Sabtu, 10 Juli 2021

 

Meneruskan Perjuangan Ekonom Perempuan Tangguh

Abra Talattov ;  Peneliti Muda Indef

KOMPAS, 7 Juli 2021

 

 

                                                           

Bangsa Indonesia kehilangan sosok ekonom perempuan tangguh yang telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk mewujudkan ekonomi yang berkeadilan. Dr Enny Sri Hartati, ekonom senior perempuan di Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengembuskan napas terakhirnya pada Kamis (1/7/2021) malam setelah berjuang melawan ganasnya Covid-19. Kabar duka yang sangat tiba-tiba itu mengejutkan perasaan banyak pihak, baik dari keluarga besar Indef maupun dari para kolega lintas institusi, termasuk rasa kehilangan yang mendalam dari rekan-rekan wartawan yang mengenal baik pemikiran dan kebaikan almarhumah.

 

Sebagai bentuk penghormatan kepada Enny Sri Hartati, Indef pun menyelenggarakan pengajian dan doa bersama yang dihadiri seluruh kolega. Dalam munajat bersama itu, muncul berbagai testimoni dan kesaksian yang diberikan para sahabat. Dari sekian banyak pihak yang menceritakan pengalamannya selama berinteraksi dengan ekonom perempuan ini, semua bersepakat bahwa kontribusi dan perjuangan Enny terhadap diskursus kebijakan ekonomi nasional tidaklah sedikit. Bahkan, kolega dari unsur pemerintah pun mengakui bahwa berbagai kritiknya yang tajam tetap dilandasi dengan kekuatan data dan alternatif solusi yang konstruktif.

 

Harus diakui, keberadaan ekonom perempuan di negeri ini masih sangat terbatas dan bahkan langka. Terlebih seorang ekonom perempuan yang tangguh dan punya nyali besar dalam menghunjam berbagai analisis yang tajam pada pusat kekuasaan. Tidak sedikit pula pihak-pihak yang merasa terusik dan gerah atas berbagai komentar pedas yang diungkap Enny.

 

Idealisme dan intelektualitas Enny tidak perlu diragukan karena secara nyata dapat dibuktikan dari berbagai tulisan dan pandangannya yang konsisten di berbagai media nasional. Bahkan, pada harian Kompas pun, Enny mendapat penghargaan tertinggi sebagai kolumnis tetap di halaman pertama Kompas sebagai wujud rekognisi keilmuan yang tidak sembarang orang mendapatkan kepercayaan. Watak khas yang sangat menonjol dari sosok Enny adalah keteguhannya dalam prinsip, tetapi fleksibel dalam cara menyampaikan pendapat.

Perjuangan hidup

 

Jejak kehidupan Enny memang relatif singkat karena baru akan menyentuh usia 50 tahun pada Juli ini. Namun, karya dan pengabdian yang ditorehkannya telah melampaui kalkulasi umur di dunia fana ini. Sejak awal Covid-19 merebak hingga lonjakan kasus makin mencemaskan akhir-akhir ini, Enny secara gigih terus menyuarakan agar pemerintah fokus dalam menyelesaikan masalah fundamental pandemi dan menghindari kegagapan berpikir dalam menyelamatkan perekonomian.

 

Pesan yang disampaikan Enny sangat terang, penyelesaian pandemi bukanlah sesuatu yang mesti dibenturkan terhadap implikasi ekonomi. Sebab, dengan memusatkan perhatian yang penuh terhadap pemutusan mata rantai Covid-19, kegiatan sosial ekonomi masyarakat sudah barang tentu akan pulih dan justru lebih berkelanjutan, seperti halnya keberhasilan sejumlah negara melawan pandemi Covid-19.

 

Konsistensi Enny dalam mengawal isu publik di bidang ekonomi rakyat tidak lepas dari tempaan yang diperoleh selama masa kuliah dan pascakuliah. Selama masa kuliah S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, pada 1989-1995, Enny bergulat menjadi aktivis pers mahasiswa bernama LPM Edents. Di tempat itulah Enny mengasah pisau analisisnya yang kelak menjadi modalitas dalam membela kepentingan rakyat banyak.

 

Pada saat penyusunan majalah mahasiswa FEB Undip tahun 1997, Enny mulai berkenalan dengan think tank di bidang ekonomi yang baru berusia dua tahun, yaitu Indef. Perkenalan Enny dengan Indef diawali dari pertemuannya dengan ekonom idolanya yang saat itu menjadi rising star, yaitu Faisal Basri, seorang ekonom muda berusia 30-an tahun. Ketika itu Enny mewawancarai Faisal Basri untuk liputan ekonomi di kantor Indef Jakarta.

 

Bermula dari sanalah, Enny jatuh cinta pada lembaga Indef yang kemudian menjadi tempat berlabuh dalam mengarungi dinamika ekonomi nasional. Pascalulus kuliah S-1 di Undip, Enny akhirnya bergabung dengan Indef menjadi peneliti muda yang haus akan pengetahuan dan menjadi pembelajar yang baik kepada para begawan ekonom Indef.

 

Langkah hidupnya bersama Indef berlangsung lebih kurang dua dekade. Selama pengabdiannya di Indef, Enny mendapatkan kepercayaan menjadi Direktur Indef periode 2010-2019. Pada masa tersebut, betapa besarnya legacy dan pembelajaran yang ditinggalkan Enny.

 

Warisan paling utama semasa kepemimpinannya di Indef tidak lain adalah melahirkan para peneliti muda yang menjadi penerus perjuangan para pendiri dan ekonom senior Indef. Enny sadar bahwa banyak lembaga kajian ekonomi ataupun think tank yang bertumbuh di Indonesia, tetapi berusia pendek karena kegagalan melakukan regenerasi dan hanya bergantung pada tokoh satu dua individu.

 

Dengan kesadaran tersebut, Enny sejak awal memimpin Indef mewakafkan hidupnya untuk mencari anak-anak muda di berbagai kampus yang kemudian dibimbing dan disiapkannya menjadi para ekonom masa depan. Penulis merupakan salah satu peneliti muda generasi pertama hasil kreasi Enny dalam mewarnai percaturan diskursus publik.

 

Ikhtiar Enny dalam menyiapkan generasi penerus tidak lain merupakan bentuk kecintaannya pada lembaga Indef sehingga kelak akan lahir Faisal Basri muda, seperti yang diidolakan Enny sejak masa mahasiswa. Menyadari jasanya yang besar tersebut, para peneliti muda Indef tidak ragu menyematkan Enny sebagai seorang Ibu yang melalui rahim perjuangannya berhasil melahirkan para peneliti muda yang ia harapkan menjadi peneliti yang berani dan lantang dalam menyerukan keadilan. Memori penulis masih membekas ketika Enny kerap kali mengingatkan para peneliti muda Indef bahwa idealisme kaum intelektual jangan sampai tanggal dilahap materialisme.

 

Perhatiannya yang besar dalam menyiapkan para ekonom muda berkarakter tentu tidak lepas dari harapannya agar perekonomian Indonesia meraih kejayaan. Tidak hanya itu, baktinya dalam mencetak generasi muda yang peka terhadap berbagai isu sosial ekonomi diwujudkannya pula dengan dukungan terhadap Sekolah Ekonomi Politik Indef yang diinisiasi para peneliti muda Indef.  Sekolah Ekonomi Politik Indef telah menjangkau ribuan mahasiswa Indonesia, baik di universitas dalam negeri maupun yang berkuliah di luar negeri serta bahkan menyasar pula kepada para wartawan muda sehingga mereka mendapatkan bekal pengetahuan ekonomi politik yang berlandaskan nilai-nilai luhur Indef.

 

Semangat Enny melalui Indef dalam menularkan idealisme kepada para generasi muda di berbagai perguruan tinggi sekaligus menjadi pelecut terhadap birokrasi kampus yang saat ini terkesan memenjarakan roh intelektualisme mahasiswa dalam menyuarakan keadilan sosial. Di sisi lain, Enny juga telah menjadi teladan bagi para peneliti muda Indef khususnya dan menjadi sumber inspirasi bagi para mahasiswa yang telah menyaksikan riwayat perjuangannya di berbagai media nasional.

 

Ciri khas Enny yang melekat pada setiap advokasi masalah kebijakan publik yaitu sikapnya yang tegas tetapi tetap luwes dan santun dalam menyampaikan pandangan. Gaya hidupnya yang diliputi kesederhanaan dan apa adanya juga diakui oleh para kolega sehingga tidak heran jika banyak pihak yang respek terhadap keberpihakannya pada kepentingan umat.

 

Kini, sosok rendah hati yang dicintai oleh para jurnalis telah pergi untuk selamanya. Namun, percayalah bahwa semangat dan cita-citanya tidak akan pernah padam karena estafet perjuangannya telah beralih kepada para peneliti muda Indef yang terus setia meneruskan idealismenya hingga keadilan ekonomi tegak di bumi Indonesia.

 

Enny telah berpulang sebagai manusia paripurna yang berhasil merayakan kehidupannya dengan mewariskan api perjuangan abadi. Gugur satu tumbuh seribu, semoga ikhtiar almarhumah semasa hidup menjadi pahala mengalir berupa kelahiran ekonom muda dan ekonom perempuan lainnya. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar