Menghakimi Perbedaan
Ihsan M Rusli ; Wakil Sekjen PB Persatuan Tarbiyah Islamiyah
|
SUARA KARYA, 14 September 2012
Andaikan Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan serba sama atau
homogen, apa yang bisa kita perbuat? Wajah manusia serba sama, nasib mereka
juga sama, perilaku mereka sama. Alangkah menjemukan dan juga mungkin
membingungkan dunia ini dengan ciptaan yang serba homogen itu.
Sama juga dengan pertanyaan sufistik, mengapa Tuhan telah
menginformasikan adanya surga dan neraka? Kenapa tidak diciptakan surga saja?
Artinya, memang sudah sunatullah bahwa perbedaan itu adalah
sesuatu keniscayaan yang harus disikapi dengan wajar. Mengapa kita harus
menginginkan orang harus sama dengan kita? Harus mengikuti kita dan tidak
memilih yang 'lain'? Inilah sejatinya pertanyaan-pertanyaan yang harus kembali
kita munculkan di tengah begitu akutnya pemaksaan kehendak, teror, dan
kekerasan yang terjadi di negeri ini.
Tak Ada Paksaan
Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Sempurna dan Maha Adil. Dia
ciptakan makhluk termasuk manusia dan Dia beri kitab tuntunan hidup, yaitu
Al-Qur'an dan Dia utus Rasul untuk mengimplementasikan wahyu-Nya dan jadi
teladan bagi umat manusia.
Rasulullah SAW yang diberi wahyu oleh Allah SWT adalah sebaik-baik
teladan dan Rasulullah SAW menyatakan bahwa dia tidak diutus kecuali untuk
menyempurnakan akhlaq manusia.
Akhlaq itulah yang menjadi ciri utama umat Rasulullah SAW. Semakin
tinggi tingkat ketakwaan seseorang maka seharusnya semakin luhur dan agung
akhlaqnya. Itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Apakah manusia boleh menghakimi kepercayaan manusia lain, lalu
berbuat seolah-olah seperti Tuhan? Padahal, yang berhak memvonis dan menghukum
itu hanyalah Tuhan karena hanya Dialah sumber kebenaran sejati. Allah SWT
sendiri tidak pernah memaksa manusia untuk beriman kepada-Nya, kalau Dia mau
sebenarnya bisa saja semua manusia beriman, tapi Allah SWT memberi kebebasan
seperti firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 256 sebagai berikut.
"Tidak ada paksaan
untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada thagut dan
beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan, Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui."
Akhir-akhir ini, kita bangsa Indonesia merasa prihatin dengan
maraknya aksi kekerasan, teror, dan berbagai tindakan yang jauh dari tuntunan
agama yang agung dan penuh kedamaian ini. Eskalasi kekerasan tidak akan pernah
berakhir kalau kita tidak kembali
kepada tuntunan Islam dengan sungguh-sungguh.
Banyak sekali tuntunan agung agama ini agar kita mendahulukan
akhlaq terpuji sebagai wujud dari kematangan diri dan tingkat ketakwaan hatta
kepada musuh sekali pun. "Dan, janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada taqwa."
Demikian Allah SWT menuntun umat manusia dalam firman-Nya di surah
Al-Maidah ayat 8.
Seberapa berat pun tingkat kebencian dan permusuhan dalam diri
harus tetap dikontrol dengan iman di dada sehingga tidak melahirkan perilaku
yang hanya berlandaskan kepada hawa nafsu.
Soal sesat dan tidak sesat ataupun soal itu musuh Allah yang harus
dilenyapi dan disakiti, itu bukan wilayah manusia untuk menjadi hakim. Akhlaq
seorang muslim dalam mengajak dan membantah pun diberi tuntunan oleh Allah SWT
dengan firman-Nya: "Serulah manusia
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS An-Nahl: 125)
Begitu agungnya agama Islam menuntun pemeluknya dalam menyikapi
perbedaan dan sejatinya mereka yang mendalami Islam dengan sungguh-sungguh
insya Allah akan dituntun-Nya menuju jalan yang penuh berkah, memberi manfaat
untuk sesama dan rahmat bagi semesta alam.
"Dan, orang-orang yang
berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan, sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Ankabut: 69)
Mereka yang dituntun oleh-Nya adalah mereka yang berbuat baik.
Jadi, setiap muslim harus menyadari bahwa kebajikan, kemanfaatan, kasih sayang
adalah prioritas utama dalam agenda aktivitas mereka dari waktu ke waktu.
Karena, itulah yang dicintai oleh Sang Khalik, Allah SWT. Jadi, untuk apa
melakukan teror dan kekerasan serta menghakimi pihak lain? ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar