Indonesia
Belum Memiliki Rumah Sakit Anak Sukman Tulus Putra ; Guru Besar Fakultas Kedokteran UI; Staf
Medik Departemen Ilmu Kesehatah Anak RSCM-FKUI |
KOMPAS, 10 Juli 2021
Indonesia dengan penduduk
sekitar 270 juta jiwa, dan dengan jumlah anak usia di bawah 18 tahun sekitar
90 juta, sampai kini belum memiliki satu pun rumah sakit anak/RSA (children’s
hospital). RSA merupakan rumah sakit
yang khusus dibangun dan disiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara eksklusif, komprehensif, dan lengkap pada bayi, anak, dan remaja,
sejak lahir sampai umur 18 tahun. Lengkap di sini tak hanya
fasilitas dan sarana lain, tetapi juga semua dokter sub-spesialis dan dokter
spesialis kesehatan anak, seperti spesialis mata, THT, kulit, bedah,
kedokteran jiwa, rehabilitasi medik, dan radiologi. Dengan demikian, perawatan
dan pengobatan anak bisa dilakukan secara multidisiplin dan komprehensif. Karakteristik RSA ialah
memberikan perhatian besar terhadap dukungan psikososial anak dan keluarganya
selama dalam pelayanan dan perawatan di RS. Yang ada dan banyak tersebar di
seluruh Tanah Air saat ini ialah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), bukan RSA
seperti di banyak negara lain. Perlu diingat, anak bukanlah
orang dewasa kecil. Mereka mempunyai kekhasan tersendiri, yakni senantiasa
”tumbuh dan berkembang”, hal yang tak terdapat pada orang dewasa. Bila mereka
sakit, perlu tempat perawatan dan penanganan tersendiri yang tentu berbeda
dengan orang dewasa. Mengapa
perlu RSA? Di masa pandemi Covid-19
seperti saat ini, dengan jumlah anak yang terpapar lebih dari 200.000 anak
(12,5 persen dari total kasus) dan tingkat kematian tinggi, sangatlah terasa
bahwa RSA sangat dibutuhkan. Mereka memerlukan ruang
isolasi khusus anak dengan berbagai keahlian dokter yang terkait dengan
komplikasi yang mungkin terjadi akibat infeksi SAR-CoV-2 yang mengancam jiwa
mereka. Seorang anak yang
terserang Covid-19 tak jarang memerlukan konsultasi seorang dokter
subspesialis respirologi anak, jantung anak, ahli perawatan intensif anak,
hematologi anak, ahli saraf anak, ahli alergi-imunologi anak, radiologi anak,
ahli gizi anak, dan lain-lain. Keahlian di bidang-bidang tersebut sangat
diperlukan karena Covid-19 dapat menyerang berbagai sistem organ dalam tubuh
manusia, tidak terkecuali anak. Alasan tak adanya RSA
selama ini, antara lain, demi efisiensi, sehingga pelayanan kesehatan anak
cukup disatukan dengan pelayanan pasien lain, seperti ibu ataupun orang
dewasa. Hanya sedikit RSIA dan Rumah Sakit Umum (RSU) yang memiliki semua
atau sebagian dokter anak yang dibutuhkan, dengan kualifikasi
sub-spesialisasi (konsultan). Tiap tahun, sekitar 4,5
juta bayi lahir dan terdapat tidak kurang dari 25 juta anak balita di
Indonesia. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih yang tertinggi di
ASEAN, yakni 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan dengan Vietnam (17/1.000), Thailand (8/1.000), dan Malaysia
(6/1.000). Ho Chi Minh City di
Vietnam dengan penduduk sekitar 8 juta jiwa memiliki dua RSA. Queen Sirikit
Children’s Hospital di Bangkok, Thailand,
dan Royal Children’s Hospital di Melbourne, Australia, termasuk RSA
paling modern di dunia saat ini. Lantas, RS seperti apa
sebenarnya yang dibutuhkan oleh anak-anak Indonesia? Konsep RSA seperti
diuraikan di atas sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama di negara-negara
maju dan sudah diikuti oleh beberapa negara berkembang. Rumah sakit anak yang baik
harus mempunyai fasilitas dan tenaga ahli kesehatan anak yang lengkap, mulai
dari dokter spesialis anak umum (general pediatrician) hingga dokter
spesialis dengan berbagai sub-spesialisasinya, seperti ahli paru anak,
gatroenetrologi anak, hematologi anak, jantung anak, dan tumbuh kembang anak.
Jumlahnya di Indonesia saat ini ada 14 bidang pendalaman sebagai
subspesialisasi dari spesialis anak. Demikian pula RSA harus
memiliki tenaga dokter spesialis di bidang kedokteran lain yang terkait,
seperti ahli mata anak, THT anak, kulit anak, psikiatri anak, radiologi anak,
nutrisi anak, bedah anak, dan rehabilitasi medik, yang semuanya berada di
satu RS itu. Paling tidak, perencanaan
untuk membangun beberapa RSA di seluruh Tanah Air baik oleh pemerintah maupun
swasta sudah harus dimulai dari sekarang. Bukankah investasi dalam bidang
kesehatan anak saat ini akan menjadi investasi masa depan bangsa? ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar