Peran Konkret Indonesia di APEC
Fathur Anas ; Peneliti di Developing Countries Studies Center (DCSC) Jakarta
|
SUARA
KARYA, 11 September 2012
Asia Pacific Economic
Cooperation atau biasa disingkat APEC merupakan forum tingkat dunia yang
membicarakan isu-isu pertumbuhan ekonomi, kerja sama, perdagangan dan investasi
di kawasan Asia-Pasifik. Event ini
rutin diselenggarakan tiap tahun dengan tempat pelaksanaan bergilir.
Pada 2012, Rusia mendapatkan kesempatan sebagai tuan rumah setelah
tahun 2011 lalu diselenggarakan di Amerika Serikat (AS). Pertemuan ini dihadiri
oleh delegasi dari 21 negara anggota APEC dan juga perwakilan organisasi
internasional, seperti PBB, Bank Dunia, WTO dan IMF.
Indonesia adalah salah satu negara yang hadir dengan membawa
banyak isu. Serangkaian pertemuan APEC 2012 ini digelar di berbagai kota di
Rusia setahun penuh, mulai dari awal tahun hingga penghujung akhir tahun.
Pertemuan itu antara lain: First APEC
Senior Officials' Meeting (SOM1) and Related Meetings yang diselenggarakan
di jantung Ibu Kota Moskow, 30 Januari-19 Februari 2012. Peran Indonesia di
APEC memang besar, Indonesia akan menjadi tuan rumah APEC di 2013, dalam
situasi perdagangan global seperti sekarang ini.
Bergabungnya Rusia dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sejak
Desember lalu membuat pejabat Rusia berpartisipasi penuh dalam pembahasan
liberalisasi perdagangan dan investasi. Presiden Medvedev menawarkan sejumlah
inisiatif baru, termasuk rencana pembangunan koridor transportasi untuk rute
perdagangan baru Asia ke Eropa melalui Rusia. Walau Rusia terletak di Eropa,
secara geografis dua pertiga dataran Rusia berada di Asia.
Maka, Rusia juga berhak mengklaim sebagai bagian dari kekuatan
Asia. Rusia pun menjatuhkan pilihan Vladivostok, kota besar di timur jauh
Rusia, sebagai tempat KTT APEC. Dalam KTT APEC yang sudah usai, sekaligus
memperkuat komitmen Rusia untuk berperan dalam kebangkitan Asia. Sementara
ekonomi Eropa mengalami ketidakpastian dan pertumbuhan di AS bergerak lebih
lamban dari harapan, Asia menjadi harapan untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi
global.
Tujuan Ekspor
Dukungan penuh Indonesia terhadap Rusia di Asia sangat penting,
mengingat Indonesia akan mengambil alih tongkat kepemimpinan APEC tahun 2013.
Indonesia harus memikirkan dan mempersiapkan sejumlah agenda untuk menjaga
kesinambungan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi pasca-Rusia.
China, India, dan Indonesia membuktikan bahwa jumlah penduduk yang
besar justru merupakan pasar andalan saat tujuan ekspor tradisional ke Eropa
dan Amerika sedang lesu. Ketiga negara Asia ini mampu mempertahankan
pertumbuhan ekonomi karena ditopang oleh konsumsi domestik. Pada gilirannya,
pertumbuhan mereka menggerakkan roda ekonomi negara Asia Pasifik lain.
Dengan semakin terintegrasinya perekonomian anggota APEC, langkah
selanjutnya adalah membangun sebuah komunitas ekonomi agar kerja sama ekonomi
di kawasan ini naik ke level berikutnya. Indonesia dapat menggunakan
kepemimpinannya di APEC tahun 2013 untuk mencanangkan gagasan Komunitas Ekonomi
Asia Pasifik dan membuat sejarah di APEC.
Satu hal yang membedakan APEC dari organisasi antarpemerintah
lain, termasuk WTO, adalah tidak ada ikatan pada anggotanya untuk melaksanakan
sejumlah kesepakatan. Semua keputusan diambil lewat konsensus dengan semangat
"regionalisme terbuka" sehingga anggota terhindar dari pemaksaan
agenda kekuatan eksternal.
Gagasan membangun komunitas di Asia Timur atau Asia Pasifik di
antaranya muncul dari Kevin Rudd ketika ia menjadi Perdana Menteri Australia
dan (mantan) Perdana Menteri Jepang Yukio Hatayama. Gagasan ini sudah dibahas
di forum formal, seperti ASEAN+3, East Asian Summit (18 negara), dan APEC (21
negara), ataupun pertemuan-pertemuan informal.
Pembentukan Uni Eropa - terlepas dari masalahnya saat ini - juga
diawali dengan kerja sama ekonomi yang kemudian ditingkatkan menjadi komunitas
ekonomi Eropa. Melihat ekonomi di Asia Pasifik yang sudah terintegrasi, APEC
hanya tinggal satu langkah lagi untuk menjadi komunitas ekonomi.
Namun, jalan menuju komunitas ekonomi Asia Pasifik membutuhkan
komitmen anggota APEC untuk meliberalisasi perdagangan dan investasi. Suatu hal
yang berat di tengah krisis ekonomi saat ini sehingga banyak negara tergoda
untuk memberlakukan proteksi.
Pemerintah juga harus memastikan agar integrasi ekonomi bermanfaat
bagi bangsa kita. Perdagangan bebas yang kita inginkan adalah suatu sistem yang
adil bagi semua anggota ekonomi APEC, bukan sekadar menguntungkan perusahaan
besar. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung
ekonomi Indonesia dan mereka sepatutnya mendapatkan kesempatan untuk
berkompetisi.
Indonesia harus memanfaatkan kepemimpinannya di APEC tahun 2013
untuk mengajukan sejumlah agenda penopang kebijakan ekonomi nasional, mulai
dari pembangunan infrastruktur hingga interkonektivitas antara pusat kegiatan
ekonomi dan pengembangan industri manufaktur untuk mengolah sendiri hasil bumi
di Indonesia agar ekspor kita bernilai tambah. Dalam KTT APEC kali ini, hampir
seluruh delegasi Indonesia jarang absen dalam setiap forum. Hal ini disebabkan
Indonesia termasuk negara 'kunci', karena pada tahun 2013 mendatang Indonesia
didaulat sebagai tuan rumah APEC.
Jika Tim Indonesia dalam setiap forum internasional memiliki tingkat
persiapan yang solid dan kompak seperti ini, tentu selain kepentingan nasional
dalam tataran global bisa tercapai, citra positif Indonesia di mata dunia akan
terangkat. Welcome the next APEC 2013 in
Indonesia! ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar