Kebiasaan
Berpikir Kritis AM Lilik Agung ; Mitra Pengelola GALERI HC, Lembaga
Pengembangan SDM |
KOMPAS, 25 Juli 2021
Bank
Dunia mengeluarkan rilis terbaru tentang gross national income (GNI) sejumlah
negara, 9 Juli 2021. Dari rilis tersebut tersua angka, GNI Indonesia turun
dari 4.050 dollar AS per kapita menjadi 3.870 dollar AS per kapita. Terjadi
penurunan 180 dollar AS, tetapi cukup menjadikan Indonesia turun kelas dari
pendapatan menengah atas menjadi pendapatan menengah bawah. Patokan yang
dipakai Bank Dunia, negara dengan pendapatan menengah atas pada angka 4.046
dollar AS hingga 12.535 dollar AS, sementara pendapatan menengah bawah berada
pada kisaran 1.035 dollar AS-4.045 dollar AS. Oleh
portal berita daring global yang beroperasi di Indonesia, rilis Bank Dunia
ini diberi judul bombastis, ”Huf! Ekonomi RI di Bawah Malaysia & Sejajar
Timor Leste”. Disusul dengan infografis yang juga bombastis, bergambar
Presiden Joko Widodo bermasker dalam posisi duduk dengan pandangan nanar. Di
sampingnya ada grafik turun tajam dengan judul ”Fakta-Fakta Ekonomi RI Turun
Kelas Setara Timor Leste & Samoa”. Tautan
berita dan infografis ini kemudian menjadi viral pada berbagai laman media
sosial. Para pengkritik pemerintah mendapat residu baru untuk menyerang
pemerintah. Intinya bahwa pemerintah gagal dalam menanggulangi dampak
pandemi, dengan bukti bahwa ekonomi Indonesia sekarang sejajar dengan Timor
Leste. Berita
yang ditulis oleh portal berita prestisius itu benar adanya. Semua sesuai
dengan fakta. Hanya tidak tepat. GNI Indonesia dibandingkan dengan Timor
Leste terpaut sangat jauh, yaitu 3.870 dollar AS dibanding 1.830 dollar AS.
GNI Timor Lester sejajar dengan Myanmar dan Kamboja. Bahkan, GNI Indonesia
setelah tergerus pandemi tetap jauh di atas Filipina (3.430 dollar AS) dan
Vietnam (2.660 dollar AS). Dibandingkan
dengan negara ASEAN, Indonesia hanya kalah dengan Singapura, Brunei
Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Bahkan, dengan negara serumpun, secara
besaran dan persentase penurunan GNI Indonesia masih moderat karena Singapura
terjerembap dari 58.390 dollar AS ke 54.920 dollar AS. Sedangkan Malaysia
dari 11.230 dollar AS meluncur menjadi 10.580 dollar AS.
(https://data.worldbank.org/indicator) Dua penyebab utama Jamak
dibahas bahwa maraknya berita hoaks dan pelintiran di Indonesia karena
rendahnya kemampuan literasinya masyarakat. Hanya saja dalam tahun-tahun
terakhir juga menggerus masyarakat yang melek informasi. Bahkan, masyarakat
melek informasi justru mengamplifikasi berita hoaks atau pelintiran untuk
membuat kehebohan. Ada dua penyebab utama. Pertama,
portal berita daring yang berburu clickbait (umpan klik). Berbasis umpan klik
ini portal berita daring akan mendapat iklan yang maksimal dibandingkan
dengan berita bagus, tetapi minim pembaca. Alhasil, banyak dijumpai berita
dengan judul bombastis, tetapi tidak selaras dengan isinya. Ataupun kejadian
berada pada tempat antah berantah yang kebetulan selaras dengan peristiwa
nasional. Bahkan, tidak jarang ditampilkan berita lama yang konteksnya sama
sekali sudah berbeda. Fenomena
umpan klik tidak hanya dilakukan oleh portal berita daring kemarin sore,
tetapi juga dilakukan oleh portal berita daring arus utama. Berita memang
bukan hoaks, tetapi lebih pada pelintiran. Kasus berita tentang ekonomi
Indonesia yang sejajar dengan Timor Leste adalah pelintiran. Fakta dan data
semua tersaji dengan sahih. Selaras dengan kriteria yang ditetapkan oleh Bank
Dunia. Hanya saja posisi Indonesia pada tempat paling atas dan Timor Leste
pada lokasi paling buncit. Menyejajarkan GNI Indonesia dengan Timor Leste
alhasil tidak tepat. Kedua,
persepsi terseleksi. Sederhananya, mayoritas masyarakat mencari berita yang
selaras dengan persepsinya. Tidak mencari berita yang benar, tetapi berita
pembenaran. Alhasil, masyarakat akan berburu berita-berita untuk pembenaran
persepsinya, tidak peduli dari mana sumber berita itu. Bermunculan portal
berita abal-abal yang memproduksi berita abal-abal dan portal berita arus
utama yang mengejar umpan klik, persepsi terseleksi ini mendapat asupan nan
segar. Bahwa apa yang ada dalam pemikirannya mendapat pembenaran dari
informasi yang didapatnya. Amplifikasi
berita hoaks dan pelintiran yang dilakukan masyarakat melek literasi mirip
cendawan pada musim hujan, tumbuh subur. Ujungnya membelah masyarakat yang
sudah terbelah karena perbedaan politik, suku, dan agama ataupun satu agama,
tetapi beda aliran. Berpikir kritis Mahaguru
kecerdasan, Howard Gardner, pada 2005 mengeluarkan buku dengan tajuk Five
Minds for the Future. Ada lima pola pikir penting untuk masa depan, yaitu
terdisiplin, sintesis, kreatif, respek, dan etis. Kajian Gardner ternyata
relevan untuk kondisi sekarang, terutama untuk pola pikir terdisiplin dan
sintesis. Pada
inflasi informasi saat ini, manusia terjebak dalam rimba informasi yang tiada
ujung pangkal. Pola pikir terdisiplin mengajarkan untuk fokus pada topik atau
konsep yang betul-betul penting, baik dari isi (konten) maupun metodologinya.
Setelah memilih topik, kemudian sediakan waktu dan sumber daya yang banyak
untuk mendalami topik ini. Dekati topiknya menggunakan sejumlah cara dan
referensi. Pola pikir terdisiplin ini yang dapat menjadi pijakan berpikir
kritis di tengah rimba raya informasi. Pola
pikir sintesis merupakan kemampuan menjalin informasi dari berbagai sumber
yang berbeda menjadi satu kesatuan utuh. Ada berbagai macam cara dalam
melakukan sintesis yang oleh Howard Gardner dikelompokkan menjadi delapan
model. Salah satu dari delapan model itu adalah konsep kompleks. Inti dari
konsep kompleks adalah suatu konsep yang bisa menjalin atau memadukan
berbagai fenomena menjadi keterpaduan yang lengkap. Kembali
pada kasus ekonomi Indonesia yang sejajar dengan Timor Leste. Pola pikir sintesis
dapat dipraktikkan untuk menganalisis kasus ini. Cukup masuk pada portal
resmi Bank Dunia. Pada portal itu tersedia data lengkap, berikut juga
kriteria negara masuk dalam daftar berpendapatan tinggi, menengah atas,
menengah bawah, dan rendah. Dari data Bank Dunia ini dapat dijalin menjadi
satu kesatuan utuh dan keterpaduan yang lengkap bahwa ekonomi Indonesia jauh
di atas Timor Leste. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar