Selasa, 27 Juli 2021

 

Kuartal III Bisa Minus 0,5 Persen

Bhima Yudhistira Adhinegara ;  Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios)

JAWA POS, 26 Juli 2021

 

 

                                                           

PEMERINTAH memutuskan memperpanjang PPKM level 4 dengan pelonggaran di beberapa sektor. Hal itu berarti tekanan ekonomi masih akan berlanjut di kuartal III 2021. Terutama sektor yang sensitif terhadap mobilitas masyarakat. Misalnya, transportasi, hotel, restoran, dan ritel. Sektor-sektor itu akan mengalami kontraksi. Begitu pula sektor industri manufaktur yang berkaitan dengan pasar domestik.

 

Kenapa? Karena memang sekarang ada pembatasan sosial yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Itu akan memengaruhi kapasitas produksi dari industri manufaktur.

 

Meski ada pelonggaran PPKM level 4 jilid II, belum tentu permintaan akan meningkat signifikan. Padahal, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Mei dan Juni di atas 50. Masing-masing di level 55,3 dan 53,5. Artinya, saat itu industri manufaktur sebelum PPKM berada dalam periode ekspansi. Kini, dibutuhkan waktu yang lebih lama bagi industri manufaktur untuk kembali ke posisi Mei dan Juni.

 

Selama PPKM, industri manufaktur mengeluhkan terganggunya arus distribusi ekspor-impor bahan baku. Harapannya, hal itu menjadi perhatian penegak hukum di lapangan. Selama pembatasan sosial, penyekatan jalan harus memperhatikan arus distribusi barang industri manufaktur. Sebab, industrinya masih boleh beroperasi. Khususnya yang berorientasi pada pasar ekspor.

 

Sementara itu, hanya sedikit sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bisa bertahan dengan digitalisasi. UMKM yang go digital baru sekitar 14 persen. Artinya, 86 persen UMKM lainnya masih mengandalkan cara kerja bisnis konvensional. Bertemu secara fisik dengan pembeli. Nah, selama PPKM, 86 persen pengusaha kecil itu mengalami penurunan omzet paling dalam. Turunnya bisa sampai 90 persen. Jadi, selama kuartal III 2021 (Juli–September), pemerintah masih wajib memberikan kompensasi kepada para pelaku usaha, khususnya mikro dan kecil.

 

Sejauh ini, kompensasinya masih terlalu sedikit. Relaksasi pinjaman, misalnya, tidak semua bisa mendapatkannya. Bantuan tunai untuk usaha mikro harus ditambah. Pemerintah harus lebih kreatif dalam membantu pengusaha kecil agar bertahan sampai akhir kuartal III 2021.

 

Melihat situasi sampai saat ini, saya perkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III masih mengalami kontraksi. Minus 0,5 persen secara tahunan (year-on-year/YoY). Untuk properti, ada inovasi pameran digital dan penjualan melalui media sosial. Tapi, pada dasarnya, orang memutuskan membeli rumah itu dipengaruhi dua hal. Pertama, harus melihat rumahnya secara fisik. Artinya, dengan pembatasan sosial dan penyekatan jalan, hal itu tidak bisa dilakukan.

 

Kedua, sekitar 70 persen pembelian rumah itu memakai kredit pemilikan rumah (KPR). Nah, dalam kondisi seperti ini, bank lebih selektif memilih calon debitor. Jadi, misal saya ngajuin beli rumah, belum tentu di-ACC. Sebab, bank menghindari risiko.

 

Untuk konsumsi rumah tangga, kelompok masyarakat yang perhatian terhadap isu kesehatan adalah kelompok menengah atas. Artinya, konsumsi mereka akan pulih seiring dengan penanganan pandemi. Sementara itu, konsumsi masyarakat menengah bawah akan meningkat jika lapangan pekerjaan semakin terbuka. Jadi, mereka menunggu pemulihan sektoral dan pembukaan lapangan kerja baru. Dua kelompok itu pun harus ditangani secara paralel.

 

Kelompok menengah atas harus dipulihkan kepercayaannya untuk berbelanja dengan penanganan pandemi. Untuk masyarakat menengah bawah, bergantung cara pemerintah menciptakan lapangan kerja di sektor yang resilience di tengah pandemi. Misalnya, pertanian dan ekspor. Sebab, bagi masyarakat bawah, nggak kerja nggak makan. Sedangkan masyarakat menengah ke atas, punya duit banyak juga buat apa kalau sakit-sakitan.

 

Di sisi lain, PPKM berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pengurangan karyawan sejumlah perusahaan di perkotaan. Itu membuat masyarakat yang kehilangan pekerjaan kembali ke daerah asalnya. Ke kampung, ke desa. Tren tersebut akan memicu sektor pertanian. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar