Jumat, 09 Juli 2021

 

Cara Singapura Menghadapi Varian Baru Covid-19

Suryopratomo ;  Duta Besar RI untuk Singapura

KOMPAS, 29 Juni 2021

 

 

                                                           

Singapura dihadapkan kepada optimisme yang tinggi ketika perekonomian mereka pada kuartal I-2021 tumbuh sebesar 1,3 persen. Ini pertumbuhan tertinggi sejak kuartal IV-2019. Padahal perkiraannya, perekonomian Singapura masih akan mengalami kontraksi.

 

Sejak 28 Desember 2020, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengumumkan pelonggaran kegiatan di tengah masyarakat. Warga Singapura diperkenankan untuk makan di luar rumah sampai dengan delapan orang. Perkantoran pun diperbolehkan untuk kembali mengizinkan karyawannya bekerja di kantor hingga 75 persen.

 

Analisis para ahli ekonomi memperkirakan perekonomian Singapura akan bisa tumbuh hingga 6,5 persen pada 2021 ini. Bank sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore, memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar antara 4 hingga 6 persen.

 

Namun semua optimisme itu goyah ketika pada 8 Mei lalu ditemukan virus korona varian B1617. Yang mengejutkan mereka, orang yang pertama kali terpapar adalah seorang perawat di Rumah Sakit Tan Tock Seng dan seorang petugas di Bandar Udara Changi.

 

Virus korona varian baru yang pertama kali ditemukan di India, diketahui memiliki karakter penularan yang sangat tinggi. Petugas di Bandara Changi dan perawat di rumah sakit sebenarnya merupakan petugas garda terdepan yang mendapatkan prioritas pertama vaksinasi. Ternyata mereka masih bisa terpapar oleh Covid-19 varian B1617 itu.

 

Terpaksa rem pun ditekan sangat dalam. Pasalnya, petugas di Bandara Changi diketahui sudah menulari seluruh anggota keluarganya. Perawat di rumah sakit pun menulari dokter, perawat, dan pasien yang berada di satu lantai tempat ia bertugas.

 

Jumlah warga yang tertulari pun ternyata diketahui semakin banyak. Bahkan kemudian anak sekolah pun mulai ada yang terkena. Digital tracing yang sudah dipakai di Singapura memang bisa dengan cepat mendeteksi warga yang melakukan kontak erat dengan mereka yang positif Covid-19 varian B1617 itu.

 

Singapura menggunakan ukuran, mereka yang dianggap melakukan kontak erat adalah orang yang berada dengan mereka yang positif Covid-19 pada jarak kurang dari dua meter dan dalam jangka waktu minimal 15 menit.

 

Dari data digital itu, Kementerian Kesehatan Singapura mengirimkan pesan singkat kepada semua orang yang dianggap melakukan kontak erat untuk segera melakukan tes PCR (polymerase chain reaction) ke klinik terdekat. Mereka yang tak memenuhi panggilan untuk melakukan tes PCR akan dikenakan hukuman denda, bahkan penjara.

 

Sejak 12 Mei

 

Pada 12 Mei 2021 atau sehari sebelum Idul Fitri, keputusan besar diambil Multi-Ministry Covid-19 Taskforce. Singapura menetapkan untuk kembali ke fase pengetatan. Warga hanya boleh keluar rumah maksimal dua orang. Warga dilarang makan di restoran. Semua kegiatan di ruang tertutup seperti gym atau bioskop juga dilarang beroperasi.

 

Bahkan seluruh sekolah diminta untuk kembali dilakukan dari rumah (home base learning). Padahal sudah 10 bulan, sekolah di Singapura kembali dilakukan dengan cara tatap muka atau diperbolehkan belajar langsung di sekolah.

 

Menteri Kesehatan Gan Kim Young selaku ketua Satgas Covid-19 mengatakan, langkah pengetatan dilakukan untuk mengendalikan penularan Covid-19 varian B1617. Selama satu bulan hingga 14 Juni akan dilihat perkembangan penularan di tengah masyarakat. Bahkan larangan untuk sekolah diberlakukan hingga 28 Juni 2021. Memang konsekuensinya pemerintah harus memberikan subsidi gaji kepada karyawan. Sejak Februari 2020 telah dikeluarkan anggaran 26,7 miliar dollar Singapura untuk membantu menambah pendapatan bagi dua juta tenaga kerja lokal.

 

Evaluasi Tim Pakar Kesehatan menyampaikan, hasil positif yang didapatkan dari program vaksinasi adalah tingkat kesakitan ataupun angka kematian dari mereka yang sudah divaksinasi sangat rendah. Dua warga yang meninggal dunia akibat Covid-19 setelah merebaknya varian baru hanya dua orang dan itu adalah warga lanjut usia.

 

Atas dasar masukan itu, pemerintah mengubah kebijakan program vaksinasinya. Hingga akhir Juli diharapkan sekitar 4,6 juta warga di Singapura sudah mendapatkan vaksinasi pertama. Untuk menjawab keterbatasan jumlah vaksin, vaksinasi kedua yang sebelumnya dijadwalkan antara tiga minggu sampai empat minggu diundur menjadi enam minggu hingga delapan minggu.

 

Sekarang ini vaksinasi sudah dilakukan mulai usia 12 tahun. Bahkan kepada kelompok lansia, mereka bisa langsung datang ke community center untuk mendapatkan vaksinasi, tanpa harus membuat perjanjian terlebih dulu.

 

Dengan langkah terobosan itu, hingga 14 Juni lalu sebanyak 47,3 persen atau 2,7 juta warga Singapura sudah mendapatkan suntikan pertama. Sementara yang sudah lengkap menjalani dua kali vaksinasi mencapai 34,9 persen atau hampir 2 juta warga.

 

Mulai terkendali

 

Langkah Pemerintah Singapura untuk menginjak rem selama sebulan terakhir membawa hasil yang baik. Meski masih terjadi kasus penularan, penyebaran sudah bisa dikendalikan.

 

Oleh karena itu mulai 14 Juni lalu, jumlah warga yang diperkenankan untuk berkumpul dinaikkan dari dua orang menjadi lima orang. Hanya saja syaratnya, semua orang tetap diwajibkan menggunakan masker ketika berada di luar rumah. Pelanggar akan dikenakan denda uang 300 dollar Singapura. Bagi warga asing bahkan diancam dideportasi dan dilarang bekerja di Singapura.

 

Larangan makan di restoran pun dicabut sejak 21 Mei lalu. Hanya jumlah orangnya masih dibatasi dua saja. Kalau makan dilakukan di kediaman, diperbolehkan sampai lima orang.

 

Pelajaran terpenting yang bisa dipetik dari Singapura, Covid-19 itu tidak berpindah. Yang membuat virus itu berpindah dan kemudian menulari orang lain adalah apabila ada pembawanya. Dan pembawa Covid-19 itu adalah manusia. Kalau orang mau diam atau tinggal di rumah pada periode waktu tertentu secara bersama-sama, Covid-19 pasti akan menurun dan potensi untuk menulari orang lain juga menurun.

 

Perekonomian Singapura terselamatkan oleh pengorbanan warga untuk tak banyak keluar rumah dalam sebulan terakhir ini. Pemerintah Singapura pun jadi lebih percaya diri melakukan pelonggaran kembali karena masyarakat ikut disiplin menjaga diri, khususnya untuk tak menjadi carrier dari Covid-19.

 

Presiden Singapura Halimah Yacob dalam pidato kepada masyarakat menyampaikan rasa terima kasih atas kesadaran warga untuk bersama-sama menjaga kesehatan dan keselamatan bangsa. Singapura bisa tangguh dan bertahan di tengah pandemi Covid-19 karena peran aktif masyarakat.

 

Pemerintah Singapura pun sangat kompak untuk bersama-sama menangani Covid-19. Dalam situasi krisis, tim Satgas Covid-19 tidak berubah. Meski Gan Kim Young sejak 15 Mei berpindah menjadi Menteri Perdagangan dan Industri, tetapi sebagai orang yang satu tahun lebih menangani Covid-19, ia tetap menjadi “Co-chair” Tim Satgas.

 

Para pelaku usaha pun menjadi merasa optimistis melihat perekonomian Singapura di 2021 ini. Ketika kesehatan bisa dijaga dan penularan Covid-19 bisa dikendalikan, maka akan didapat modal sosial yang kuat untuk menggerakkan perekonomian nasional.

 

Sebaliknya pengalaman dari India, ketika faktor kesehatan tak menjadi perhatian utama, maka sistem kesehatan akan runtuh. Ketika sistem kesehatan kolaps, maka yang lebih menonjol adalah kekhawatiran dan ketakutan. Kondisi itu akan membuat ekonomi semakin terpuruk.

 

Sekarang kita akan memilih yang mana? Melihat penularan yang semakin menjadi-jadi dan korban yang semakin meningkat, sepantasnya kita menerapkan pembatasan sosial berskala besar seperti di awal Covid-19 tahun lalu. Kita butuhkan seorang komandan yang memiliki kewenangan penuh untuk fokus menangani Covid-19, demi menyelamatkan enam bulan tersisa 2021 ini. Strategi perang mengajarkan: lebih baik mundur selangkah untuk maju seribu langkah. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar