Sabtu, 03 Agustus 2013

Rahmatan lil’Alamin

Rahmatan lil’Alamin
Sulastomo  ;   Koordinator Gerakan Jalan Lurus
          SUARA KARYA, 02 Agustus 2013

         
Melalui berbagai media, selama bulan Ramadhan, kita mendapat pencerahan dari para ulama/cendekiawan muslim terkemuka tentang makna rahmatan lil 'alamin. Bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam tanpa membedakan status sosial, etnis, dan agama, serta daerah asal.
Wajah Islam yang pertama adalah bagaimana mewujudkan Islam di tengah keberagaman beragama. Bahkan keberagaman pemahaman terhadap Islam itu sendiri, termasuk antara Sunni dan Syiah. Di dalam Islam tidak ada paksaan beragama. Nabi memberikan teladan tentang bagaimana Islam dapat hidup bersama umat Kristen dan Yahudi.

Di dalam riwayat, bahkan Masjid Nabi pernah digunakan beribadah bagi umat Kristen tanpa berharap umat Kristen berubah memeluk Islam. Di dalam Islam diajarkan bahwa memeluk Islam adalah hidayah dari Allah SWT bahwa seseorang akan terpanggil memeluk Islam.

Karena itu, kita tidak bisa mengklaim sebagai umat Islam yang baik kalau kita masih memaksa orang lain memeluk Islam. Sikap toleran adalah wajah Islam yang utama. Sebab, Islam juga berarti selamat atau damai. Dengan penampilan seperti itu, insya Allah, akan makin banyak mualaf, makin banyak saudara-saudara kita yang memperoleh hidayah dan kemudian memeluk Islam. Di pihak lain, terasa tidak perlu kita terlibat dalam konflik berlatar belakang agama. Konsep Bhinneka Tunggal Ika dengan sendirinya juga akan terwujud.

Kepedulian terhadap kehidupan masyarakat sekitar juga diwujudkan dengan bagaimana sebaiknya kita bisa merasakan penderitaan di sekitar kita. Kita diajari bahwa sebagian harta milik kita adalah milik orang lain, orang-orang yang masih mengalami keterbatasan. Sekali lagi, tanpa membedakan agama yang dipeluk. Karena itu, kita diwajibkan membayar zakat, baik zakat harta maupun fitrah.

Apabila masih berlebih, kita diajar untuk memberikan infak atau sedekah. Sebaiknya, diberikan terlebih dahulu bagi masyarakat di sekeliling kita. Kalau wajah ini dapat diwujudkan, insya Allah, tidak perlu ada bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM), raskin (beras untuk orang miskin) atau bantuan sosial lainnya. Masyarakat sendiri akan tolong-menolong. Dengan pendekatan seperti itu, Islam ikut menyumbang upaya mengentaskan kemiskinan.

Dalam ekonomi syariah diterapkan prinsip bagi hasil atau sharing. Prinsip itu identik dengan prinsip kegotong-royongan atau kebersamaan sehingga lebih adil. Selain itu, juga prinsip kejujuran di dalam bisnis sehingga perekonomian dilandasi etika yang sehat. Tidak terlalu banyak mengambil untung sehingga dipercaya konsumen. Hal ini diteladankan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW, bagaimana beliau sebagai pedagang sehingga memperoleh predikat Al-Amin. Karena itu, konsep ekonomi syariah juga makin berkembang, termasuk di dunia perbankan. Nasabahnya juga banyak dari kalangan nonmuslim. Sebab, perbankan syariah ternyata bisa lebih memberi manfaat.


Islam yang rahmatan lil 'alamin, yang bermanfaat bagi semesta alam, insya Allah akan terwujud di Indonesia, di sebuah negara berdasar Pancasila. Bahwa semua itu belum terwujud, semoga tinggal soal waktu. Insya Allah. ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar