Obama
Lanjutkan Penciptaan
Brand Keadilan
Masyarakat Amerika
Suzie S Sudarman ; Pakar Kajian Amerika Serikat dan Ketua Pusat
Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia
|
MEDIA
INDONESIA, 08 November 2012
OBAMA yang terpilih di
2008 dan 2012 ini niscaya dapat merepresentasikan sebuah brand keadilan
Amerika Serikat yang dilakukan oleh sosok kepemimpinan yang jujur dan dapat
dipercaya. Sebuah model yang bisa menjadi anutan bagi bangsa Indonesia.
Bangsa ini tengah mendambakan hadirnya rasa persaudaraan melalui sebuah
pembentukan komunitas yang berkeadilan dan terus mengupayakan kesejahteraan.
Soal keadilan menjadi menonjol di masa pembangunan ekonomi yang kian menjadi
kompleks dalam dekade mendatang, dan menyebabkan penghitungan pertumbuhan
ekonomi yang bergantung kepada variabel tunggal akan menjadi kurang
bermanfaat (Sachs, 2012).
Obama dan Pemilihan 2008
Ketika terpilih pada
2008, Presiden Barack Obama merepresentasikan dirinya sebagai seseorang yang
mampu mengatasi perpecahan. Karena lahir sebagai orang yang berdarah campuran
hitam dan putih, ia memiliki rasa keseimbangan mendalam dan sebuah intuisi
khas yang bisa menjadi tumpuan bagi kalangan yang berbeda untuk bersatu. Ia
merepresentasikan dirinya sebagai penyembuh dan bukan sebagai pemecah
(Lelyveld, 2008). Ketika menulis, ia melakukan sesuatu di luar dari apa yang
diperkirakan. Ia cenderung merefleksikan rasa kerisauan dan keraguannya, dan
mengaitkan berbagai masalah yang sulit diekspresikan politisi lainnya,
seperti soal ras dan kelas, penyalahgunaan obat terlarang, kemiskinan, dan
agama (Lewan, 2008).
Untuk sebagian orang,
kemenangan Obama mencerminkan sebuah pemilihan baru yang berpusat pada
keragaman etnik di saat Amerika masuk ke dunia politik yang baru dan sangat
signifikan maknanya. Tetapi lebih penting untuk dicatat ialah bahwa Presiden
Obama telah menciptakan kembali brand Amerika. Amerika yang bisa mewujudkan
kesejahteraan bagi rakyatnya melalui penguatan proses demokrasi dan perubahan
peri kehidupan rakyat yang kurang mampu.
Latar belakangnya
menarik sebagai penggerak komunitas (community
organizer) karena ia berhasil membangun lingkungan yang telah rusak
akibat ditutupnya beberapa pabrik besi baja. Dia mulai dengan sebuah upaya
pelatihan kerja untuk para penganggur dan program pascasekolah bagi
anak-anak. Karena pengalaman inilah Presiden Obama mulai menyadari apabila
kalangan yang beriman itu bersatu, mereka niscaya dapat melakukan hal-hal
yang luar biasa baiknya.
Program-programnya
bersifat progresif dan menyangkut 37 juta masyarakat miskin. Kebanyakan
mereka terdiri dari wanita yang telah bercerai dan anak-anak. Ia terus
menerus memperjuangkan EITC (earned
income tax credit), menciptakan tingkat gaji yang memadai, mempekerjakan
guru-guru yang baik khususnya di bidang sains dan matematika di
sekolah-sekolah yang sedang mengalami kesulitan, menambahkan hibah Pell (Pell
Grants) bagi mereka yang ingin mengenyam sekolah di perguruan tinggi.
Presiden Obama percaya
bahwa bangsanya mampu mengurangi tingkat kemiskinan dengan dua cara, yakni
dengan meningkatkan rasa tanggung jawab atas diri mereka masingmasing sebagai
suatu ma masing sebagai suatu syarakat, juga atas upaya memperkukuh keluarga
kuh keluarga Amerika.
Untuk membantu
keluarga Amerika dalam meningkatkan pendapatan, Presiden Obama telah mengusulkan
kredit tabungan untuk kalangan berpenghasilan rendah atau kurang dari
US$75.000 (savings credit for
low--and-middle income Americans), juga dalam hal kredit pajak untuk anak
dan yang membutuhkan bantuan (the child
and dependent care tax credit) sehingga kalangan yang bekerja bisa
memperoleh diskon 50% atas pengeluarannya.
Presiden Obama juga
telah mendorong lahirnya rencana stimulus untuk menghindarkan pemutusan kerja
dan menciptakan lapangan kerja dengan investasi di bidang infrastruktur. Di
samping juga memberikan kredit perpajakan sebesar US$4.000 untuk pembayaran
uang sekolah di perguruan tinggi buat seluruh bangsa (American opportunity tax credit).
Obama dan Pemilihan 2012
Menjelang pemilihan
umum 2012 Presiden Obama merepresentasi dirinya sebagai orang yang akan memperjuangkan
kepentingan kalangan rakyat yang biasa. Narasi yang mengawali mengawali
pertarungan ini berisi cerita tentang kepresidenannya yang merupakan sebuah
rangkaian yang kukuh dan tidak populer, menceritakan tentang upaya mengatasi
persoalan pabrik mobil dan perawatan kesehatan.
Dalam hal ini ia
berupaya menunjukkan soal kalangan kelas menengah yang ia coba selamatkan.
Dengan penuh bekas luka-luka, ia tetap menjanjikan untuk tidak mundur dari
pertarungan merealisasikan terbangunnya kalangan kelas menengah yang lebih
besar. Kata ‘akan bertarung’ acap kali muncul dalam pidatonya. Ia
merepresentasikan dirinya sebagai benteng baik terhadap upaya kalangan Partai
Republik di Kongres maupun kaum berada yang direpresentasikan oleh Romney.
Namun ada banyak
kendala menghadang yakni kalangan Partai Republik akan mempertahankan kontrol
di Kongres sekalipun Presiden Obama terpilih kembali. Sangat mungkin kelompok
Tea Party yang senantiasa menolak
kebijakan Presiden di 2010 tentunya akan tetap merasa berani karena
kesuksesan pemilihan anggota Kongres Partai Republik-—dan mungkin saja
menjadi lebih keras kepala dalam resistensinya terhadap rancangan pengeluaran
di tataran domestik. Dalam menghadapi negosiasi yang akan berlangsung,
seorang presiden yang terpilih kembali akan dipaksa untuk mempertahankan
tingkatan pengeluaran untuk pendidikan yang ada dan bisa jadi akan mengalami
kesulitan dalam upayanya menciptakan program-program baru.
Seorang presiden yang
terpilih kembali, jika dibatasi tindakannya oleh Kongres, bisa berpaling ke
luar negeri. Mungkin bisa timbul konflik soal Iran karena banyak yang tidak
bisa menerima keadaan di mana Iran itu mempersenjatai diri dengan nuklir.
Memang seorang presiden yang sedang menjalani proses pemilihan kembali tidak
akan secara spesifik menyebutkan rencananya di masa pemerintahan keduanya.
Dengan terpilihnya
kembali Barack Obama, terbukti bahwa soal kejujuran, rasa percaya, dan karakter
itu penting. Warga Amerika memandangnya dari kenyataan bahwa sebagai
pemimpin, Presiden Obama-sekalipun sering tersandung-sanggup bertahan dalam
kurun waktu empat tahun mencoba mengatasi keadaan ekonomi yang sangat sulit.
Obama memang telah
berhasil mewujudkan Undang-Undang Perawatan Kesehatan melawan kekuatan yang
menentangnya sekalipun sebuah upaya membenahi soal imigrasi luput dari
jangkauannya. Pemotongan pajak untuk orang kaya yang ia janjikan untuk
diakhiri ternyata juga masih bertahan. Oleh karena itulah, ia kurang banyak
menjanjikan hal baru. Utang pemenuhan janji yang lama tetap mengganggu dalam
proses kampanye untuk masa pemerintahan keduanya.
Presiden Obama masih
menjanjikan peningkatan taraf perpajakan pasangan yang berpenghasilan
US$250.000 dan individu yang berpenghasilan US$200.000 karena agenda
pemerintahannya membutuhkan hasil penerimaan pajak yang lebih tinggi dari
kalangan yang berpenghasilan tinggi.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia, menjelang
Pemilihan Umum 2014 tentunya bisa menyambut brand keadilan Amerika Serikat yang dilakukan oleh sosok
kepemimpinan yang jujur dan dapat dipercaya, untuk memperkukuh persatuan
bangsa dalam menyongsong masa depan yang lebih gemilang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar