Kamis, 15 November 2012

Spirit Hijrah Memerangi Korupsi


Spirit Hijrah Memerangi Korupsi
Jamal Ma’mur ;  Dosen Staimafa Pati,
Mahasiswa S-3 Islamic Studies IAIN Walisongo Semarang
SUARA MERDEKA, 14 November 2012


MUHAMMAD sejatinya aktor sejarah yang membangun peradaban besar dunia yang hingga kini mampu menginspirasi jutaan pengikut. Ia mampu mengubah zulumat (kegelapan) menuju nur (cahaya) yang sarat nilai-nilai ketuhanan, keadilan, dan kemanusiaan universal. Dia dikenal sebagai orang yang jujur sehingga dipercaya orang lain (Fazlurrahman, 1979:11). 

Agama yang dibawa, menjadi agama universal dan peradaban kosmopolitan (Nurcholish Madjid, 2000:425). Pemikiran dan perjuangannya menjadi teladan umat Islam dalam mengukir sejarah yang mengagumkan dunia. Sejarah, menurut Kuntowijoyo (2003), tidak lepas pemikiran-pemikiran besar yang punya pengaruh terhadap sejarah itu sendiri, konteks sosial politik yang melingkupi, dan pengaruh pemikiran tersebut dalam masyarakat. Sejarah Nabi Muhammad sarat pemikiran besar, konteks sosial yang problematis, dan pengaruh besar bagi perubahan dunia.

Peringatan peristiwa hijrah Nabi Muhammad  pada 15 November 2012 adalah salah satunya. Momentum ini seharursnya mendorong umat Islam untuk melanjutkan kesuksesan yang pernah diukirnya dalam membangun peradaban yang berbasis nilai-nilai ketuhanan, kegigihan, kejujuran, dan kemanusiaan. 
Hijrah Nabi dari Makkah menuju Madinah tak terlepas dari kegigihan menyebarkan ajaran Islam yang berpihak kepada kaum miskin dan papa, membebaskan mereka dari tirani kekuasaan yang korup, hegemonik, sentralistik, dan eksploitatif, serta mendorong mereka meningkatkan pengetahuan, ekonomi, dan kesejahteraan hakiki. 

Peta Politik

Misi agung Nabi ditentang oleh orang-orang kafir Makkah, karena kesetaraan yang diperjuangkan Nabi, antara hak bangsawan dan hamba sahaya, sangat merugikan mereka (Badri Yatim, 2011). Hijrah Nabi ke Madinah mengubah peta politik Islam dari posisi inferior menjadi superior. Nabi langsung menjadi pemimpin agama sekaligus negara. Ia  memperkokoh bangunan kenegaraan dan kemasyarakatan dengan membangun masjid sebagai wahana mempertautkan jiwa umat Islam. Bahkan masjid Nabi berfungsi sebagai pusat pemerintahan. 

Nabi juga memperkuat persaudaraan antarumat Islam, khususnya Anshar (sahabat dari penduduk pribumi Madinah) dan muhajirin (sahabat yang hijrah dari Makkah ke Madinah). 

Selain itu, menjalin hubungan dengan masyarakat yang tidak beragama Islam melalui Piagam Madinah yang berisi perjanjian untuk saling menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan dari segala serangan luar (Badri Yatim, 2011).
Salah satu visi dan misi Nabi dalam membangun negara Madinah adalah memberantas segala macam korupsi, eksploitasi, dan marginalisasi kaum miskin. Ketegasan Nabi dalam melawan korupsi patut diapresiasi. Nabi bersabda,’’ Sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelum kamu adalah jika ada orang terhormat mencuri, ia dibiarkan. Namun jika orang lemah yang mencuri maka ia segera dihukum. Demi Allah, seandainya Fatimah, anak Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya.’’ (HR Bukhari-Muslim).

Ketegasan Nabi dalam memberantas korupsi diniatkan dari keluarga. Jika pada level keluarga sudah gagal, sulit memberantas korupsi pada level negara. Kejatuhan Soeharto dari kursi kepresidenan tak terlepas dari korupsi yang dilakukan anak-anaknya dan kroni mereka. Kongkalikong antara birokrat, politikus, dan pengusaha menyuburkan praktik korupsi yang menggerogoti negara dan menyengsarakan rakyat. 

Kini gebrakan Dahlan Iskan memutus budaya kongkalikong antara pejabat BUMN dan anggota DPR patut didukung supaya lembaga negara bersih dari segala praktik kotor. Langkah Presiden SBY memerintahkan seluruh aparat birokrasi pemerintah tidak bermain mata dengan DPR dan pengusaha dalam mengerjakan tender proyek apa pun layak diapresiasi tinggi. 

Namun Presiden dan orang-orang yang mempunyai otoritas harus memberi contoh nyata kepada rakyat. Jangan sampai mereka dan keluarga terlibat dalam kongkalikong proyek yang menguntungkan satu golongan tetapi merugikan negara dan rakyat secara keseluruhan.

Pemberantasan korupsi ini akan berujung pada kesejahteraan sosial. Misi Islam adalah membangun kesejahteraan sosial lintas sektoral, khususnya kaum miskin dan papa. Zakat, sedekah, infak, hibah, dan hadiah adalah ajaran Islam yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan kalangan bawah. 

Tugas utama pemimpin adalah menggapai kesejahteraan rakyat sesuai kaidah kebijakan pemimpin harus berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Spirit Hijrah Nabi kali ini seharusnya mendorong pemimpin untuk lebih tegas dan tanpa pandang bulu memberantas korupsi. Uang negara yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat jangan sampai dimakan koruptor rakus yang pikiran dan hatinya sudah buta terhadap kesengsaraan dan penderitaan rakyat. Mereka harus dihukum seberat-beratnya, supaya tidak mengulangi praktik yang sama. Dengan langkah itulah, kesejahteraan rakyat bisa ditingkatkan, dan kita menjadi bangsa yang makmur dan maju, disegani bangsa-bangsa lain karena punya kedisiplinan dalam pemberantasan korupsi dan kesungguhan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar