Belajar
dari Indonesia, Negara Arab Memburu Vaksin Musthafa Abd Rahman ; Wartawan Kompas di Kairo, Mesir |
KOMPAS, 30 Juli 2021
Meledaknya
kasus Covid-19 varian Delta yang berasal dari India di Indonesia mendorong
negara-negara Arab melakukan langkah preventif agar kasus yang sama tidak
terjadi di wilayah mereka. Sebelumnya, pada April dan Mei lalu, dunia Arab
cukup sukses mencegah kasus meledaknya penularan penyakit yang disebabkan virus
korona jenis baru itu dengan cara melakukan lockdown. Sejumlah
negara Arab, seperti Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab, telah melarang
warga Indonesia berkunjung. Sebaliknya, mereka juga melarang warganya
berkunjung ke Indonesia. Bahkan, Arab Saudi mengimbau warganya yang sedang
berkunjung ke Indonesia segera kembali. Pengamat
kesehatan dan media kembali gencar memberi peringatan kepada pemerintah
negara-negara Arab agar lebih waspada terhadap varian Delta yang penularannya
sangat cepat dan kini melumpuhkan banyak negara. Menurut pengamat kesehatan,
varian yang pertama kali ditemukan di India itu sudah menyebar di sejumlah
negara Arab. Naiknya jumlah positif Covid-19 di beberapa negara Arab, seperti
Tunisia, Aljazair, Arab Saudi, dan UEA, akibat varian Delta tersebut. Aljazair
menerapkan jam malam mulai pukul 20.00 hingga pukul 06.00 pagi waktu setempat
mulai Senin (26/7/2021) selama 10 hari. Negara ini juga kembali menutup
tempat wisata, pusat olahraga, dan meniadakan pergelaran budaya. Hal yang sama
dilakukan Mauritania mulai Selasa (27/7) hingga waktu yang akan diumumkan
kemudian. Tunisia
adalah negara Arab yang paling parah mendapat serangan Covid-19 varian Delta
saat ini. Kementerian Kesehatan Tunisia mengakui, sistem kesehatan Tunisia
lumpuh menghadapi penularan yang cukup tinggi. Sejak
awal Juli lalu, terdapat sekitar 4.000 hingga 10.000 kasus positif Covid-19
per hari di Tunisia. Pada saat yang sama, mereka terpaksa menerapkan lockdown
di beberapa kota. Negara
ini sejak 13 Maret telah melakukan vaksinasi atas penduduknya dan mengklaim
sekitar 2 juta penduduknya telah divaksin. Tunisia memasang target sebanyak 7
juta dari sekitar 11 juta penduduknya telah divaksin pada September
mendatang. Kementerian
kesehatan Tunisia mengklaim akan menerima 500.000 dosis vaksin Sinovac pada
akhir Juli ini dari China. Mereka juga bertekad membeli 3,5 juta dosis vaksin
Johnson & Johnson dari AS. Kantor
WHO di Timur Tengah menyebut, varian Delta menjadi faktor utama dari tiga
faktor atas tren naiknya jumlah positif Covid-19 di dunia Arab pada Juli ini,
setelah mengalami penurunan signifikan selama dua bulan sebelumnya. Direktur
WHO untuk Wilayah Timur Tengah Ahmed Al-Mandhari mengakui dan sekaligus
mengkhawatirkan meningkatnya kasus positif baru di Timur Tengah pada Juli
ini. Ia
mengungkapkan, ada tiga faktor di balik meningkatnya kasus tersebut. Pertama,
meningkatnya volume perjalanan internasional pada Juli ini yang kebetulan
bulan itu adalah musim panas. Kedua, proses vaksinasi yang masih minim dan
jauh dari target, serta kurangnya komitmen melaksanakan protokol kesehatan di
dunia Arab. Ketiga, merebaknya Covid-19 varian Delta di 98 negara, termasuk
di 13 negara Arab. Menurut
Al-Mandhari, negara-negara Arab harus segera melakukan vaksinasi terhadap penduduknya
secara masif sebagai satu-satunya cara untuk mencegah lebih banyak
penduduknya terpapar Covid-19. Namun, ujar Al-Mandhri, sayangnya vaksin tidak
terdistribusi secara adil, termasuk di dunia Arab, sehingga masih banyak
negara Arab yang sampai saat ini belum mendapat suplai vaksin memadai. Al-Mandhri
menyebut, dunia Arab masih butuh lebih dari 500 juta dosis vaksin hingga
akhir tahun 2021 untuk melakukan vaksinasi atas sedikitnya 40 persen dari
penduduknya. Akan tetapi, lanjutnya, vaksin yang terdistribusi di dunia Arab
saat ini masih jauh di bawah jumlah tersebut. Sejauh
ini, proses vaksinasi hanya berjalan baik di negara-negara Arab Teluk kaya
(Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Bahrain, Oman, dan Uni Emirat Arab). Sementara
negara-negara Arab lain masih terseok-seok dalam proses vaksinasi. Arab
Saudi mengklaim telah berhasil memvaksinasi 53 persen dari sekitar 34 juta
jiwa penduduknya. Negara ini akan mensyaratkan telah divaksin kepada
penduduknya untuk bisa melakukan kegiatan umum dan menggunakan transportasi
umum mulai 1 Agustus mendatang. Arab
Saudi selama ini mengandalkan vaksin Moderna, Pfizer, dan AstraZeneca untuk
vaksinasi penduduknya. Arab Saudi meluncurkan aplikasi Sehhaty yang bisa
diunduh semua warganya secara mudah untuk mendapatkan vaksinasi gratis. Uni
Emirat Arab juga telah berhasil melakukan vaksinasi secara masif atas
penduduknya. Menurut kantor berita Bloomberg, UEA mendapat 15,5 juta dosis
vaksin yang cukup untuk memvaksin 72,1 persen penduduknya dengan dua kali
dosis vaksin. Penduduk UEA kini sekitar 9,89 juta jiwa. Kuwait
memilih jasa militer untuk mendorong dan melaksanakan vaksinasi atas
penduduknya agar bisa cepat dan efektif. Proses vaksinasi di negara ini masih
berlangsung cukup intensif. Adapun Bahrain membangun koordinasi antara
kementerian kesehatan dan kementerian lainnya, khususnya kementerian
pertahanan, dalam proses vaksinasi. Sementara
negara-negara Arab di luar Arab Teluk kesulitan mendapatkan suplai vaksin.
Selama ini, negara-negara Arab non-Teluk sangat mengandalkan pasokan vaksin
melalui skema COVAC (mekanisme internasional yang dirancang WHO untuk
menjamin ketersediaan vaksin di seluruh dunia secara cepat, adil, dan
setimpal). Namun, pasokan vaksin melalui skema ini ternyata tidak memadai. Akhirnya
sejumlah negara Arab memutuskan kerja sama dengan pabrikan vaksin Sinovac dan
Sinopharm di China untuk mendapatkan izin produksi di dalam negeri.
Kementerian Kesehatan Mesir, misalnya, mengklaim telah menandatangani
kesepakatan dengan Sinovac untuk membangun pabrik di Mesir guna memperoduksi
40 juta vaksin hingga akhir 2021. Mesir
menargetkan minimal 40 persen dari sekitar 101 juta penduduknya sudah
divaksin hingga akhir tahun ini. Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly
mengungkapkan, pada awal Juli lalu telah dimulai produksi vaksin Sinovac
tahap pertama sebanyak satu juta dosis, dengan pabrik yang dibangun di Mesir
telah mampu memproduksi sekitar 300.000 dosis per hari. Menurut PM Madbouly,
tantangan terbesar saat ini adalah koordinasi dengan China untuk mendapat pasokan
bahan baku yang cukup dan rutin agar target tercapai. Serupa
dengan Mesir, negara-negara Arab Maghrib (Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko,
dan Mauritania) juga memilih memproduksi vaksin di dalam negeri.
Negara-negara Arab Maghrib kini menjajaki kerja sama dengan China untuk bisa
memproduksi vaksin Sinovac dan Sinopharm. Kini,
tidak ada pilihan lain bagi negara-negara Arab kecuali segera bisa
memproduksi vaksin sendiri untuk memenuhi target dapat melakukan vaksinasi
terhadap sebagian besar penduduknya secepat mungkin untuk membendung Covid-19
varian Delta yang sangat berbahaya. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar