yang sangat parah 9,0 persen di kuartal II tahun 2020 menjadi minus 2,8 persen pada kuartal III, kemudian ditutup minus 2,4 persen pada kuartal IV-2020, dan berhasil keluar dari resesi pada kuartal I tahun 2021, pertumbuhan ekonominya sudah positif 0,4 persen.

 

China lebih hebat lagi. Keberhasilan menangani pandemi Covid-19 dalam waktu sangat singkat, hanya dua bulan (Januari-Februari 2020), membuat perekonomiannya terbebas dari resesi. Kedua negara ini sekarang menjadi motor penggerak utama pemulihan perekonomian dunia.

 

Covid-19 terbukti meluluhlantakkan seluruh tatanan kehidupan manusia (sosial, ekonomi, dan politik), daya rusaknya luar biasa. Jadi, pilihan yang sangat rasional adalah tuntaskan dulu masalah pandemi Covid-19, baru aspek ekonomi dan sosial akan ikut dengan sendirinya.

 

Pada saat ini, Indonesia memerlukan satu pemikiran, satu aksi, dan satu tujuan yang sama dalam menanggulangi penyebaran Covid-19 yang naik signifikan.

 

Bagaimana dengan kondisi perekonomiannya? Tidak apa perekonomian terhambat dan rehat sejenak daripada Covid-19 merajalela dan menghantui kehidupan masyarakat yang menimbulkan kesedihan mendalam dan trauma nasional.

 

Jika Covid-19 semakin tidak terkendali, hampir bisa dipastikan perekonomian Indonesia akan semakin lebih parah kerusakannya.

 

Ketika ini terjadi, maka membangun dan menata ulang perekonomian Indonesia akan lebih mahal biayanya, dan bisa jadi pulihnya pun akan lebih lama karena Indonesia bisa kehilangan banyak sumber daya manusia terbaik dan produktif.

 

Kunci sukses PPKM

 

Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di daerah zona merah pandemi Covid-19 (Pulau Jawa dan Bali) pada 3-20 Juli 2021 yang dilakukan  pemerintah harus kita dukung sepenuh hati, walaupun ini serasa jamu pahit buat perekonomian.

 

Percayalah, pemerintah pasti akan meredam jamu pahit ini dengan bantuan sosialnya untuk masyarakat menengah bawah yang paling rentan terkena dampak PPKM darurat ini. PPKM darurat akan sukses, apalagi kita semua mau bersabar, terus berpikir positif, jangan mengeluh, jangan berprasangka buruk, dan bersatulah untuk tujuan yang sama, yaitu memerangi pandemi Covid-19.

 

Penanganan Covid-19 tak boleh setengah-setengah. Pandemi ini harus ditangani secara multidimensi. Aspek kesehatan adalah yang pertama, diikuti aspek ekonomi dengan kebijakan fiskal ekspansif dan moneter superlonggar, kemudian aspek sosial dan politik, serta harus ditambah aspek religius (ini sangat relevan dengan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa).

 

Berkaitan dengan aspek religius, saya kira pemuka agama menjadi sentral penting dan bisa berkontribusi lebih untuk menguatkan iman rakyat Indonesia bahwa badai pandemi pasti akan berlalu.

 

Tangan Tuhan tak pernah kurang panjang untuk menolong Indonesia. Waktu Tuhan pasti tak pernah terlambat menyelamatkan Indonesia. Berserah kepada-Nya adalah jalan terbaik setelah kita berikhtiar dan berupaya keras serta melakukan bagian kita secara bersama menangani pandemi ini.

 

Ayo, kita semua konsisten dan disiplin taati protokol kesehatan, patuhi kebijakan yang sudah digariskan oleh pemerintah, dan jangan lupa berdoa agar badai pandemi segera berakhir. Berdiam dan menahan diri di rumah untuk sementara, berarti Anda adalah pahlawan kemanusiaan dan cinta kepada negara ini. ●

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar