|
SUARA KARYA, 04 Juni 2013
Upaya mengentaskan penduduk dari belenggu kemiskinan sudah
lama dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi sosial kemasyarakatan
yang peduli terhadap nasib bangsa dan negaranya. Pemerintah, dari waktu ke
waktu telah mencanangkan berbagai program disertai dana yang mencapai triliunan
rupiah. Namun, ternyata dana yang banyak itu tidak serta-merta membuat tingkat
kemiskinan di Tanah Air tercinta ini menurun dratis.
Program dengan dana melimpah untuk pengentasan kemiskinan
itu dalam implementasinya tidak berjalan mulus. Ternyata, banyak pula tidak
tepat sasaran. Dari segi konsep, banyak yang memberikan apresiasi dan
penghargaan kepada pemerintah, bahwa program pengentasan kemiskinan itu luar
biasa bagusnya. Juga, diperkirakan akan berjalan mulus, tepat sasaran dan dapat
berhasil dengan baik. Namun, tidak serta merta mudah diimplementasikan.
Jumlah keluarga miskin masih saja tinggi dan angka
kemiskinan boleh dikatakan stagnan pada angka di atas 12 persen dari total
jumlah penduduk Indonesia. Ini berarti penanggulangan kemiskinan itu tidak
dapat diselesaikan hanya dengan dana yang cukup. Masih banyak faktor lain yang
memengaruhinya. Dana hanya salah satu faktor dari banyak faktor lain untuk
menyelesaikan masalah kemiskinan.
Pemerintah tidk bisa hanya memberikan dana cuma-cuma dalam
mengentaskan kemiskinan, tetapi masyarakat sendiri harus dipersiapkan dan
difasilitasi serta diberdayakan sesuai dengan kemampuan dan potensinya. Para
ahli ada yang berpandangan bahwa masalah paling dominan atas munculnya
kemiskinan disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan diikuti
dengan rendahnya tingkat pendidikan, hingga ketimpangan distribusi pendapatan
nasional yang memunculkan pengangguran dan kemiskinan.
Di samping itu, faktor politik ikut mewarnai dan menghambat
upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Betapa tidak, aliran dana untuk
rakyat kecil saja tidak jarang mampir ke kantong-kantong pejabat atau para
politisi. Rakyat miskin itu hanya dipergunakan sebagai komoditas politik. Tidak
jarang mereka yang bersuara akan membantu pengentasan kemiskinan malah tidak
banyak berbuat. Mereka hanya berkicau di media tanpa ada tindakan nyata di
lapangan.
Dalam mengejar target millennium
development goals (MDGs) yang akan berakhir pada 2015, sepertinya kita
pesimis mampu mencapai target tersebut, terutama pada upaya pengentasan
kemiskinan. Karena, trennya angka kemiskinan dari tahun ke tahun hampir tidak
mengalami perubahan yang signifikan. Harapan bangsa ini terbebas dari belenggu
kemiskinan masih sebatas angan-angan.
Semua pihak masih perlu perjuangan yang super keras untuk
mencapai tujuan itu. Yayasan Damandiri yang selama ini tanpa lelah berkecimpung
memberdayakan penduduk, khususnya penduduk miskin di wilayah pedesaan, terus
berupaya membantu dan mengiringi pemerintah membangun sumber daya manusia
melalui pemberdayaan penduduk dan keluarga. Perjuangan keras bersama mitra
kerjanya itu pun bukan tanpa kendala. Namun, dengan kegigihan dan pendekatan
yang positif serta kesabaran yang tiada henti, kendala-kendala tersebut dapat
dilampaui dengan baik.
Sampai saat ini upaya Damandiri bersama mitra kerjanya seperti
pemerintah daerah, lembaga keuangan, perguruan tinggi dan berbagai organisasi
sosial kemasyarakatan, telah membentuk dan mengembangkan pos-pos pemberdayaan
keluarga (posdaya). Tujuannya antara lain untuk membangun kebersamaan dan
menghidupkan kembali budaya gotong-royong di Tanah Air tercinta. Namun,
beberapa pihak pun mulai menaruh curiga karena keberadaan posdaya dianggap
sesuatu yang menakutkan, jangan-jangan akan menggantikan lembaga-lembaga yang
sudah ada. Pihak-pihak tertentu yang kurang memahami sepenuhnya dan hanya
mendengar informasi sepotong-sepotong mulai khawatir, karena posdaya dianggap
menjadi saingan lembaga yang telah terbentuk selama ini.
Seperti yang dikatakan Sekretaris Yayasan Damandiri, Dr
Subiakto Tjakrawerdaja, bahwa perjuangan Yayasan Damandiri bukan tanpa risiko.
Sebaliknya penuh risiko dan kendala, karena program Damandiri menjadi program
bersama dan melibatkan banyak orang dan lembaga. Bahkan, sampai saat ini telah
terbentuk lebih dari 20 ribu posdaya tersebar di berbagai tempat di Indonesia.
Sehingga, posdaya ini telah mampu menggerakan partisipasi masyarakat yang
jumlahnya melebihi angka ratusan ribu, bahkan jutaan orang terlibat di
dalamnya. Karena berdampak dan mampu melibatkan jutaan orang, maka Damandiri
dengan program posdaya telah mampu menggetarkan bangsa ini dengan upaya besar
pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Damandiri dengan tekun mengunjungi dan menyakinkan para
pemimpin daerah, formal maupun non formal dengan tulus, ikhlas dan tanpa
pamrih. Sehingga, mampu membuat perubahan dahsyat dan merubah cara pandang
masyarakat dalam upaya nyata pengentasan kemiskinan. Perjuangan, kesabaran dan
ketelatenan dilakukan bersama mitra kerjanya guna menyakinkan semua pihak,
terutama pemerintah daerah. Bahwa posdaya bukan saingan sebaliknya adalah ujung
tombak pemberdayaan keluarga di Indonesia.
Bukan hanya itu, posdaya bisa dijadikan contoh nyata program
pengentasan kemiskinan secara terpadu dan terfokus. Posdaya bagaikan lingkaran
besar yang merangkum dan menyinergikan lingkaran-lingkaran kecil di desa-desa.
Posdaya dibangun bukan dengan konsep yang muluk-muluk dan sulit dipahami
sebaliknya dengan konsep mudah dipahami oleh siapapun. Hampir semua lembaga,
termasuk guru besar dan pimpinan perguruan tinggi menerima konsep posdaya dengan
sangat antusias dan apresiasi sangat tinggi. Betapa tidak, posdaya mampu
mengantar para mahasiswa untuk terjun ke desa-desa memberdayakan masyarakat
dengan sasaran yang jelas. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar