Pahlawan Masa
Kini
Suyatno ; Alumnus Pascasarjana Ilmu Politik UGM, Dosen
FISIP Universitas Terbuka
|
MEDIA
INDONESIA, 07 November 2012
SAAT ini kita masih tetap membutuhkan
pahlawan. Dalam makna substansinya pahlawan senantiasa ada menurut zamannya.
Memberikan manfaat dan berhitung akan peran dalam kehidupan sosial menjadikan
makna pahlawan yang sesungguhnya. Keberadaannya seiring dengan terus
berjalannya kehidupan manusia. Dalam setiap penggalan sejarah senantiasa
diperlukan kehadiran manusia dengan kepekaan sosial yang tinggi ini.
Pahlawan banyak jenisnya. Berbakti sesuai
dengan kemampuan di bidangnya menjadi peluang untuk berpredikat pahlawan.
Yang terbaiklah yang dibutuhkan.
Peringatan Hari Pahlawan 10 November diambil dari keberhasilan para pejuang Surabaya merebut Hotel Orange (Hotel Mojopahit) yang merupakan simbol penjajahan.
Apa yang membuat pahlawan dibutuhkan? Untuk
apa pahlawan itu ada? Seperti apakah pahlawan yang dibutuhkan negeri ini masa
kini?
Musuh Dihadapi
Memaknai adanya pahlawan selalu dikaitkan
dengan tantangan yang dihadapi bangsa. Pahlawan ada bila negara masih
memiliki tantangan atau musuh. Masih pula ada upaya untuk mengatasi
tantangan. Selama itu pula pahlawan senantiasa relevan.
Dulu pahlawan ada karena ingin mewujudkan
bangsa merdeka. Karena ingin bangsanya bersatu, muncullah pahlawan. Pahlawan
juga hadir ketika kaum perempuan ingin beremansipasi. Pahlawan datang karena
bangsa harus dicerdaskan. Pahlawan juga ada saat sang pemimpin harus menjadi
pelindung bagi rakyat jelata.
Ada cita-cita besar sehingga mampu memunculkan
manusia berkaliber pahlawan. Bila cita-cita itu terwujud, tercapailah
kehidupan bersama manusia yang ideal. Tentu mewujudkannya tidak mudah. Tak
sembarang orang mampu melakoninya. Sejumlah hambatan berat dan ringan mesti
dilalui. Itulah musuh yang dihadapi.
Dahulu bangsa ini menghadapi penjajahan,
kemiskinan, dan juga kebodohan. Penjajah ternyata membelenggu bangsa ini
untuk menentukan kehidupannya. Tidak cukup tersedia peluang manusiamanusia
negeri ini untuk berekspresi dalam hidupnya. Jangankan bekerja, untuk makan
dan tidur saja kita susah dibuatnya.
Bangsa ini menjadi miskin. Bukan karena
alam yang gersang. Namun, manusia dibuat tidak tenang dalam hidupnya. Tidak
bisa berpikir akan hidupnya di waktu mendatang. Negeri ini dibuat bodoh
karena kebodohan akan mengantarkannya pada kehancuran. Itulah kehendak kaum
penjajah yang haus akan nikmatnya hidup di negeri ini.
Kini kita masih punya musuh serupa. Ada
sejumlah problematik bangsa ini yang bisa merongrong dicapainya kemajuan.
Masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila masih direcoki niat,
sikap, perilaku, dan ambisi sempit. Tidak saja oleh orang lain, tetapi juga
anak bangsa ini sendiri.
Sikap tidak kesatria berkembang dan
merajalela. Menimpakan kesalahan yang dilakukan kepada orang lain. Kambing
hitam menjadi kata yang populer di negeri ini. Tidak saja rakyat biasa,
contoh justru sering diberikan para elite bangsa ini. Hukum tidak lagi
menjadi pengadil karena hukum bisa dicari celahnya. Sesuatu yang salah bisa
dibuat menjadi benar. Demikian pula sebaliknya.
Akibatnya orang gemar berbuat sesuatu tanpa
pikir panjang apakah hal itu akan merugikan orang banyak atau tidak. Bahkan
sering ditempuh cara kekerasan bersifat massal. Hilang sudah budaya malu
berbuat salah. Toh tidak akan ketahuan. Tidak ada persoalan tentang kesalahan
seseorang berakhir secara jelas. Semuanya menyisakan tanda tanya yang tak ada
jawabnya secara pasti. Orang cenderung tidak peduli dan masa bodoh. Yang
dipentingkan ialah tercukupinya kebutuhan dan kekuasaan diri, keluarga, dan
kelompoknya.
Generasi muda terjebak pada kecenderungan
bermanja-manja. Paham ini seakan sengaja disuntikkan dengan gaya hidup glamor
dan serbainstan. Akibatnya sebagian besar kelompok yang menjadi tumpuan masa
depan bangsa itu tidak bisa berusaha dan berpikir makna hidup yang
sesungguhnya. Semua dianggap mudah, walau tidak pernah ada ukuran yang bisa
mereka pegang untuk anggapan itu. Mereka bahkan memaksakan kekerasan kepada
sesama.
Penjajahan tidak lagi seperti masa dulu.
Persaingan ekonomi dan politik dengan bangsa-bangsa lain menjadi pengganti
bentuk penjajahan gaya baru (neokolonialisme). Hal itu ikut sangat berpengaruh
terhadap corak kehidupan bangsa seperti di atas. Dengan sangat halus
persaingan itu mendesak dan melibas sendi kehidupan bangsa ini. Terkadang
kita kurang menyadari bila hal ini telah terjadi di depan mata kita semua.
Dibutuhkan Saat Ini
Setiap manusia bisa menjadi pahlawan. Kemampuannya
untuk merenda sejumlah nilai dalam hati, gerak, langkah, perbuatan, dan
ucapannya yang mampu membedakannya untuk layak disebut pahlawan. Pahlawan
pada dasarnya orang yang memiliki dedikasi sosial yang tinggi. Orang yang
memiliki pengorbanan dan tanggung jawab kepada orang banyak, yaitu kesadaran
untuk berbuat, melakukan pekerjaan dengan baik dan ikhlas, menunjukkan
kesungguhan terhadap sejumlah orang yang terkait dengan peran dan
pekerjaannya. Seorang pahlawan bahkan merelakan jiwanya dipertaruh kan untuk
kepen tingan masyarakat luas. Meskipun ter kadang tidak ada orang yang
mengetahui atau mengenangnya. Pahlawan sepi dari pamrih.
Sejumlah nilai yang dimiliki para pahlawan
tetap relevan dan dibutuhkan bangsa ini ke depan. Meski musuh dan tan tangan
yang dihadapi bangsa berbeda, nilai-nilai itu tetap diharapkan hadir di
tengah-tengah masyarakat kita. Dibutuhkan para pahlawan masa kini yang
berpikir untuk bangsanya.
Pertama, di antara sikap kepahlawanan yang
dibutuhkan ialah sikap anti korupsi. Penyelewengan keuangan itu merupakan
salah satu musuh besar bangsa ini. Menghindarinya bahkan kebera nian
memberantasnya ialah sikap pahlawan masa kini. Semakin banyak jumlah orang
jenis ini dan makin gigih perjuangan mereka maka akan berhasil perjuangan
bangsa ini melawan musuh abadinya yang terbesar.
Kedua, berani mengungkap kebenaran dan
keadilan merupakan sikap pahlawan masa kini lainnya. Semakin banyak orang
yang menyembunyikan kebenaran di negeri ini. Padahal bila suksesnya
kebohongan harus ditutup dengan kebohongan-kebohongan lainnya, tinggal
menunggu kehancuran. Bila tidak di dunia, sebagai makhluk bertuhan kita masih
harus mempertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Pahlawanlah orang-orang yang
bisa menjadi pelopor pengungkap kebenaran dan penegak keadilan.
Ketiga, sikap yang dibutuhkan lainnya ialah
berpikir ke arah kebaikan dan kemanusiaan. Karut-marut bangsa ini akibat
terjadinya krisis kebaikan. Setiap usaha yang dilakukan sering mengabaikan
fungsinya untuk kebaikan bersama. Terjadilah pilihanpilihan kebijakan publik
yang efeknya merugikan banyak orang. Pahlawan masa kini berani berpikir
kepada kebaikan bersama dalam gerak langkahnya. Orientasi kebangsaan menjadi
kebutuhan yang langka. Sikap itu kini sulit dijumpai di negeri ini. Bukan
rasa yang semakin besar yang kita nikmati, melainkan bangsa ini seakan
semakin kecil dan terpecah.
Bangsa yang besar
ialah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Semakin banyak pahlawan maka
makin besarlah bangsa itu. Pahlawan senantiasa dibutuhkan sebuah bangsa dalam
mencapai citacita mulianya. Terima kasih, wahai, pahlawan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar