PPKM
Darurat: Pilihan Sulit, Berbuah Manis Anton Hendranata ; Chief Economist PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk; Research Director of BRI Research Institute |
KOMPAS, 17 Juli 2021
Pandemi Covid-19 mulai
merebak sejak awal tahun 2020. Ini artinya sudah satu setengah tahun pandemi
Covid-19 menemani kehidupan manusia. Kapan pandemi ini berakhir, tak ada satu
pun yang tahu. Sangat jelas, ini rahasia Ilahi, sama halnya dengan kapan dunia
kiamat. Pada pertengahan tahun
2020 bermunculan model prediksi dari para ahli dengan berbagai disiplin ilmu
(kedokteran, kesehatan, matematika, statistik, dan lain-lain) yang mencoba
meramalkan kapan pandemi berakhir. Realitasnya, tak ada satu pun model
prediksi yang akurat. Alih-alih akurat, mendekati saja pun tidak ada, jauh
dari panggang api kebenarannya. Semua model prediksi
meleset jauh, deviasi sangat besar, padahal sudah menggunakan model dan
metode statistik yang canggih dan terkini. Ini membuktikan bahwa banyak
variabel yang tidak bisa dikuantifikasi, banyak misterinya, kalaupun bisa
diukur, cenderung tidak akurat. Jadi, wajar saja, semua
model peramalan pandemi Covid-19 lebih banyak error-nya daripada benarnya.
Dengan kata lain, Covid-19 menimbulkan ketidakpastian yang tinggi, penuh
misteri dan enigma. Seluruh dunia berikhtiar
dan bahu-membahu untuk sesegera mungkin menemukan vaksin Covid-19 agar
tragedi kemanusiaan ini cepat berlalu. Tren kasus baru penderita Covid-19
sempat mengalami penurunan setelah vaksin ditemukan dan digunakan secara
masif di banyak negara. Namun, ironisnya,
bermunculan varian baru yang lebih cepat daya sebarnya dan lebih tinggi
risiko kematiannya yang kembali menghadang dunia, terutama di negara
berkembang. Melihat ini, dunia
kedokteran dan kesehatan terkesan selalu berada di belakang pandemi Covid-19.
Varian baru Covid-19 memamerkan bahwa ilmu kedokteran dan kesehatan secanggih
apa pun cenderung terlambat mengantisipasi mutasi dari virus ini. Belajar
dari flu Spanyol Berkaca dari perkembangan
terakhir Covid-19 dengan varian barunya, ada baiknya kita ingat kembali
pandemi flu Spanyol 100 tahun lalu (tahun 1918-1919). Saya kira Covid-19
mempunyai banyak kemiripan dengan flu Spanyol. Ini poin yang sangat berharga
dan menjadi modal utama bagi dunia untuk bisa terbebas dari pandemi Covid-19.
Penularan virus flu Spanyol begitu cepat sehingga menimbulkan kepanikan dan
penutupan aktivitas ekonomi ataupun kegiatan sosial yang melibatkan banyak
orang. Flu spanyol terdiri atas
tiga gelombang. Gelombang pertama pergerakan dan penyebarannya relatif
lambat, tetapi gelombang kedua sangat parah dan mengalami puncak tertinggi,
serta sangat mematikan. Kemudian diakhiri
gelombang ketiga yang eskalasinya rendah, jauh di bawah gelombang kedua.
Setelah flu Spanyol berakhir, otomatis mobilitas manusia kembali pulih dan
perekonomian pun pulih dengan sendirinya. Belajar dari flu Spanyol,
tuntaskan dulu pandeminya walaupun pil pahitnya adalah roda perekonomian
sangat terganggu. Kita tidak mungkin mendapatkan keduanya sekaligus, pandemi
berakhir dan perekonomian aman-aman saja. Hidup ini harus memilih dan selalu
ada skala prioritas. Pengalaman dari China dan
Amerika Serikat (AS) yang berhasil memulihkan perekonomian secara cepat
adalah karena dua negara ini sukses membendung Covid-19. AS hanya mengalami
kontraksi perekonomian tiga kuartal berturut-turut, dari minus yang sangat
parah 9,0 persen di kuartal II tahun 2020 menjadi minus 2,8 persen pada
kuartal III, kemudian ditutup minus 2,4 persen pada kuartal IV-2020, dan
berhasil keluar dari resesi pada kuartal I tahun 2021, pertumbuhan ekonominya
sudah positif 0,4 persen. China lebih hebat lagi.
Keberhasilan menangani pandemi Covid-19 dalam waktu sangat singkat, hanya dua
bulan (Januari-Februari 2020), membuat perekonomiannya terbebas dari resesi.
Kedua negara ini sekarang menjadi motor penggerak utama pemulihan
perekonomian dunia. Covid-19 terbukti
meluluhlantakkan seluruh tatanan kehidupan manusia (sosial, ekonomi, dan
politik), daya rusaknya luar biasa. Jadi, pilihan yang sangat rasional adalah
tuntaskan dulu masalah pandemi Covid-19, baru aspek ekonomi dan sosial akan
ikut dengan sendirinya. Pada saat ini, Indonesia
memerlukan satu pemikiran, satu aksi, dan satu tujuan yang sama dalam
menanggulangi penyebaran Covid-19 yang naik signifikan. Bagaimana dengan kondisi
perekonomiannya? Tidak apa perekonomian terhambat dan rehat sejenak daripada
Covid-19 merajalela dan menghantui kehidupan masyarakat yang menimbulkan
kesedihan mendalam dan trauma nasional. Jika Covid-19 semakin
tidak terkendali, hampir bisa dipastikan perekonomian Indonesia akan semakin
lebih parah kerusakannya. Ketika ini terjadi, maka
membangun dan menata ulang perekonomian Indonesia akan lebih mahal biayanya,
dan bisa jadi pulihnya pun akan lebih lama karena Indonesia bisa kehilangan
banyak sumber daya manusia terbaik dan produktif. Kunci
sukses PPKM Pemberlakuan pembatasan
kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di daerah zona merah pandemi Covid-19
(Pulau Jawa dan Bali) pada 3-20 Juli 2021 yang dilakukan pemerintah harus kita dukung sepenuh hati,
walaupun ini serasa jamu pahit buat perekonomian. Percayalah, pemerintah
pasti akan meredam jamu pahit ini dengan bantuan sosialnya untuk masyarakat
menengah bawah yang paling rentan terkena dampak PPKM darurat ini. PPKM
darurat akan sukses, apalagi kita semua mau bersabar, terus berpikir positif,
jangan mengeluh, jangan berprasangka buruk, dan bersatulah untuk tujuan yang
sama, yaitu memerangi pandemi Covid-19. Penanganan Covid-19 tak
boleh setengah-setengah. Pandemi ini harus ditangani secara multidimensi.
Aspek kesehatan adalah yang pertama, diikuti aspek ekonomi dengan kebijakan
fiskal ekspansif dan moneter superlonggar, kemudian aspek sosial dan politik,
serta harus ditambah aspek religius (ini sangat relevan dengan sila pertama,
Ketuhanan Yang Maha Esa). Berkaitan dengan aspek
religius, saya kira pemuka agama menjadi sentral penting dan bisa
berkontribusi lebih untuk menguatkan iman rakyat Indonesia bahwa badai pandemi
pasti akan berlalu. Tangan Tuhan tak pernah
kurang panjang untuk menolong Indonesia. Waktu Tuhan pasti tak pernah
terlambat menyelamatkan Indonesia. Berserah kepada-Nya adalah jalan terbaik
setelah kita berikhtiar dan berupaya keras serta melakukan bagian kita secara
bersama menangani pandemi ini. Ayo, kita semua konsisten
dan disiplin taati protokol kesehatan, patuhi kebijakan yang sudah digariskan
oleh pemerintah, dan jangan lupa berdoa agar badai pandemi segera berakhir.
Berdiam dan menahan diri di rumah untuk sementara, berarti Anda adalah
pahlawan kemanusiaan dan cinta kepada negara ini. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar