|
Melalui berbagai media, selama
bulan Ramadhan, kita mendapat pencerahan dari para ulama/cendekiawan muslim
terkemuka tentang makna rahmatan lil 'alamin. Bahwa Islam adalah rahmat bagi
seluruh alam tanpa membedakan status sosial, etnis, dan agama, serta daerah
asal.
Wajah Islam yang pertama adalah
bagaimana mewujudkan Islam di tengah keberagaman beragama. Bahkan keberagaman
pemahaman terhadap Islam itu sendiri, termasuk antara Sunni dan Syiah. Di dalam
Islam tidak ada paksaan beragama. Nabi memberikan teladan tentang bagaimana
Islam dapat hidup bersama umat Kristen dan Yahudi.
Di dalam riwayat, bahkan Masjid
Nabi pernah digunakan beribadah bagi umat Kristen tanpa berharap umat Kristen
berubah memeluk Islam. Di dalam Islam diajarkan bahwa memeluk Islam adalah hidayah
dari Allah SWT bahwa seseorang akan terpanggil memeluk Islam.
Karena itu, kita tidak bisa
mengklaim sebagai umat Islam yang baik kalau kita masih memaksa orang lain
memeluk Islam. Sikap toleran adalah wajah Islam yang utama. Sebab, Islam juga
berarti selamat atau damai. Dengan penampilan seperti itu, insya Allah, akan
makin banyak mualaf, makin banyak saudara-saudara kita yang memperoleh hidayah
dan kemudian memeluk Islam. Di pihak lain, terasa tidak perlu kita terlibat
dalam konflik berlatar belakang agama. Konsep Bhinneka Tunggal Ika dengan
sendirinya juga akan terwujud.
Kepedulian terhadap kehidupan
masyarakat sekitar juga diwujudkan dengan bagaimana sebaiknya kita bisa
merasakan penderitaan di sekitar kita. Kita diajari bahwa sebagian harta milik
kita adalah milik orang lain, orang-orang yang masih mengalami keterbatasan.
Sekali lagi, tanpa membedakan agama yang dipeluk. Karena itu, kita diwajibkan
membayar zakat, baik zakat harta maupun fitrah.
Apabila masih berlebih, kita
diajar untuk memberikan infak atau sedekah. Sebaiknya, diberikan terlebih
dahulu bagi masyarakat di sekeliling kita. Kalau wajah ini dapat diwujudkan,
insya Allah, tidak perlu ada bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM),
raskin (beras untuk orang miskin) atau bantuan sosial lainnya. Masyarakat
sendiri akan tolong-menolong. Dengan pendekatan seperti itu, Islam ikut
menyumbang upaya mengentaskan kemiskinan.
Dalam ekonomi syariah diterapkan
prinsip bagi hasil atau sharing. Prinsip itu identik dengan prinsip
kegotong-royongan atau kebersamaan sehingga lebih adil. Selain itu, juga
prinsip kejujuran di dalam bisnis sehingga perekonomian dilandasi etika yang
sehat. Tidak terlalu banyak mengambil untung sehingga dipercaya konsumen. Hal
ini diteladankan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW, bagaimana beliau sebagai
pedagang sehingga memperoleh predikat Al-Amin. Karena itu, konsep ekonomi
syariah juga makin berkembang, termasuk di dunia perbankan. Nasabahnya juga
banyak dari kalangan nonmuslim. Sebab, perbankan syariah ternyata bisa lebih memberi
manfaat.
Islam yang rahmatan lil 'alamin, yang bermanfaat bagi semesta alam, insya
Allah akan terwujud di Indonesia, di sebuah negara berdasar Pancasila. Bahwa
semua itu belum terwujud, semoga tinggal soal waktu. Insya Allah. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar