Arah
Pendidikan
Rahmat Fazri ; Analis Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek Kemenristek
REPUBLIKA, 10 Juli 2012
REPUBLIKA, 10 Juli 2012
Menjelang
tahun ajaran baru yang diba rengi dengan liburan panjang sekolah dimanfaatkan
oleh sebagian masyarakat untuk mendaftarkan putra-putrinya ke jenjang
pendidikan berikutnya. Perma salahan sering muncul pada saat pendaftaran
sekolah, seperti pungutan liar, sistem pendaftaran yang penuh ‘intrik’, dan
uang pangkal ketika masuk perguruan tinggi.
Hal
ini menjadi miris mengingat sektor pendidikan yang merupakan garda terdepan
pembangunan manusia penerus bangsa ternyata ikut jadi korban gurita korupsi.
Pendidikan seharusnya digunakan untuk menimba ilmu dan mengembangkan
kepribadian yang out put-nya diharapkan menjadi lulusan yang profesional ketika
memasuki dunia kerja.
Tenaga
kerja dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat
penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Indonesia sudah lama mengalami
masalah ketenagakerjaan yang disebabkan oleh tidak terserapnya angkatan kerja
yang tumbuh cepat dan besar jumlahnya.
Sejumlah
masalah serius yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan kualitas SDM adalah
konsekuensi yang tidak dapat dicegah, yaitu adanya pengangguran terdidik yang
tetap besar. Walaupun pengangguran tidak bisa secara langsung dikaitkan sebagai
pengaruh langsung dari pendidikan, setidak nya pengaruh ini akan menjadi
tantangan yang perlu diperhitungkan dalam pembaruan pendidikan di Indonesia.
Adanya
pemahaman bahwa biaya pendidikan sebagai opportunity
cost, meningkatkan kepercayaan bahwa pendapatan lebih berarti sebagai
tambahan penghasilan orang tua dalam menutup beban tanggungan keluarga. Imbauan
bahwa anak-anak harus sekolah tidak diimbangi dengan rendahnya tingkat pendapatan
keluarga.
Pendidikan
bukan hanya penting untuk membangun masyarakat terpelajar yang menjelma dalam
wujud critical mass, melainkan juga
dapat menjadi landasan yang kuat untuk memacu pertumbuhan ekonomi melalui
penyediaan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi,
mempunyai keahlian, dan keterampilan. Tenaga kerja dengan kualifikasi
pendidikan yang me madai akan memberi kontribusi pada peningkatan produktivitas
nasional.
Peningkatan
kualitas SDM sangat diperlukan untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai.
Pemakaian istilah ‘siap pakai’ seakan memberikan gambaran bahwa pendidikan itu
harus menghasilkan robot-robot yang akan melakukan tugas atau pekerjaan
tertentu selama masih berfungsi.
Labour Market Based
Di antara penyebab banyaknya pengang guran di
Indonesia adalah kesenjangan antara kompetensi para lulusan pendidikan dan
kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Permasalahan kesenjangan hasil
yang dicapai antara pendidikan dan lapangan kerja menunjukkan bahwa dalam
proses penyelenggaraan pendidikan belum terkoordinasi secara optimal antara
dunia pendidikan dan kerja.
Mengingat masih adanya kesenjangan antara
dunia pendidikan dan dunia kerja maka perlu mengkaji ulang dari sistem
pendidikan itu sendiri. Upaya ini dilakukan pada setiap level dan bidang dalam
menyediakan SDM agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam upaya membangun
sistem pendidikan sudah tentu harus ditujukan untuk pencapaian keselarasan
antara pendidikan dan dunia kerja.
Untuk mengatasi kesenjangan pendidikan dan
pasar kerja maka yang perlu dilakukan dalam membangun sistem pendidikan adalah
menerapkan pendidikan yang berbasis pasar kerja (labour market based).
Pada prosesnya, sampai saat ini masih bersifat product oriented, yaitu
dunia pendidikan lebih fokus pada upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Namun, kualitas dan karakteristik seperti
apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja? Karena itu, labour market oriented saat
ini lebih tepat untuk menjawab kebutuhan
pasar kerja akan tenaga kerja berkualitas dan pada akhirnya mengurangi pengangguran
terdidik. Untuk mendekatkan proses pendidikan sejalan dengan perubahan
kebijakan pendidikan berdasarkan pasar kerja, perlu dilakukan need assessment dan tracer study.
Need assessment dilakukan untuk mengeksplorasi
kemampuan yang dimiliki peserta didik dengan melihat aspek sikap/motivasi,
kondisi fisik, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam studi sosiologi, sukses
ditentukan 20 persen gabungan kompetensi, yaitu pengetahun dan keterampilan,
serta 80 persen adalah sikap dan motivasi kerja.
Selama
ini, pendidikan lebih menekankan aspek pengetahuan dan keterampilan kepada
peserta didik sebagai calon tenaga kerja. Hal inilah yang merupakan suatu
kesenjangan antara dunia pendidikan dan kerja. Karena itulah, untuk mengatasi
kesenjangan yang ada, perlu dilakukan in
plan training dan basic skills
kepada para lulusan pendidikan ketika memasuki dunia kerja.
Tracer study merupakan pendekatan yang
memungkinkan institusi pendidikan memperoleh informasi tentang kekurangan dalam
proses pendidikan dan pembelajaran. Di banyak negara, ketidakcocokan keterampilan
menyebabkan pengangguran yang tinggi dan pengangguran terselubung.
Informasi
yang diperoleh dari tracer study
dapat digunakan oleh lulusan pendidikan dan stakeholder
pendidikan lainnya untuk pengembangan kurikulum dan sistem pendidikan.
Perencanaan kurikulum dan pengembangan pendidikan menjadi lebih berbasis luas
dan transdisiplin dibandingkan sebelumnya. Penekanan lebih besar diprioritaskan
pada beberapa keterampilan dan studi berorientasi praktik.
Bagi dunia pendidikan, informasi mengenai
kompetensi yang relevan bagi dunia kerja dapat membantu upaya perbaikan
kurikulum dan sistem pembelajaran. Di lain pihak, dunia kerja dapat melihat ke
dalam lembaga pendidikan sehingga dapat menyiapkan diri dengan menyediakan
pelatihan-pela tihan yang lebih relevan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar