|
Menyongsong Siklus
Tujuh Abad Nusantara
Widjajalaksmi Kusumaningsih ; Pengajar Fakultas Kedokteran
Universitas
Indonesia; Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
|
KOMPAS,
12 November 2012
|
Mengikuti siklus
peradaban, maka Nusantara, Indonesia, pernah menjadi pusat peradaban dunia
melalui siklus tujuh abad. Dimulai dari Kerajaan Sriwijaya sekitar 700
Masehi, Majapahit sekitar 1400 M, dan siklus berikutnya diharapkan akan
terjadi sekitar tahun 2100 M.
Namun,
untuk menyongsong siklus tujuh abad Nusantara itu perlu peninjauan evolusi
otak manusia dengan menitikberatkan pada bagaimana perkembangan peradaban
manusia dan rotasi kehidupannya.
Bonus
demografi juga menjadi penentu arah perubahan perkembangan peradaban
Indonesia yang hendak kita capai dengan memastikan hadirnya peradaban yang
bersumber dari nilai kebenaran (veritas), kejujuran (probitas), dan keadilan
(iustitia).
Kemampuan
manusia beradaptasi menjadi penting karena berkaitan dengan proses evolusi
biologis manusia, juga evolusi yang terjadi pada otak manusia. Proses
berpikir manusia selalu beradaptasi terhadap berbagai situasi, seperti
keadaan emosi, pemikiran, ataupun gagasan yang akan ditanggapi secara berbeda
tergantung situasi sekitarnya.
Kemampuan
manusia beradaptasi tidak dapat dipisahkan dari teori filogeni dan ontogeni
otak. Filogeni otak ialah proses adaptasi otak terhadap lingkungan sejak
jutaan tahun yang lampau sampai saat ini. Ontogeni otak ialah proses
pertumbuhan atau proses maturasi fisik otak sejak dalam kandungan sampai
dewasa. Pada ontogeni otak terjadi pengulangan dari evolusi filogeni otak.
Perubahan
volume dan kapasitas otak manusia adalah proses biologis. Hal ini dapat
diamati dari fosil tengkorak manusia purba, terjadi perubahan ukuran
tengkorak yang makin membesar. Kapasitas tengkorak yang lebih besar berarti
volume otak bertambah.
Fosil
manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah Pithecanthropus, di
antaranya Pithecanthropus mojokertensis dengan kapasitas otak 1.013-1.251 cm
Perkembangan
penting dalam pembesaran otak manusia terjadi akibat bertambahnya volume otak
pada lobus frontalis dan lobus parietal. Ini berhubungan dengan berkembangnya
keinginan, gagasan serta pengendaliannya, kepribadian, daya simak, pemikiran,
asosiasi dan integrasi berbagai pengalaman. Semuanya menuju pada perkembangan
biososial manusia dengan tiga hal penting, yaitu pembuatan alat, organisasi
sosial, dan komunikasi dengan bahasa.
Ketiganya
merupakan ciri biokultural dan fenomena suatu populasi. Secara biologis
morfologis, manusia adalah primata yang berdiri tegak dan mempunyai otak yang
besar, mengakibatkan ia berbudaya, termasuk berbahasa.
Proses
berpikir ikut berevolusi akibat evolusi biologis dan beradaptasi secara
kultural. Bahasa dan budaya merupakan tahap tertinggi dalam proses evolusi
manusia dan merupakan bukti adanya proses berpikir oleh otak manusia yang
mampu memahami simbol, abstrak, dan menghasilkan berbagai gagasan ataupun
penemuan canggih.
Evolusi
pada manusia ini adalah suatu keniscayaan agar manusia modern memiliki
kapasitas mengembangkan peradabannya menjadi manusia bijak (Homo sapiens)
yang arif dan bijaksana mengelola lingkungan dan tidak merusak lingkungannya.
Bangsa
yang maju peradabannya dapat dilihat dari geografi, sejarah, dan
demografinya. Jumlah penduduk yang besar belum berarti bahwa bangsa atau
negara yang bersangkutan itu juga besar, tetapi adalah suatu kenyataan bahwa
jumlah penduduk yang besar memberi kemungkinan- kemungkinan yang tidak
sedikit bagi suatu bangsa untuk memperoleh tempat yang berarti di dunia.
Pernyataan
itu dikemukakan Nathan Keyfitz, ekonom berkebangsaan Kanada dari Universitas
Harvard, dan Widjojo Nitisastro, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, yang memublikasikan hasil riset mereka tahun 1955 dalam buku Soal
Penduduk dan Pembangunan Indonesia.
Jika
jumlah penduduk dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, ditemukan istilah bonus
demografi. Sri Moertiningsih Adioetomo dalam pidato pengukuhan sebagai Guru
Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyatakan, bonus demografi
adalah keadaan di mana jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) lebih besar
dibandingkan jumlah penduduk muda (di bawah 15 tahun) dan lanjut usia (65
tahun ke atas).
Indonesia
mulai menikmati bonus demografi tahun 2010 dan berakhir tahun 2050. Puncak
bonus demografi terjadi tahun 2020-2030. Bonus demografi ini memberi peluang
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang diharapkan dapat memberi
peningkatan kesejahteraan tertinggi sehingga menurunkan angka kemiskinan.
Apabila
Indonesia tidak memanfaatkan peluang ini, hanya mengandalkan praktik ekonomi
yang biasa atau business as usual, akan muncul peluang bencana (door to
disaster) dan kerusuhan sosial (social unrest).
Saat
ini sudah waktunya kita melakukan pembaruan dengan memanfaatkan peluang
meningkatkan kapasitas dan kualitas manusia Indonesia melalui evolusi otak
yang terus berlangsung, menyongsong siklus tujuh abad Nusantara dan adanya
window of opportunity dari bonus demografi dengan membangun peradaban yang
bersumber pada nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan keadilan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar