Fauzul Azmi Zen ; Ketua Divisi Informasi dan Publikasi Isefid,
International Islamic University Malaysia
|
REPUBLIKA,
03 November 2012
Mari kita berandai-andai.
Andaikan Anda di minta menuliskan buku panduan strategi marketing dengan
mengambil biografi Muhammad SAW, apa yang Anda lakukan agar ia semembius Rich
Dad, Poor Dad yang menjadi `kitab suci' bagi pelaku bisnis multilevel marketing (MLM)? Goresan
tulisan ini bermula setelah terbelalak membaca kabar yang menghebohkan di dunia
bisnis.
Robert Toru Kiyosaki,
sang guru finansial sekaligus penulis buku keuangan terlaris di dunia itu
baru saja mengajukan kebangkrutan perusahaannya, setelah kalah dalam putusan
pengadilan melawan The Learning Annex,
sebagaimana dilaporkan the New York
Post. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan Kiyosaki Rich Global LLC
diperintahkan untuk membayar denda hampir 24 juta dolar AS (sekitar Rp 227
miliar) kepada pendiri dan ketua Learning Annex, Bill Zanker.
Sebelum membaca kasus
ini, penulis berpikir ini adalah karya motivasi bisnis yang epidemi dan
membumi. Bagaimana tidak, Kiyosaki tidak hanya berhasil menggugah semangat
jutaan pebisnis yang masih hijau dengan pengalaman, namun juga berhasil
menyentil para akademisi yang gagal menjadi kaya.
Robert bahkan menyihir dunia bisnis dengan membuat trend baru: menjual
seminar dan pelatihan dalam kemasan lebih bergengsi.
Kiyosaki, sebelum
menulis buku, adalah akademisi yang sudah berulang kali membangun bisnis,
tetapi beberapa kali pula jatuh. Apabila para pembaca tahu judul buku Robert
Kiyosaki yang pertama terbit pada tahun 1993, yaitu If You Want to be Rich and Happy ... Don\'t Go to School.
Walaupun sempat menjadi best seller di Amerika Serikat, buku ini sangat
kontroversial, sehingga hak terjemahan tidak dijual ke luar Amerika Serikat,
dan baru pada 1997 dia menulis buku lagi, yaitu Rich Dad, Poor Dad.
Pada buku itulah ia
memperkenalkan konsep kebebasan finansial yang dilakukan dengan buku, game,
seminar, dan bentuk inovasi konsep bisnis lain- nya. Dia sangat cerdas,
melalui usaha ini pada akhirnya ia mendapatkan kebebasannya. Konsep financial
literacy yang ditawarkannya merupakan pelajaran yang belum didapatkan di
sekolah manapun.
Sejujur apakah
motivasi bisnis Robert Kiyosaki? Tak dinyana konsep sedemikian dahsyat itu
miskin penerapan. Miskin kejujuran. Kasus ini seolah menjadi teguran hebat
bagi para pengikut Robert Kiyosaki bahwa selincah apa pun trik bisnis yang
ditanamnya, ternyata masih memerlukan ruang untuk bertanya, "validkah
ini?"
Robert Kiyosaki
sebenarnya tidak melulu berbicara konsep kecerdasan finansial, di satu sisi
ia pernah menyentuh konsep piramida belajar. Kisahnya mengingatkan kita pada
Adam Smith dalam The Moral of Sentiment
Theory yang menggagas nilai santun berekonomi.
Namun, akibat jarang
diwariskan secara gamblang kepada muridnya, teori ini menjadi dilupakan Nah,
sekarang giliran followers Kiyosaki
juga wajib tahu tentang seorang yang lebih besar pengaruhnya dari kehidupan
Sang Guru Finansial. Ia yang dinobatkan as
the Greatest man of history oleh Michael Hearth dalam The 100 Most Influential Persons In
History. Dalam puncak emas torehan sejarah bisnisnya, ia bahkan
menyunting istrinya dengan mahar 100 unta merah. Bayangkan, bila bukan karena
kejayaan usahanya, bagaimana seorang yatim piatu mampu melakukannya? Ya,
dialah Rasulullah Muhammad SAW.
Keteladanan ini yang sepertinya mengharuskan Robert Kiyosaki sekali-kali
harus berkunjung untuk duduk sejenak di majelis Rasulullah, mencatat apa yang
dibantahnya. Pertama, jika Anda meyakini bahwa alat ukur kesuksesan dalam
bisnis adalah uang, mungkin Anda benar, tapi tidak dengan bisnis Rasulullah.
Indikasi kesuksesan ala Rasulullah adalah meraih trust dan competence.
Kedua, Jika Anda
meyakini bahwa transparasi adalah sesuatu yang naif dalam bisnis, justru
Rasulullah menjadikannya sebagai karakter solid dalam menjaga reputasi
perniagaan. Keterbukaan Rasulullah, dalam melakukan transaksi perdagangan
merupakan teladan bagi setiap pengusaha. Beliau selalu menepati janji dan
mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas sesuai dengan permintaan
pelanggan sehingga tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh.
Ketiga, jika Anda
meyakini semua motif bisnis adalah memaksimalkan kekayaan, Anda tidak salah,
namun Nabi Muhammad SAW looking beyond
profit. Ia menjadikan bekerja sebagai la dang menjemput surga; sarana pembelajaran
untuk berpikir visioner, kreatif, dan siap menghadapi perubahan; pintar mempromosikan diri; menggaji karyawan sebelum kering keringatnya; mengutamakan sinergisme; berbisnis dengan cinta; serta pandai bersyukur dan
berucap terima kasih.
Mari berkaca dari
Rasulullah, lalu mencari makna. Pesan moral yang bisa kita serap dari kasus
ini ialah: melek finansial perlu dibarengi melek niat.
Kiyosaki agaknya tidak istiqamah membangun instrumen kekayaannya. Melalui kasus kebangkrutan Kiyosaki Rich Global LLC, penulis memberi penekanan khusus pada urgensi amanah.
Kesuksesan yang
didapatkan Rasulullah tak bisa lepas dari keberhasilannya men- jaga amanah,
menarik sekali karakter ini, sehingga tidak ada satu pun orang yang
berinteraksi dengan Rasulullah kecuali mendapatkan kepuasan yang luar biasa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar