|
KOMPAS, 01 Juni 2013
Setahun
lagi, pemilihan presiden akan dilakukan di Indonesia. Pastilah mereka yang akan
mencalonkan diri sudah mulai membangun strategi, terutama strategi kampanye
pilpres.
Efektivitas
kampanye pemilihan presiden (pilpres) tentu sangat dipengaruhi bagaimana
memperoleh opini publik. Meskipun figur atau latar belakang calon sering kali
menjadi salah satu alasan dalam memilih calon, masyarakat yang semakin berilmu
pengetahuan saat ini akan lebih jeli dalam memilih.
Informasi
pada sebuah kampanye akan mampu memengaruhi pemilih jika pemilih punya gambaran
tentang calon. Mengenali identitas calon merupakan hal penting bagi pemilih. Di
sisi lain, capres harus mampu mengenali perilaku calon pemilih. Pada tahun
2014, televisi jelas masih punya dampak terhadap calon, tetapi informasi secara
online akan kian berpengaruh karena Indonesia pengguna internet ke-8 terbesar
di dunia dengan jumlah pengguna 55 juta orang.
Tidak
kalah penting dalam pilpres, seperti halnya dalam pemilihan bupati/wali kota
atau gubernur, kampanye si calon sebagai sumber informasi lebih penting
dibandingkan dengan informasi partai pengusungnya. Partai tak perlu
gembar-gembor mengenai calonnya, tetapi tim sukses harus bekerja maksimal dan
memiliki orang-orang andal dalam strategi pemenangan.
Dalam
era yang makin mengandalkan jaringan online, model kampanye tentu harus diubah.
Kampanye akan punya pengaruh bila informasinya asimetris. Calon yang bisa
berbicara dan memengaruhi pemilih serta menggunakan strategi membangun
informasi yang asimetris akan memengaruhi jumlah pemilih.
Tak
cukup dengan janji
Memiliki
model-model informasi yang berbeda dari calon lain berdampak besar kepada
pemilih. Dalam kaitan dengan teknologi informasi, faktor pertama yang
berpengaruh bagi seorang capres adalah perilaku dan kepribadian terhadap
internet. Contoh sederhana adalah pada pemilihan presiden AS yang lalu: Obama
sangat terampil menggunakan Blackberry dan mengelola informasi e-mail, serta
media jejaring sosial; sedangkan McCain sangat lemah, bahkan membuka e-mail
saja tidak mampu.
Keterampilan
sebelum mencalonkan diri—dalam berbicara, berkomunikasi (lisan-tulisan), dan
menggunakan teknologi— penting bagi seorang capres. Jadi, masih ada waktu bagi
yang akan mengajukan diri menjadi capres untuk belajar menggunakan media
komunikasi yang andal.
Di
sisi lain, tim pemenangan yang tangguh dalam pilpres nanti adalah tim yang
mampu mengenali budaya lokal masyarakat Indonesia yang beragam, terampil dalam
media komunikasi, dan tangguh menyampaikan misi dan visi ke calon pemilih
melalui berbagai media sesuai generasinya.
Siapa
pun dan dari partai apa pun, seorang calon presiden tentu berasal dari partai
yang memiliki beragam perilaku anggotanya: ada anggota partai yang baik atau
biasa-biasa saja, tetapi juga ada yang buruk. Siapa yang mampu menunjukkan
identitas diri yang positif akan mampu mengalahkan isu-isu dalam partainya.
Sebab, dalam kampanye, yang muncul adalah sosok capres, bukan sosok partai.
Menunjukkan identitas diri yang sebaik-baiknya dan visioner melalui berbagai
media, termasuk media web 2.0, merupakan nilai plus dalam sebuah kampanye.
Tim
sukses yang andal pasti tidak akan lupa untuk memasukkan pakar teknologi
informasi dan pakar informasi dalam tim. Obama mampu memengaruhi pemilih
melalui berbagai media karena memiliki tim ahli dan penasihat teknologi baik dari
Facebook maupun Google. Penggunaan media sosial seperti Facebook, Youtube, dan
Twitter sangat penting untuk membidik pemilih generasi internet.
Di
pilpres sebelumnya, pakar teknologi dari tim sukses pilpres membidik pasar
pengguna ponsel karena pada masa itu pengguna ponsel lebih banyak dibandingkan
dengan internet. Namun, seiring berpadunya gadget, saat ini pengguna internet
penting dipertimbangkan sebagai calon pemilih karena jumlahnya kian meningkat.
Dalam hal ponsel, Indonesia pengguna terbesar keempat di dunia dengan jumlah
ponsel sudah melebihi jumlah penduduk. Bagaimana dengan konten atau isi pesan
capres?
Menjanjikan
sesuatu saja tampaknya tidak akan cukup karena janji tanpa realisasi sudah
telanjur banyak dilakukan dan sudah mengecewakan masyarakat. Konsep dan
strategi merupakan informasi penting bagi calon pemilih. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar