Rabu, 11 Juli 2012

Arah Pendidikan

Arah Pendidikan
Rahmat Fazri ; Analis Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek Kemenristek
REPUBLIKA, 10 Juli 2012


Menjelang tahun ajaran baru yang diba rengi dengan liburan panjang sekolah dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk mendaftarkan putra-putrinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Perma salahan sering muncul pada saat pendaftaran sekolah, seperti pungutan liar, sistem pendaftaran yang penuh ‘intrik’, dan uang pangkal ketika masuk perguruan tinggi.

Hal ini menjadi miris mengingat sektor pendidikan yang merupakan garda terdepan pembangunan manusia penerus bangsa ternyata ikut jadi korban gurita korupsi. Pendidikan seharusnya digunakan untuk menimba ilmu dan mengembangkan kepribadian yang out put-nya diharapkan menjadi lulusan yang profesional ketika memasuki dunia kerja.

Tenaga kerja dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Indonesia sudah lama mengalami masalah ketenagakerjaan yang disebabkan oleh tidak terserapnya angkatan kerja yang tumbuh cepat dan besar jumlahnya.

Sejumlah masalah serius yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan kualitas SDM adalah konsekuensi yang tidak dapat dicegah, yaitu adanya pengangguran terdidik yang tetap besar. Walaupun pengangguran tidak bisa secara langsung dikaitkan sebagai pengaruh langsung dari pendidikan, setidak nya pengaruh ini akan menjadi tantangan yang perlu diperhitungkan dalam pembaruan pendidikan di Indonesia.

Adanya pemahaman bahwa biaya pendidikan sebagai opportunity cost, meningkatkan kepercayaan bahwa pendapatan lebih berarti sebagai tambahan penghasilan orang tua dalam menutup beban tanggungan keluarga. Imbauan bahwa anak-anak harus sekolah tidak diimbangi dengan rendahnya tingkat pendapatan keluarga.

Pendidikan bukan hanya penting untuk membangun masyarakat terpelajar yang menjelma dalam wujud critical mass, melainkan juga dapat menjadi landasan yang kuat untuk memacu pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi, mempunyai keahlian, dan keterampilan. Tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan yang me madai akan memberi kontribusi pada peningkatan produktivitas nasional.

Peningkatan kualitas SDM sangat diperlukan untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai. Pemakaian istilah ‘siap pakai’ seakan memberikan gambaran bahwa pendidikan itu harus menghasilkan robot-robot yang akan melakukan tugas atau pekerjaan tertentu selama masih berfungsi.

Labour Market Based

Di antara penyebab banyaknya pengang guran di Indonesia adalah kesenjangan antara kompetensi para lulusan pendidikan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Permasalahan kesenjangan hasil yang dicapai antara pendidikan dan lapangan kerja menunjukkan bahwa dalam proses penyelenggaraan pendidikan belum terkoordinasi secara optimal antara dunia pendidikan dan kerja.

Mengingat masih adanya kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja maka perlu mengkaji ulang dari sistem pendidikan itu sendiri. Upaya ini dilakukan pada setiap level dan bidang dalam menyediakan SDM agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam upaya membangun sistem pendidikan sudah tentu harus ditujukan untuk pencapaian keselarasan antara pendidikan dan dunia kerja.

Untuk mengatasi kesenjangan pendidikan dan pasar kerja maka yang perlu dilakukan dalam membangun sistem pendidikan adalah menerapkan pendidikan yang berbasis pasar kerja (labour market based). Pada prosesnya, sampai saat ini masih bersifat product oriented, yaitu dunia pendidikan lebih fokus pada upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Namun, kualitas dan karakteristik seperti apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja? Karena itu, labour market oriented saat ini lebih tepat untuk menjawab kebutuhan pasar kerja akan tenaga kerja berkualitas dan pada akhirnya mengurangi pengangguran terdidik. Untuk mendekatkan proses pendidikan sejalan dengan perubahan kebijakan pendidikan berdasarkan pasar kerja, perlu dilakukan need assessment dan tracer study.

Need assessment dilakukan untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki peserta didik dengan melihat aspek sikap/motivasi, kondisi fisik, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam studi sosiologi, sukses ditentukan 20 persen gabungan kompetensi, yaitu pengetahun dan keterampilan, serta 80 persen adalah sikap dan motivasi kerja.

Selama ini, pendidikan lebih menekankan aspek pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik sebagai calon tenaga kerja. Hal inilah yang merupakan suatu kesenjangan antara dunia pendidikan dan kerja. Karena itulah, untuk mengatasi kesenjangan yang ada, perlu dilakukan in plan training dan basic skills kepada para lulusan pendidikan ketika memasuki dunia kerja.

Tracer study merupakan pendekatan yang memungkinkan institusi pendidikan memperoleh informasi tentang kekurangan dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Di banyak negara, ketidakcocokan keterampilan menyebabkan pengangguran yang tinggi dan pengangguran terselubung.

Informasi yang diperoleh dari tracer study dapat digunakan oleh lulusan pendidikan dan stakeholder pendidikan lainnya untuk pengembangan kurikulum dan sistem pendidikan. Perencanaan kurikulum dan pengembangan pendidikan menjadi lebih berbasis luas dan transdisiplin dibandingkan sebelumnya. Penekanan lebih besar diprioritaskan pada beberapa keterampilan dan studi berorientasi praktik.

Bagi dunia pendidikan, informasi mengenai kompetensi yang relevan bagi dunia kerja dapat membantu upaya perbaikan kurikulum dan sistem pembelajaran. Di lain pihak, dunia kerja dapat melihat ke dalam lembaga pendidikan sehingga dapat menyiapkan diri dengan menyediakan pelatihan-pela tihan yang lebih relevan. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar