Badai Sandy
dan Perubahan Iklim
J Marshall Shepherd dan John
Knox ; J. Marshall Shepherd,
Direktur Atmospheric Sciences Program pada University of Georgia;
John Knox, Guru Besar Ilmu Bumi pada University of Georgia
|
KORAN
TEMPO, 05 November 2012
Pada pekan-pekan akhir
musim badai di kawasan Amerika Utara, ketika tidak diharapkan bakal terjadi
superbadai yang telah menimbulkan kerusakan yang meluas di sepanjang pantai
timur Amerika Serikat, badai Sandy merupakan peringatan yang keras akan
bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim yang ekstrem. Dengan tekanan
terendah musim badai 2012, Sandy menimbulkan kerusakan senilai US$ 20 miliar,
sehingga menempatkannya sebagai superbadai paling mahal dalam sejarah.
Sandy berinteraksi dengan
sistem cuaca yang bergerak dari timur, menampilkan diri sebagai tantangan
yang sulit diperkirakan peramal cuaca serta kondisi yang hampir belum pernah
terjadi sebelumnya di kawasan ini. Badai serupa pernah melanda New England,
20 tahun silam. Tapi Sandy lebih ganas, pengusung angin berkekuatan badai,
hujan yang lebat, dan banjir besar yang melanda seluruh kawasan tengah
Atlantik dan koridor timur laut yang padat penduduk.
Sudah tentu ada orang yang
mencoba mengaitkan Sandy dengan perubahan iklim. Penilaian serupa ramai-ramai
dikemukakan saat terjadinya ledakan tornado yang masif yang melanda Amerika
pada tahun-tahun terakhir ini, kendati literatur ilmiah tidak mendukung
keterkaitan yang dikemukakan itu. Maka, dari perspektif perubahan iklim,
sebaiknya kita memberi pandangan yang terukur mengenai Sandy. Jika tidak,
reaksi yang terburu-buru bisa merusak kredibilitas ilmiah.
Tapi ini bukan alasan bagi
kita untuk merasa lega. Menurut raksasa asuransi Munich Re, lebih dari
sepertiga dari satu triliun dolar kerugian yang diderita di seluruh dunia
pada 2011 timbul akibat bencana yang dibawa cuaca dan iklim. Terdapat bukti
yang semakin kuat ihwal adanya hubungan antara perubahan iklim dan naiknya
permukaan laut, gelombang panas, kekeringan, serta intensitas curah hujan.
Walaupun penelitian ilmiah mengenai badai dan tornado belum sepenuhnya
konklusif, semuanya bisa berubah.
Sesungguhnya, laporan yang
baru-baru ini diterbitkan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
dan literatur serupa lainnya memberi kesan bahwa intensitas siklon tropis
(artinya badai) bakal meningkat akibat menghangatnya perairan. Atmosfer serta
lautan memang menghangat, sementara residu panas yang cukup besar yang
tersimpan di lautan bakal keluar di suatu waktu di masa depan. Beberapa studi
bahkan memberi petunjuk bahwa siklon tropis mungkin bakal "lebih
basah". Jelas bahwa permukaan laut telah naik selama abad akhir dan akan
terus naik sesuai dengan perubahan iklim. Dan ledakan badai sekarang
menunggang permukaan laut yang semakin tinggi, sehingga menambah besar
kerusakan di kawasan yang dilandanya.
Suhu permukaan laut
sepanjang pantai timur laut AS tercatat sekitar 5 derajat Fahrenheit di atas
rata-rata, yang menambah intensitas Sandy sebelum menerjang daratan. Pada
titik ini, masih terlalu dini untuk mengaitkan intensitas badai tersebut
dengan menghangatnya suhu permukaan laut. Tapi kaitan ini tampaknya memang
ada.
Lagi pula, permukaan laut
sepanjang pantai timur laut AS naik empat kali lebih tinggi daripada
rata-rata umumnya di dunia, sehingga membuat kawasan ini rentan terhadap
ledakan badai dan banjir. Dan di sini, dasar pemikirannya adalah bahwa setiap
badai di kawasan pantai bakal menimbulkan banjir yang lebih besar karena
naiknya permukaan laut.
Patut dicatat juga bahwa
pola cuaca atmosfer yang dikenal dengan sebutan block (suatu daerah tekanan
tinggi) inilah yang mungkin telah menyebabkan melelehnya es di Greenland, dan
yang kemungkinan besar menyebabkan Sandy bergerak ke arah daratan, bukan ke
laut lepas. Terlalu dini untuk mengatakan apakah pola blocking ini merupakan
wujud dari berubah-ubahnya cuaca, suatu variasi iklim jangka pendek, ataukah
akibat perubahan iklim.
Kemajuan yang dicapai
dalam membuat prakiraan selama beberapa dekade terakhir telah memperluas
kemampuan kita untuk "melihat" ke masa depan. Pada September 1938,
sebelum adanya kemajuan ini, badai telah memporak-porandakan New England.
Tidak ada peringatan yang dikeluarkan sebelum tibanya badai. Sekarang, berkat
satelit cuaca, superkomputer, dan keterampilan peramal cuaca, kita bisa
mengantisipasi sampai sepekan ke depan sebelum tibanya cuaca yang membawa
bencana. Kemajuan serupa dalam membuat model cuaca telah tercapai berkat
penyempurnaan metodologi dan data yang lebih lengkap.
Paling tidak kita harus
memastikan bahwa pusat penyusunan model- model cuaca dan iklim kelas dunia
ini memiliki dana dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan teknik
prediksi yang paling maju. Prakiraan cuaca numerik ditemukan di AS, tapi
sekarang negara-negara lainnya juga telah mengembangkan kapasitas pembuatan
model yang sangat canggih. Misalnya, European Center for Medium-Range Weather
Forecasts di Inggris telah memprediksi tibanya Sandy di pantai timur AS
beberapa hari lebih dulu daripada model terbaik yang dibuat di Amerika.
Dunia perlu kerja sama
yang lebih erat pada tahun-tahun yang akan datang--sementara perubahan iklim
mulai berinteraksi dengan, dan memperburuk, cuaca ekstrem--guna memperoleh lead-time yang diperlukan untuk
mempersiapkan diri terhadap bencana yang akan datang. Kita juga perlu kerja
sama antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi yang sering menghasilkan
penyempurnaan dalam prakiraan cuaca.
Pertemuan-pertemuan ilmiah
merupakan forum yang penting untuk berbagi penelitian, mengembangkan
metodologi yang baru, dan menempa kemitraan yang baru. Banyak di antara
pertemuan-pertemuan ini dilaksanakan pada tingkat internasional, dan kita
perlu mendorong diskursus semacam ini, walau di saat sulitnya pemerintah
menyediakan dana yang dibutuhkan. Layak ditanyakan seberapa mampu kita
memprediksi atau mengukur badai seperti Sandy tanpa pengetahuan dan kapasitas
yang telah kita peroleh dari kerja sama internasional ini.
Kita tidak tahu apakah superbadai seperti
Sandy merupakan pertanda tibanya "keadaan yang normal" dalam
hubungan yang menggelisahkan dan tidak bisa diprediksi antara perubahan iklim
dan cuaca ekstrem. Bukan berarti bahwa tidak ada dan tidak mungkin ada
keterkaitan di antara keduanya, tapi bahwa penelitian ilmiah yang perlu untuk
membuktikan atau mematahkan bukti keterkaitan itu harus dilanjutkan.
Begitulah kerja ilmu pengetahuan. Sandy telah memberi petunjuk yang kuat
mengenai perlunya mendukung penelitian semacam ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar