Menuju
Generasi 2045
Rochmat Wahab ; Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
|
REPUBLIKA,
01 November 2012
Generasi 2045 dalam sejarah perjalanan Indonesia
menduduki posisi penting karena bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan. Mengangkat
wacana generasi 2045 yang sengaja dilakukan secara intensif diharapkan sekali
mampu melahirkan suatu impian besar bagi seluruh bangsa Indonesia akan
bangkitnya generasi emas yang mampu memberikan kebaikan dan kebesaran bangsa
Indonesia.
Untuk mewujudkan kebangkitan generasi emas, kita tidak
bisa lepas dari tantangan abad ke-21 dan tantangan kondisi objektif Indonesia
di saat ini dan saat mendatang. Semua tantangan yang ada di sekitar kita,
insya Allah dapat diatasi dengan strategi pendidikan.
Kita patut bersyukur, pada 2045 akan diisi oleh
generasi emas yang sekarang berusia 0 sampai 20 tahun yang jumlahnya hampir
100 jutaan orang. Mereka pada saat itu akan berada pada usia produktif dalam
jumlah mayoritas di antara kelompok usia lainnya penduduk Indonesia. Kelompok
usia ini akan menjadi solusi dan sumber kekuatan bangsa jika mereka disiapkan
dengan asuhan, pendidikan, dan latihan yang efektif sehingga potensi mereka
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Daniel H Pink (2005) melalui bukunya A Whole New Mind
menyatakan bahwa pada era abad ke-21, telah bergerak dari era informasi ke
era konseptual. Artinya, di abad ke-21 seseorang akan berhasil hidupnya, jika
dia menguasai konsep atau ide daripada hanya menguasai informasi.
Dengan kata lain, menguasai informasi saja tidak cukup
kalau tidak menguasai konsep di balik itu. Dengan demikian, kemampuan untuk
menyinergikan fungsi otak kiri (berpikir sekuensial, logis, dan analitis) dan
fungsi otak kanan (berpikir nonlinier, intuitif, dan holistik) sangatlah
diperlukan.
NCREL and Metiri Group (2003) melalui tulisannya yang
berjudul "enGauge 21st century
skills: Literacy in the digital Era" menjelaskan bahwa ada empat
kluster keterampilan yang harus dikuasai dalam menghadapi abad ke-21, yaitu Digital-age Literacy, inventing thinking,
effective communication, dan high
productivity. Adalah disadari sepenuhnya bahwa berbagai keterampilan
untuk sukses hidup di abad ke-21 tersebut cenderung bersifat duniawiyah,
padahal kita sebagai umat beragama dan insan pancasilais memiliki kebutuhan
dan tujuan lebih dari itu.
Isu-Isu
Mutakhir
Untuk mengantarkan generasi emas 2045, kiranya perlu
diangkat sejumlah isu pendidikan yang mutakhir. Pertama, pendidikan usia dini
sangat diperlukan untuk mengisi dan memproses usia emas sehingga terbangun
landasan yang kuat untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Ketepatan
cara mendidik waktu usia dini menjadi modal penting bagi kelanjutan hidupnya.
Ingat kata Freud bahwa anak adalah ayahnya manusia (child is a father of man).
Kedua, pendidikan universal 12 tahun menunjukkan bahwa
untuk berhasil memasuki era abad ke-21, setiap insan mampu menunjukkan
pendidikan lebih yang dibuktikan dengan minimal pendidikan menengah.
Selanjutnya, untuk menyelamatkan generasi emas, perlu diberikan akses lebih
terbuka untuk studi di perguruan tinggi dengan memberikan dukungan biaya bagi
warga negara yang berpotensi akademik tinggi, tetapi kurang mampu secara
ekonomi.
Ketiga, pendidikan karakter sangatlah diperlukan bangsa Indonesia, terutama
dalam membentuk insan Indonesia yang berkarakter, insan yang religius, bertanggung
jawab, cinta Indonesia, berkomitmen menjaga persatuan dan kesatuan, demikian
juga menjauhkan diri dari tindakan konflik dan diskriminatif. Untuk mengefektifkan
pendidikan karakter, sangat diperlukan sistem pendidikan karakter yang komprehensif,
baik melalui kurikulum terpisah (separated
curriculum), misalnya pendidikan agama, pendidikan Pancasila, pendidikan
kewarganegaraan, maupun melalui kurikulum terintegrasi (integrated curriculum), seperti pendidikan karakter yang
diintegrasikan materi atau metodenya melalui mata pelajaran lainnya, misalnya
pelajaran bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, dan sebagainya.
Keempat, pembelajaran kreatif mendorong kemampuan
menyinergikan fungsi otak kiri dan kanan, yang sangat diperlukan untuk
mengembangkan kecakapan berpikir divergen, kreatif, lateral, dan kritis.
Kelima, pendidikan inklusif dipandang sangat penting bagi insan Indonesia
yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini sepenuhnya dilandasi oleh demokrasi pendidikan,
hak asasi manusia, dan prinsip pendidikan untuk semua. Dengan kondisi
keterbatasan dan kelainan apa pun bukanlah menjadi alasan utama untuk tidak
bisa mengakses layanan pendidikan. Karena itu, ke depan perlu ada jaminan
pendidikan bermutu untuk semua melalui pendidikan inklusif.
Keenam, pendidikan multikultural diyakini dapat menjadi
solusi yang efektif dan edukatif terhadap keragaman yang semakin meningkat
baik berkenaan dengan suku bangsa, ras, agama, dan bu daya yang terjadi di
Indonesia. Di tahun 2015 kita memasuki komunitas ASEAN, artinya keragaman
kita semakin meningkat, belum lagi jika memasuki komunitas Asia dan dunia.
Ketujuh, pendidikan berbasis ICT sangatlah diperlukan
kehadirannya di tengah-tengah masyarakat informasi. Karena, berlangsungnya
proses pendidikan tidaklah hanya bertumpu pada rumah dan sekolah, melainkan
bertumpu di mana saja. Artinya, proses pendidikan ke depan akan lebih
berlangsung secara masif di mana pun kita berada.
Beberapa isu tersebut tentu sangat mungkin berkembang
lebih banyak lagi dan lebih dalam persoalannya karena kecepatan kemajuan
iptek dewasa ini sangatlah tinggi. Konsekuensinya bahwa dinamika perubahan
perilaku manusia tidak bisa dikendalikan dengan mudah. Namun demikian,
esensinya adalah bagaimana adaptasi sistem pendidikan ini perlu dilakukan
sepanjang waktu.
Langkah ini seiring dengan tuntutan zaman dan generasi sehingga manusia tetap
menduduki posisi terhormat, baik di depan mata orang lain atau bangsa lain,
maupun di mata Allah SWT. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar