Jumat, 07 Juni 2013

Selamatkan Lingkungan

Selamatkan Lingkungan
Ali Masykur Musa ;   Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU), Penggagas Gerakan AMM Berdedikasi
REPUBLIKA, 05 Juni 2013


Perubahan cuaca merupakan isu global dan telah menjadi masalah yang kronis. Bukan hanya dialami oleh Indonesia, tapi juga menjangkiti dunia. Setiap menit, bahkan detik, kita cemas mendengar berita demi berita tentang kerusakan lingkungan. Itulah refleksi yang harus kita renungkan dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup pada hari ini.

Kondisi di atas bukan tanpa sebab, kecerobohan manusia dalam mengelola sumber daya alam adalah penyebabnya. Bagaimana tidak, Indonesia sebagai salah satu negara dengan hutan tropis alami terbesar di dunia merupakan negara dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Menurut laporan Global Forest Watch, Indonesia adalah negara dengan laju deforestasi tercepat, di mana dua persen atau sekitar dua juta ha dari total hutan keseluruhan di Indonesia menghilang setiap tahunnya. 

Ironisnya, mayoritas kerusakan hutan tropis Indonesia disebabkan oleh kegiatan ekonomi. Banyak perusahaan, terutama perusahaan penghasil minyak kelapa sawit dan kertas, yang menggantungkan faktor produksinya terhadap sumber daya alami di hutan tropis. Hingga saat ini, dari total luas hutan Indonesia yang mencapai 120,35 juta ha, sebanyak 33 persen, atau setara dengan 43 juta ha telah dijarah dan tidak memiliki tegakan pohon lagi. 

Kita perlu memberikan garis tebal terhadap aspek tata kelola lahan. Bagaimana tidak, penyebab utama pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) adalah akibat dari belum terkelolanya lahan secara arif. Sebagai upaya penyelamatan, strategi mitigasi atau mengurangi emisi GRK terutama dari sektor kehutanan dan lahan gambut adalah strategi yang harus dilaksanakan secara sigap. Karena, tidak tanggung-tanggung, di Indonesia 50 persen emisi GRK terbang ke atmosfer akibat sirnanya hutan lebat, kebakaran hutan, dan pengeringan lahan gambut.

Memang, pemerintah sudah membentuk Satgas REDD (Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan). Lembaga ini bertujuan untuk menciptakan langkah-langkah terobosan bagi perbaikan tata kelola sumber daya alam berbasis lahan di Indonesia. Namun, langkah ini saja tidak cukup karena tata kelola hutan, lahan, dan REDD di Indonesia masih terbilang buruk. Kondisi ini tecermin dari hasil indeks tata kelola hutan, lahan, dan REDD 2012, hanya meraih 2,33 poin jauh di bawah nilai tertinggi, yaitu lima poin. 

Nilai tersebut berasal dari agregat rata-rata indeks komponen tata kelola hutan, lahan, dan REDD pada tingkat pusat sebesar 2,78 poin, lalu nilai in deks rata-rata 10 provinsi yang memiliki hutan terluas sebesar 2,39 poin, dan nilai indeks rata-rata 20 kabupaten dalam provinsi tersebut sebesar 1,8 poin. 

Nilai indeks pada masing-masing tingkatan seperti pada tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten ini sendiri merupakan angka komposit dari 117 indikator dan enam isu tata kelola hutan, lahan, dan REDD yang dikelompokkan ke dalam tiga komponen tata kelola hutan, lahan, dan REDD . Ketiga komponen tersebut adalah komponen hukum dan kebijakan, kapasitas para aktor (pemerintah dalam pengertian luas, masyarakat sipil, masyarakat adat dan lokal, perempuan, serta masyarakat bisnis), dan kinerja masing-masing aktor.

Melihat nilai indeks tata kelola hutan, lahan, dan REDD berdasarkan komponen secara keseluruhan, skor akhir masih jauh di bawah nilai tiga. Ini mengandung arti bahwa nilai indeks keseluruhan tata kelola hutan, lahan, dan REDD berdasarkan komponen masih belum baik terutama pada tingkat kabupaten yang nilai akhirnya di bawah angka dua. 

Dari penelusuran laporan, nilai indeks berhubungan erat dengan penemuan di lapangan. Banyak permasalahan timbul karena belum terselesaikannya masalah mendasar. Seperti halnya tidak teraturnya pengelolaan sumber daya alam di Indonesia seperti perencanaan kawasan hutan dan tata ruang, simpang siurnya hak-hak atas tanah dan hutan serta terjadinya ketimpangan atau ketidakadilan alokasi manfaat hutan dan lahan. 

Menanggapi hal di atas, pelajaran adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan prioritas mendesak bagi Indonesia. Seluruh kementerian dalam pemerintahan dan perencanaan nasional perlu mempertimbangkan aspek perubahan iklim dalam setiap program mereka. Baik itu dalam tata kelola pemerintahan, pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, keamanan pangan, pengelolaan bencana, pengendalian penyakit, dan perencanaan tata kota.

Namun, hal ini bukan merupakan tugas pemerintah pusat belaka. Oleh karena itu, prioritas perbaikan ke depan terletak pada pembangunan fondasi tata kelola lingkungan yang baik. 

Pertama, pembangunan basis data ten- tang status dan legalitas lahan seluruh Indonesia secara akurat. Kedua, membangun sistem pemantauan sumber daya hutan atau lahan yang baik dan transparan. Ketiga, penguatan kapasitas dan keterlibatan pemerintah daerah, masyarakat setempat secara luas. Dan, yang keempat, peningkatan kinerja aparat penegak hukum.

Jika empat langkah utama bisa dilaksanakan secara baik, maka pemanasan global dapat diturunkan, stabilitas ekologi meningkat, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat membaik. Jika tidak, maka bangsa kita menjadi korban utama. Jutaan rakyat menanggung akibat buruknya. Dampaknya bisa memperparah berbagai risiko dan kerentanan yang dihadapi oleh rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan demikian, perubahan iklim dapat menghambat upaya kaum papa untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri dan keluarga mereka. 

Kepedulian kita dan kerja sama berbagai pihak bisa membantu beban manusia dan bumi untuk bernapas dan merasakan kehidupan yang lebih baik. Tingkah laku manusia akan berpengaruh terhadap keharmonisan dan keseimbangan lingkungan. Manusia yang mampu memelihara lingkungan dengan baik adalah manusia yang mampu mempergunakan alam sekitarnya guna memenuhi kebutuhan materinya secara wajar. 

Sepertinya, kita harus menjadi manusia seperti sebuah pohon: makhluk yang tidak lelah memberi tetes air dan menghilangkan dahaga. Itulah makna memperingati Hari Lingkungan Hidup. Ayo bergerak selamatkan lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar