Langkah Cepat
Golkar
Tjipto Subadi ; Dosen Prodi Pendidikan Geografi FKIP
dan Pascasarjana
Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS)
|
SUARA
MERDEKA, 22 November 2012
RAPIMNAS IV
Partai Golkar di Jakarta akhir Oktober lalu membuka sejarah baru bagi ketua
umum partai itu, Aburizal Bakrie untuk ditetapkan menjadi calon presiden.
Pimpinan partai tersebut berharap elektabilitas dan popularitas Ical terus
naik menjelang Pilpres 2012, dari sekarang 61% menjadi 90%.
Inilah untuk kali pertama
parpol mengumumkan nama capres meski pelaksanaan pesta demokrasi itu masih 20
bulan lagi. Partai penguasa pada zaman Orba itu tampaknya belajar dari
pencalonan Jusuf Kalla dalam Pilpres 2009, yang terlambat diumumkan sehingga
penyosialisasiannya pun terhambat banyak kendala, termasuk ada perpecahan
internal.
Mereka tentu berharap dengan
waktu yang cukup panjang, sosialisasi Ical sebagai capres lebih efektif
karena partai besar lain belum mengumumkan jago mereka. Tampaknya, Golkar
berharap Pileg dan Pilpres 2014 menjadi momentum terbaik mengembalikan
kejayaan partai seperti zaman Orba.
Sebagai partai yang sudah
berusia 48 tahun, 32 tahun di antaranya menjadi partai penguasa Orba, Golkar
memiliki infrastruktur paling lengkap dibanding parpol lain. Partai itu
juga memiliki kekuatan institusi berupa jaringan, sumber daya manusia, dan
pengalaman yang mampu mengerakkan mesin partai secara efektif sampai tingkat
anak ranting.
Bahkan berdasarkan hasil survei
terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang diumumkan 14 Oktober lalu,
Golkar diprediksi memenangi Pileg dengan 21% suara. PDIP diprediksi meraih
17,2% suara, Demokrat 14%, Gerindra 5,2%, Nasdem 5%, dan partai Islam (PKS,
PPP, PAN, PKB, dan PBB) di bawah 5%. Hasil survei itu sekaligus menunjukkan
Golkar menggeser Partai Demokrat, pemenang Pemilu 2009.
Dengan pemaklumatan Ical
sebagai capres, berarti Golkar bergerak cepat dan membuat gebrakan politik
sekaligus keberanian. Hal itu menunjukkan mereka percaya diri untuk memenangi
Pemilu 2014. Dengan lebih dulu mengumumkan nama capres, partai itu terlihat
paling siap mengikuti pilpres, yang bisa berdampak pada peningkatan
popularitas dan elektabilitas Ical. Padahal parpol lain baru tahap
mengelus-elus jago, bahkan ada yang belum mantap memilih capres.
Sebagai partai mitra koalisi
pemerintah, pemimpin Golkar sangat mafhum prestasi pemerintahan SBY-Boediono
dalam tiga tahun ini kurang menggembirakan ketimbang pemerintahan SBY-Kalla,
dan waktu itu JK menjabat Ketua Umum Partai Golkar. Publik saat ini menilai
kinerja pemerintahan SBY-Boediono menurun, banyak terbelit kasus seperti Bank
Century, Bibit-Chandra, dan penegakan hukum yang masih tebang pilih.
Belum lagi kasus dugaan korupsi
Hambalang yang menyeret petinggi Demokrat, korupsi simulator SIM yang
menyeret pejabat Polri, dan terorisme yang tak kunjung usai. Yang terkini
adalah sinyalemen ada mafia narkoba di Istana terkait pemberian grasi untuk
terpidana wanita bandar narkoba.
Tantangan Ical
Tapi seandainya Golkar
memenangi Pileg pun, tak mudah bagi Ical untuk menuju Istana karena ada
sejumlah kendala. Pertama; Ical bukan orang Jawa padahal Jawa suku mayoritas
di Indonesia. Dari enam presiden, sejak Soekarno hingga SBY, semuanya suku
Jawa, kecuali BJ Habibie dari Gorontalo. Itupun Habibie meneruskan masa
jabatan Soeharto yang tinggal 17 bulan. Keterpilihan Jokowi yang didukung
mayoritas orang Jawa di DKI, seharusnya menjadi pelajaran bagi Golkar.
Kedua; berkaitan dengan kasus
lumpur Lapindo di Sidoarjo yang melibatkan perusahaan milik Ical, dan kasus
berbagai utang Grup Bakrie yang rasanya mustahil terbayar meski menjual
seluruh aset. Menurut media massa di Jakarta, utang 10 perusahaan Grup Bakrie
hingga kuartal I tahun 2012 dalam rupiah mencapai Rp 21,4 triliun, dengan
utang jatuh tempo tahun ini Rp 7,1 triliun.
Adapun utang dalam dolar AS
tercatat 5,7 miliar, dengan utang jatuh tempo tahun ini 275 juta dolar AS.
Menurut laporan keuangan kuartal I tahun 2012, ada 3 perusahaan dengan utang
jumbo, yakni Bakrie and Brothers Tbk dengan total utang Rp 8,6 triliun dan
jatuh tempo 2012 Rp 2,3 triliun, PT Bumi Resources Tbk 3,69 miliar dolar AS
dengan total jatuh tempo 62 juta dolar AS, dan PT Bumi Resources
Mineral Tbk (BRMS) berutang 295 juta dolar AS, dengan jatuh tempo 12 juta
dolar AS. Berbagai kasus dan utang menggunung itu punya pengaruh terhadap
tingkat kepercayaan kalangan bisnis dan pengusaha, termasuk masyarakat calon
pemilih, terhadap kredibilitas Ical.
Ketiga; capres lain yang bakal
dihadapi Ical merupakan tokoh sangat populer, memiliki elektabilitas,
akseptabilitas, integritas, kepemimpinan, dan kredibilitas tinggi, serta
didukung partai besar, semisal Megawati, Ani Yudhoyono, Prabowo Subianto, dan
Jusuf Kalla. Prabowo meski didukung partai kecil, ia memiliki tingkat
popularitas dan elektabilitas tertinggi di antara capres lain sebagaimana
ditunjukkan hasil survei berbagai lembaga.
Seandainya Golkar menenangi
pileg, perjuangan Ical supaya bisa menduduki kursi RI-1, selain membutuhkan
kerja keras, perlu sebuah keajaiban. Namun jika menjadi suratan takdir, tak
ada satu pun kekuatan yang bisa menghalanginya menuju Istana. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar