Jumat, 02 November 2012

Menuju Generasi 2045


Menuju Generasi 2045
Rochmat Wahab ;  Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
REPUBLIKA, 01 November 2012


Generasi 2045 dalam sejarah perjalanan Indonesia menduduki posisi penting karena bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan. Mengangkat wacana generasi 2045 yang sengaja dilakukan secara intensif diharapkan sekali mampu melahirkan suatu impian besar bagi seluruh bangsa Indonesia akan bangkitnya generasi emas yang mampu memberikan kebaikan dan kebesaran bangsa Indonesia.

Untuk mewujudkan kebangkitan generasi emas, kita tidak bisa lepas dari tantangan abad ke-21 dan tantangan kondisi objektif Indonesia di saat ini dan saat mendatang. Semua tantangan yang ada di sekitar kita, insya Allah dapat diatasi dengan strategi pendidikan.

Kita patut bersyukur, pada 2045 akan diisi oleh generasi emas yang sekarang berusia 0 sampai 20 tahun yang jumlahnya hampir 100 jutaan orang. Mereka pada saat itu akan berada pada usia produktif dalam jumlah mayoritas di antara kelompok usia lainnya penduduk Indonesia. Kelompok usia ini akan menjadi solusi dan sumber kekuatan bangsa jika mereka disiapkan dengan asuhan, pendidikan, dan latihan yang efektif sehingga potensi mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Daniel H Pink (2005) melalui bukunya A Whole New Mind menyatakan bahwa pada era abad ke-21, telah bergerak dari era informasi ke era konseptual. Artinya, di abad ke-21 seseorang akan berhasil hidupnya, jika dia menguasai konsep atau ide daripada hanya menguasai informasi.

Dengan kata lain, menguasai informasi saja tidak cukup kalau tidak menguasai konsep di balik itu. Dengan demikian, kemampuan untuk menyinergikan fungsi otak kiri (berpikir sekuensial, logis, dan analitis) dan fungsi otak kanan (berpikir nonlinier, intuitif, dan holistik) sangatlah diperlukan.

NCREL and Metiri Group (2003) melalui tulisannya yang berjudul "enGauge 21st century skills: Literacy in the digital Era" menjelaskan bahwa ada empat kluster keterampilan yang harus dikuasai dalam menghadapi abad ke-21, yaitu Digital-age Literacy, inventing thinking, effective communication, dan high productivity. Adalah disadari sepenuhnya bahwa berbagai keterampilan untuk sukses hidup di abad ke-21 tersebut cenderung bersifat duniawiyah, padahal kita sebagai umat beragama dan insan pancasilais memiliki kebutuhan dan tujuan lebih dari itu.

Isu-Isu Mutakhir

Untuk mengantarkan generasi emas 2045, kiranya perlu diangkat sejumlah isu pendidikan yang mutakhir. Pertama, pendidikan usia dini sangat diperlukan untuk mengisi dan memproses usia emas sehingga terbangun landasan yang kuat untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Ketepatan cara mendidik waktu usia dini menjadi modal penting bagi kelanjutan hidupnya. Ingat kata Freud bahwa anak adalah ayahnya manusia (child is a father of man).

Kedua, pendidikan universal 12 tahun menunjukkan bahwa untuk berhasil memasuki era abad ke-21, setiap insan mampu menunjukkan pendidikan lebih yang dibuktikan dengan minimal pendidikan menengah. Selanjutnya, untuk menyelamatkan generasi emas, perlu diberikan akses lebih terbuka untuk studi di perguruan tinggi dengan memberikan dukungan biaya bagi warga negara yang berpotensi akademik tinggi, tetapi kurang mampu secara ekonomi.

Ketiga, pendidikan karakter sangatlah diperlukan bangsa Indonesia, terutama dalam membentuk insan Indonesia yang berkarakter, insan yang religius, bertanggung jawab, cinta Indonesia, berkomitmen menjaga persatuan dan kesatuan, demikian juga menjauhkan diri dari tindakan konflik dan diskriminatif. Untuk mengefektifkan pendidikan karakter, sangat diperlukan sistem pendidikan karakter yang komprehensif, baik melalui kurikulum terpisah (separated curriculum), misalnya pendidikan agama, pendidikan Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, maupun melalui kurikulum terintegrasi (integrated curriculum), seperti pendidikan karakter yang diintegrasikan materi atau metodenya melalui mata pelajaran lainnya, misalnya pelajaran bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, dan sebagainya.

Keempat, pembelajaran kreatif mendorong kemampuan menyinergikan fungsi otak kiri dan kanan, yang sangat diperlukan untuk mengembangkan kecakapan berpikir divergen, kreatif, lateral, dan kritis. 

Kelima, pendidikan inklusif dipandang sangat penting bagi insan Indonesia yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini sepenuhnya dilandasi oleh demokrasi pendidikan, hak asasi manusia, dan prinsip pendidikan untuk semua. Dengan kondisi keterbatasan dan kelainan apa pun bukanlah menjadi alasan utama untuk tidak bisa mengakses layanan pendidikan. Karena itu, ke depan perlu ada jaminan pendidikan bermutu untuk semua melalui pendidikan inklusif.

Keenam, pendidikan multikultural diyakini dapat menjadi solusi yang efektif dan edukatif terhadap keragaman yang semakin meningkat baik berkenaan dengan suku bangsa, ras, agama, dan bu daya yang terjadi di Indonesia. Di tahun 2015 kita memasuki komunitas ASEAN, artinya keragaman kita semakin meningkat, belum lagi jika memasuki komunitas Asia dan dunia.

Ketujuh, pendidikan berbasis ICT sangatlah diperlukan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat informasi. Karena, berlangsungnya proses pendidikan tidaklah hanya bertumpu pada rumah dan sekolah, melainkan bertumpu di mana saja. Artinya, proses pendidikan ke depan akan lebih berlangsung secara masif di mana pun kita berada.

Beberapa isu tersebut tentu sangat mungkin berkembang lebih banyak lagi dan lebih dalam persoalannya karena kecepatan kemajuan iptek dewasa ini sangatlah tinggi. Konsekuensinya bahwa dinamika perubahan perilaku manusia tidak bisa dikendalikan dengan mudah. Namun demikian, esensinya adalah bagaimana adaptasi sistem pendidikan ini perlu dilakukan sepanjang waktu.

Langkah ini seiring dengan tuntutan zaman dan generasi sehingga manusia tetap menduduki posisi terhormat, baik di depan mata orang lain atau bangsa lain, maupun di mata Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar