|
Banyak umat Islam membayangkan
lailatul qadar sebagai malam penuh keajaiban. Bahkan, banyak yang
memistikkannya sebagai 'malam keramat.' Di antara umat Islam ada pula yang
terlalu mendramatisir malam lailatul qadar sebagai inti Ramadhan. Mereka
terpaku perhatiannya hanya di sekitar waktu penantian lailatul qadar. Sebelum
dan sesudah lailatul qadar diyakini turun semangat amaliah Ramadhan mereka
berkurang.
Tidak sedikit para penceramah juga
mendramatisir lailatul qadar sebagai malam penuh kenangan. Apa saja diminta
pasti dikabulkan Tuhan. Sehingga, ada jamaah yang membuat daftar (list) panjang
untuk dipanjatkan sebagai do'a pada malam yang dinilai akan datang lailatul
qadar. Mereka membayangkan malam itu akan segera mengubah nasibnya secara sim
salabim.
Terlepas dari hal itu semua, yang
paling penting bukanlah 'mensakralkan' lailatul qadar, namun umat Islam harus
meyakini, mengamalkan, dan meningkatkan ketakwaannya, bukan justru hanya di
momen tersebut. Malam itu memang menjadi 'misteri', bahkan tidak seorang yang
bisa mendeteksi secara detail. Karena itu, sejak dini diperlukan 'pencerahan'
tentang lailatul qadar, baik dari segi kapan jatuhnya, makna, dan apa
hikmahnya.
Keutamaan
Malam lailatul qadar adalah malam
mulia yang nilainya lebih baik daripada 1.000 bulan (30.000 kali malam biasa).
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.
Dan, tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik
dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar." [QS Al Qadar: 1 - 5].
Dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa Rasulullah SAW pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang
fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum
muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka, Allah menurunkan ayat ini
(QS Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadar lebih baik
daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu, (Diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid).
Lailatul qadar adalah malam yang
terbaik dalam setahun dan penuh dengan taufik. Orang yang berbahagia adalah
orang yang dimudahkan oleh Allah SAW dan bersungguh-sungguh dalam beramal saleh
di malam itu. Hal itu dikarenakan semua amalan pada malam tersebut, pahala dan
nilainya tidak sama seperti amalan yang dikerjakan di malam-malam lainnya.
Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad
SAW tidak pernah menerangkan malam lailatul qadar itu secara jelas dan detail,
karena lailatul qadar merupakan peristiwa mistis, yang di situ setiap orang
mengalami pembedaan jelas antara yang benar dan salah, sehingga dia akan
mengalami transfromasi spiritual. Selain itu, supaya ibadah seseorang tidak
hanya "dikultuskan" pada satu waktu saja. Malam lailatul qadar
terjadi pada 1 malam ganjil pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan (malam ke
21, 23, 25, 27, atau 29).
Pendapat yang paling kuat,
terjadinya malam lailatul qadar itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadan.
Aisyah RA berkata, "Rasulullah ber'itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, dan beliau bersabda, 'Carilah malam qadar pada malam ganjil dari
sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan,'" (HR Bukhari dan HR Muslim).
Nurcholish Madjid dalam bukunya,
Dialog Ramadhan bersama Cak Nur (2000) mengatakan bahwa momen lailatul qadar
seharusnya bukan sekadar ditemukan dan dirayakan. Kenapa demikian? karena
banyak budaya ritual lailatul qadar yang "kosong" dari esensi
lantaran hanya menjadi ritual tahunan saja seperti maulid nabi, isra' mi'raj,
dan sebagainya. Maka, sudah saatnya umat Islam mendapat suntikan pencerahan
tentang makna dan esensi lailatul qadar.
Ada beberapa dalil agama yang
dapat digunakan untuk menalar datangnya lailatul qadar. Pertama, lailatul qadar
terdapat pada 10 hari terakhir Ramadhan, khususnya pada malam-malam ganjil. Hal
ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori, dan Muslim dari Ibnu
Umar, Rasulullah SAW bersabda, "Carilah di sepuluh hari terakhir, jika
tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya."
Kedua, ketika datang lailatul
qadar, malaikat turun memenuhi bumi sehingga suasana damai menyelimuti bumi.
Selain itu pada malam hari tidak ada angin bertiup, dan tidak ada daun
bergoyang. Ciri-ciri ini dikemukakan oleh beberapa ahli tafsir modern dari
surah Al-Qadr ayat 5. "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar."
Ketiga, yang paling dekat
mendapatkan lailatul qadar adalah muslimin yang menghidupkan 10 malam terakhir
Ramadhan, dengan pergi ke masjid untuk beri'tikaf. Melakukan perenungan atau
introspeksi pada diri sendiri. Kalau kita berhasil introspeksi, kita mendapat
momentum yang akan mengubah hidup kita. Hal ini didasarkan pada hadits yang
diriwayatkan Imam Bukhori, dan Muslim dari Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW
beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam
ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.” ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar