Sabtu, 31 Juli 2021

 

Titik Temu Kepentingan Taliban-China

Tajuk ;  Dewan Redaksi Kompas

KOMPAS, 30 Juli 2021

 

 

                                                           

Upaya diplomasi kelompok militan itu menjangkau negara utama di kawasan, termasuk Rusia, Iran, India, dan China. Dengan Pakistan, relasi itu sudah lama mengakar. Terbaru dan menarik dicermati adalah relasi dengan China. Selama dua hari, mulai Rabu (28/7/2021), delegasi level tinggi Taliban diundang dan datang ke China. Mereka diterima pejabat teras, yang juga salah satu orang dekat Presiden Xi Jinping, yakni Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri Wang Yi.

 

Seperti diberitakan, delegasi Taliban yang dipimpin Kepala Kebijakan Politik Mullah Abdul Ghani Baradar diterima Wang di Tianjin, sekitar 114 kilometer tenggara Beijing. Kota itu adalah lokasi yang sama saat Wang menerima Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Wendy Sherman, awal pekan ini. Dari foto yang diunggah laman Kementerian Luar Negeri China, muncul kesan kuat, Pemerintah China menempatkan Taliban dalam posisi seperti mitra. Wang berpose untuk foto bersama Baradar, lalu duduk berbicara.

 

Pada 2019, China pernah menjamu delegasi Taliban. Namun, sebelum itu, relasi Beijing dengan kelompok perlawanan di Afghanistan itu lebih sering dilakukan lewat pintu belakang dengan bantuan Pakistan. Keputusan China menggandeng Taliban juga menguatkan kalkulasi bahwa kelompok tersebut sedang dalam perjalanan menuju pucuk kekuasaan di Afghanistan. Ketika kelak Taliban berkuasa di Kabul, Beijing telah menabur benih dan tinggal memanen.

 

Sejak AS mengumumkan penarikan pasukan dari negara itu paling lambat akhir Agustus nanti, sesuai perjanjian dengan Taliban di Doha, Qatar, Februari 2020, Taliban terus memperluas wilayah kontrolnya di Afghanistan. Taliban mengklaim, meski banyak pihak meragukan, menguasai lebih dari separuh wilayah negeri itu. Penguasaan wilayah diperkuat Taliban dengan diplomasi ke negara-negara di kawasan. Taliban butuh legitimasi internasional. Sementara Rusia, Iran, India, dan China juga memiliki kepentingan, terkait keamanan hingga ekonomi, dari jalinannya dengan Taliban.

 

Hal itu pula yang membungkus relasi China-Taliban, yang secara ideologis tak memiliki kesamaan. Dari segi keamanan, China tak ingin Afghanistan jadi pangkalan kelompok Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM), yang mengobarkan separatisme di kalangan warga etnis Uighur di Xinjiang, China barat. Dari segi ekonomi, Beijing berkepentingan meluaskan proyek Prakarsa Sabuk dan Jalan, termasuk di Afghanistan.

 

Bagi Taliban, relasi dengan China tak hanya membuka akses pada modal dan investasi dari Beijing jikalau kelak berkuasa. Berteman dengan China, yang mengantongi hak veto di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), juga memberi tameng diplomatik jika mereka mendapatkan tekanan internasional. Titik temu kepentingan itulah yang membuat hubungan terjalin dan menjadi napas pertemanan. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar