|
SUARA KARYA, 08 Juni 2013
Hari ini, 8
Juni, keluarga dan sahabat Pak Harto berkumpul di tempat kediaman mendiang
Soeharto semasa kecil di Kemusuk, Desa Argomulyo, Bantul, Yogyakarta, untuk
memperingati hari lahir pejuang pembangunan Indonesia itu. Peringatan itu
dikaitkan dengan peresmian Memorial Jenderal Besar Haji Mohammad Soeharto
lengkap dengan diorama dan karya peninggalan mendiang.
Upaya Pak Harto dalam membangun
bangsa ditunjukkan dengan perhatiannya yang tinggi terhadap bidang pendidikan,
antara lain dengan menyediakan anggaran khusus yang dinamakan inpres dalam
bidang pendidikan. Melalui penyediaan anggaran itu, pemerintah dengan cepat
mendirikan SD, SMP, SMA, dan SMK di mana-mana. Dengan penyediaan sekolah yang
meluas itu, partisipasi pendidikan sejak zaman Pak Harto melonjak sangat
signifikan. Tidak itu saja! Setelah pengembangan sekolah-sekolah dirasakan
cukup, Pak Harto mendeklarasikan tekad pemerintah terhadap program wajib
belajar pendidikan dasar, yang sebagian besar pada waktu ini sudah tuntas.
Deklarasi tuntas untuk pendidikan
dasar itu tentu memerlukan pembiayaan. Kalangan keluarga miskin, biarpun
mempunyai anak yang otaknya cemerlang, tidak selalu bisa menyekolahkan anaknya.
Untuk itu, Pak Harto mendirikan Yayasan Supersemar untuk menghilangkan hambatan
itu. Ternyata, pencanangan beasiswa Supersemar langsung menjadi pemicu dan
indikator keberhasilan setiap siswa di setiap sekolah.
Anak-anak keluarga miskin terpicu
dan anak-anak keluarga yang lebih mampu tidak mau ketinggalan. Biarpun tidak
membutuhkan dana untuk membiayai sekolahnya, anak keluarga mampu pun ikut
memburu beasiswa karena penerima beasiswa naik gengsi dan nama baiknya
terdongkrak. Sekolah-sekolah tidak jarang memberikan beasiswa Supersemar kepada
anak-anak keluarga mampu karena syarat-syarat keunggulan dalam kelasnya tidak
bisa dibantah. Tetapi, anak-anak keluarga miskin tetap mendapat prioritas yang
tinggi.
Mendiang Pak Harto tidak
menawarkan beasiswa yang melimpah, yang cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan
pelajar, untuk hidup dan membayar seluruh keperluan. Tetapi, sengaja menawarkan
jumlah yang relatif kecil, yang pada zamannya dianggap cukup, agar timbul rasa
solidaritas dari setiap orangtua untuk tetap bekerja keras berusaha mencukupi
kekurangan biaya untuk sekolah anak-anaknya.
Para siswa penerima beasiswa juga
bisa berhemat dan membelanjakan dana yang berasal dari beasiswa dan kiriman
orangtua dengan prinsip hemat dan mengutamakan kebutuhan yang paling urgen.
Prinsip itu tidak pernah berubah sampai Pak Harto lengser dan tidak lagi
menjabat Presiden RI.
Di samping itu, Pak Harto juga
mendirikan Yayasan Dharmais untuk menolong anak-anak yatim piatu yang diasuh
oleh ribuan panti asuhan di seluruh Indonesia. Sampai sekarang tiap bulan
Yayasan Dharnais memberikan bantuan kepada panti asuhan secara reguler. Di
samping itu, diberikan bantuan kepada ribuan penderita penyakit mata untuk
mendapatkan biaya operasi katarak, bibir sumbing atau pertolongan kesehatan
lainnya. Didirikan pula Yayasan Dhakab untuk membantu upaya pengentasan
kemiskinan, koperasi, dan kegiatan lain dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Kegiatan sosial lain yang menonjol
adalah pendirian 999 Masjid Amal Bhakti Muslim Pancasila di seluruh Indonesia.
Semua masjid yang didirikan umumnya berfungsi dengan baik di daerah-daerah di
pedesaan dan di pusat-pusat kegiatan seperti kantor-kantor pemerintah atau
pusat kegiatan lainnya. Di samping mendirikan masjid juga dikembangkan Yayasan
Damandiri yang secara khusus membantu pemberdayaan SDM untuk mendampingi rakyat
dalam upaya pengentasan kebodohan dan kemiskinan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar