Aksi
Xavi Membuat Saya Mengidolakan Dia
Franz
Beckenbauer ; Mantan Pemain Sepak Bola Jerman
KOMPAS, 03 Juli 2012
Pada babak pertama, Anda harus segera menekan
Italia. Saya sudah menyarankan hal itu kepada tim Jerman sebelum mereka berlaga
di semifinal melawan tim ”Azzurri”. Tim Jerman tidak melakukan itu dan Italia
pun akhirnya melaju ke final.
Di Kiev, Ukraina, pada final Piala Eropa
2012, tim Spanyol menyerang Italia sejak babak pertama bagai hiu kelaparan.
Mereka pun menggunakan keunggulan 2-0 di babak pertama sebagai landasan
kemenangan telak 4-0. Banyak sekali umpan cantik Andres Iniesta dan Cesc
Fabregas. Selain itu, kecermatan umpan Xavi Hernandez kepada Jordi Alba untuk
gol kedua membuat saya menjadikannya idola walau di usia saya sekarang yang
menginjak 66 tahun.
Setelah laga final yang fenomenal itu,
prediksi saya terkait Piala Eropa kali ini agak lumayan. (Dalam tulisan yang
dimuat di Kompas edisi 1 Juli, Beckenbauer menyebut Spanyol sebagai tim
favoritnya.) Spanyol menjadi tim pertama yang sukses mempertahankan gelar juara
Eropa serta berada di ambang kekalahan dari Kroasia pada babak grup dan nyaris
tersisih.
Kembali ke penampilan fantastis Italia saat
menuju final dan aksi luar biasa oleh juara dunia Spanyol. Dalam berbagai
kesempatan, Anda mendapat kesan bahwa Xavi dan Iniesta kini bermain di ambang
batas kekuatan fisik mereka.
Kali ini semua berjalan baik lagi bagi
Spanyol. Namun, perlu disadari bahwa pola permainan Spanyol ini hanya
terpelihara sepanjang FC Barcelona terus memainkan kualitas seperti saat ini,
dan itu ditampilkan Barca dengan bintang asal Argentina, Lionel Messi. Dengan
Messi, semua menjadi jauh lebih mudah bagi Xavi dan Iniesta.
Seperti biasa, aksi setiap tim bergantung
pada apa yang bisa disumbangkan para pemainnya. Adalah pemain yang menentukan
bagaimana sistem permainan, bukan pelatih. Dan, figur paling flamboyan di Piala
Eropa 2012 adalah Mario Balotelli. Dengan dua golnya dalam kemenangan Italia
2-1 atas Jerman (di semifinal), hampir menjadi satu-satunya sosok yang
menyingkirkan ”Der Panzer” dari kejuaraan.
Dengan usia 21 tahun, Balotelli masih bisa
berkembang. Pelatih Italia Cesare Prandelli adalah pendidik yang cerdas, salah
satu yang membuat para pemainnya tampil sesuai skema racikannya. Usia Balotelli
tentu terus bertambah dan ia bakal semakin dewasa. Bahwa pemain muda ini mampu
bermain impresif adalah sesuatu yang tidak perlu diragukan. Dia hanya perlu
lebih berhati-hati agar tidak berperilaku semau gua.
Hanya saja, klaim bahwa Italia adalah
satu-satunya tim yang bermain dengan dua striker kurang tepat juga. Balotelli
dan Antonio Cassano juga bekerja keras membantu pertahanan. Sementara Spanyol
tidak punya pemain yang khusus bersiaga di lini depan dalam formasi 4-6-0.
Fakta bahwa Fernando Torres adalah pencetak gol terbanyak, dengan lebih banyak
menjadi pemain pengganti, mewakili kelangkaan gol di turnamen ini.
Bagi saya, Piala Eropa kali ini bukan
kejuaraan luar biasa. Ada banyak laga yang kurang menarik. Juga, seputar debat
terkait apakah masuk akal menambah jumlah kontestan putaran final dari 16 ke
24. Jika 16 finalis kurang memenuhi harapan penggemar sepak bola, bagaimana
dengan 24 tim nanti? Dalam kasus ini, lebih sedikit tim sebetulnya lebih baik. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar