Sabtu, 14 Juli 2012

Kebangkitan China Merah yang Tertunda


Kebangkitan China Merah yang Tertunda
Rene L Patiradjawane ; Wartawan Kompas
KOMPAS, 11 Juli 2012


Tiada hari tanpa berita mengenai China, negara dengan penduduk terbesar di dunia dan kekuatan ekonomi global kedua setelah Amerika Serikat. Pesan yang disampaikan tentang China pun beragam. Awal pekan ini, harian ini menurunkan berita ”Produk Impor China Merajalela di Tanah Air” (Kompas, 9/7).

Selama lima tahun terakhir, perhatian dunia kepada China terus bertambah dalam mengamati sejumlah persoalan. Ada beberapa faktor yang menjelaskan mengapa China terus-menerus berada dalam sorotan. Pertama, sebagai kekuatan ekonomi kedua dunia dan memiliki cadangan devisa 3 triliun dollar AS, mesin pertumbuhan ekonomi China menjadi penting bagi dinamika pertumbuhan ekonomi dunia.

China bersama negara Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) adalah kisah sukses pertumbuhan ekonomi sekaligus kisah penting abad ke-21 tentang pergeseran kekuatan dan kekuasaan negara-negara maju. Negara industri maju berada dalam posisi yang mulai usang, sistem ekonomi yang morat-marit, sistem militer yang menjadi lamunan usang tentang imperium kekuasaan global, serta sistem keuangan yang bobrok karena kekacauan fiskal dan moneter dalam perbankan yang tidak kalah korup dengan apa yang terjadi di negara-negara berkembang.

Negara maju dalam satu dekade terakhir ini terkejut-kejut melihat bagaimana Tata dari India menyelamatkan Jaguar dan Land Rover, dua pabrikan mobil terkemuka Inggris. Atau, bagaimana Rusia melakukan transformasi klub sepak bola Inggris. Mundur 20 tahun lalu, negara berkembang, seperti India, Indonesia, dan Brasil, adalah cerita tentang bencana ekonomi yang memerlukan bantuan keuangan karena terjangan-terjangan pasar liberal melalui berbagai macam bentuk komoditas uang.

Faktor kedua, ketika sistem ekonomi global terancam bangkrut karena krisis ekonomi AS dan krisis zona euro yang sudah berlangsung hampir lima tahun terakhir ini. Resesi global tahun 2008 akibat krisis kebangkrutan bank investasi Lehman Brothers Holdings Inc secara sistematis merontokkan kemajuan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang menyebabkan pengangguran besar-besaran.

China pun menjadi penting di tengah resesi global ketika para penguasa di Beijing bersikap aktif menjalankan stimulus ekonomi dengan mengeluarkan dana lebih kurang 600 miliar dollar AS. Keputusan China menyebabkan ekonomi dunia tak terjerembap dalam kemiskinan seketika, dan pertumbuhan ekonomi China sejak tahun 2008 masih tetap di atas rata-rata 9,8 persen per tahun.

Ketiga, apa pun yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi China, banyak negara yang akan merasakan dampak langsung, termasuk Indonesia. Hari Minggu (8/7), Perdana Menteri (PM) Wen Jiabao memperingatkan, ekonomi China akan mendapat tekanan besar karena penurunan tajam perindustrian dalam negerinya.

Berbagai pabrik di China sudah menurunkan jam kerja buruh dari biasanya tiga giliran sehari menjadi hanya satu giliran jam kerja saja. Ketika melakukan inspeksinya, PM Wen Jiabao menyinggung tentang kebijakan kredit pajak bagi perusahaan, termasuk perusahaan yang bisa mendorong kesempatan ekspor ke Asia Tenggara, Asia Tengah, dan Asia Selatan sebagai alternatif melemahnya daya beli negara-negara maju yang cenderung menjadi proteksionis.

Faktor ini juga yang menjelaskan kenapa impor produk China menjadi merajalela di Indonesia. Di tengah krisis ekonomi, China sudah dua kali menurunkan suku bunga dalam empat pekan terakhir ini, menunjukkan zona euro yang selama ini jadi tujuan ekspor produk-produk China mulai memudar. Daya konsumsi Indonesia yang tinggi sebagai modal pertumbuhan ekonomi adalah tujuan ekspor penting bagi China.

Pertanyaan pentingnya adalah: apa dampak menurunnya pertumbuhan ekonomi China, khususnya bagi kawasan Asia? Melambatnya ekonomi China akan menghasilkan China yang tidak disruptif, berkurangnya friksi geografi (khususnya di Laut China Selatan), makin sedikit perang dagang, serta tertundanya kekhawatiran dunia tentang kebangkitan China Merah. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar