PERGURUAN
TINGGI DI INDONESIA :
PTN
Luar Jawa, Dana Terbatas Miskin Fasilitas
Laporan
Khusus Tim Kompas
KOMPAS,
20 Juli 2012
Ketika perguruan tinggi lain berlomba-lomba
menjadi perguruan tinggi kelas dunia (world
class university), perguruan tinggi negeri di luar Jawa justru terseok-seok
dengan banyak persoalan. Selain kekurangan tenaga pengajar berkualitas,
perguruan tinggi negeri di luar Jawa juga menghadapi persoalan terbatasnya dana
dan minimnya prasarana.
Universitas Palangkaraya di Kalimantan Tengah,
misalnya, melayani sekitar 13.000 mahasiswa dan menerima sekitar 3.000
mahasiswa baru setiap tahun. Jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan
perguruan tinggi lain. Meski demikian, perguruan tinggi ini menghadapi
persoalan kurangnya ruang kelas dan minimnya fasilitas laboratorium.
”Untuk laboratorium fakultas kedokteran saja
butuh dana sekitar Rp 50 miliar,” kata Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum
dan Keuangan Universitas Palangkaraya Ciptadi.
Mengandalkan keuangan rutin Universitas Palangkaraya
untuk melengkapi fasilitas laboratorium, menurut Ciptadi, tentu tidak mungkin
karena anggaran tahunan Universitas Palangkaraya sangat terbatas. Pada 2011
lalu anggaran Universitas Palangkaraya sekitar Rp 193 miliar, sementara
anggaran 2012 sekitar Rp 200 miliar. Mengandalkan uang kuliah mahasiswa untuk
membeli fasilitas laboratorium juga tidak mungkin karena uang kuliah mahasiswa
hanya sekitar Rp 1,2 juta per semester yang masuk dalam penerimaan negara bukan
pajak.
”Untuk fasilitas laboratorium, kami meminta
khusus kepada pemerintah,” kata Ciptadi.
Bukan hanya fasilitas laboratorium yang
terbatas. Karena anggaran untuk perawatan fasilitas kampus sangat minim,
sejumlah fasilitas yang tersedia seperti terbengkalai. Cat gedung Perpustakaan
Universitas Palangkaraya, misalnya, kusam dan di beberapa bagian dindingnya
retak-retak. Di Laboratorium Dasar dan Analitik Universitas Palangkaraya,
sejumlah jeriken kecil, tabung, dan botol air mineral tergeletak di atas meja
semen berlapis keramik. Sungguh tak nyaman untuk institusi pendidikan berstatus
perguruan tinggi negeri (PTN).
Tenaga Dosen Terbatas
Selain fasilitas terbatas, jumlah dosen di
PTN luar Jawa umumnya juga terbatas. Untuk 13.000 mahasiswa sejumlah program
studi di Universitas Palangkaraya, hanya tersedia 850 dosen dengan spesifikasi
25 guru besar, 60 doktor, 450 lulusan S-2, dan sisanya berpendidikan S-1.
Di perguruan tinggi ini, dosen program studi
ilmu pasti rata-rata mengajar 60 mahasiswa. ”Padahal, idealnya mengajar 15
mahasiswa,” kata Pembantu Rektor Bidang Akademik Universitas Palangkaraya
Kumpiady Widen. Dosen program studi ilmu sosial rata-rata menangani lebih dari
30 mahasiswa.
Di Universitas Cenderawasih, Papua, dari
sekitar 600 dosen, baru 75 persen yang berpendidikan S-2 dan S-3. ”Masih banyak
dosen yang berpendidikan S-1,” kata Rektor Universitas Cenderawasih Festus
Simbiak.
Ketimpangan dosen PTN di Jawa dan luar Jawa
yang kemudian mendorong lahirnya ide mutasi dosen antar-perguruan tinggi.
”Semangatnya adalah untuk memajukan PTN luar Jawa,” kata Dharmaningtyas,
praktisi pendidikan yang ikut memberikan masukan dalam RUU PT.
Menurut Emil Salim, Guru Besar (Emeritus)
Universitas Indonesia, tanpa diatur undang-undang pun, UI sudah banyak membantu
dalam pendirian universitas baru, termasuk mengirimkan dosen ke sejumlah
universitas. ”Itu bagian Tri Dharma perguruan tinggi. Tak perlu diatur
pemerintah. Biarkan perguruan tinggi mengatur dirinya sendiri,” ujarnya. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar