Agama
dan Otak Manusia
Luthfi Assyaukanie, AKTIVIS JARINGAN ISLAM LIBERAL (JIL)
Sumber
: JIL, 1 Februari 2012
Agama
bukan hanya akal, tapi merupakan produk akal manusia. Tanpa akal tak ada agama.
Hanya makhluk hidup yang berakal yang beragama. Yang tak berakal tidak
menciptakan agama dan tak pernah peduli dengan agama. Yang membedakan manusia
dari hewan-hewan lainnya adalah akal yang dimilikinya. Akal adalah lambang
kemajuan dalam proses evolusi makhluk-hidup yang panjang.
Sebuah pepatah Arab yang diyakini sebagai
hadis Nabi mengatakan bahwa “agama adalah akal” (al-dinu huwa al-aql). Pepatah
ini sering dikutip ulama dan sarjana Muslim untuk menegaskan bahwa beragama
membutuhkan akal agar manusia tidak terjatuh ke dalam taklid buta yang bisa
menyesatkan mereka. Saya senang dengan pepatah ini, bukan hanya karena ia
menunjukkan aspek rasionalitas dari Islam, tapi juga karena pepatah itu, jika
ditarik lebih jauh lagi, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
temuan para saintis tentang hubungan agama dan akal.
Agama bukan hanya akal, tapi merupakan produk
akal manusia. Tanpa akal tak ada agama. Hanya makhluk hidup yang berakal yang
beragama. Yang tak berakal tidak menciptakan agama dan tak pernah peduli dengan
agama. Yang membedakan manusia dari hewan-hewan lainnya adalah akal yang dimilikinya.
Akal adalah lambang kemajuan dalam proses evolusi makhluk-hidup yang panjang.
Akal adalah bentuk non-fisik dari otak. Ia
bisa diumpamakan sebagai piranti lunak (software) yang berjalan di atas otak
yang merupakan piranti keras (hardware) pada sebuah komputer. Seluruh hewan
bertulang belakang (vertebrata) memiliki otak dan sebagian besar hewan
tak-bertulang belakang (invertibrata) juga memiliki otak. Ukuran otak manusia
lebih besar dibanding rata-rata ukuran otak hewan lainnya. Akal manusia juga merupakan
yang tercanggih dibandingkan akal hewan-hewan lainnya.
Jika menggunakan analogi komputer, manusia
memiliki prosesor (otak) terbaru dengan sistem operasi (akal) tercanggih,
sementara hewan-hewan lain memiliki prosesor dan sistem operasi yang jauh tertinggal.
Prosesor dan sistem operasi yang canggih dapat menciptakan banyak hal, seperti
memroses kata, mendesain, merekam suara, memutar lagu, dan mengedit film.
Sementara prosesor dan sistem operasi yang tertinggal hanya bisa melakukan
kerja-kerja terbatas. Semakin tertinggal sebuah komputer semakin terbatas ia
melakukan fungsinya, semakin canggih sebuah komputer semakin banyak kemungkinan
yang bisa dilakukan.
Tentu saja, otak manusia jauh lebih kompleks
dari komputer. Tapi analogi di atas setidaknya bisa membantu kita memahami
perbandingan antara apa yang telah dilakukan manusia dengan otaknya dan apa
yang telah dicapai hewan-hewan lain. Kita sering melihat dua buah komputer yang
tampilan luarnya sangat mirip namun berbeda dalam kemampuan kerja yang dilakukannya.
Komputer dengan “otak” yang lebih maju selalu memiliki kualitas dan kapasitas
yang lebih baik.
Begitu juga manusia dibandingkan hewan-hewan
lainnya. Yang membedakan mereka bukan bentuk fisiknya, tapi otaknya. Secara
fisik, manusia dan kera (orangutan, gorila, dan simpanse) tak banyak memiliki
perbedaan. Semua anggota tubuh yang dimiliki manusia juga dimiliki kera, dari
kepala, tangan, kaki, jumlah jemari, bahkan bagian-bagian internal dalam tubuh
mereka, seperti jantung, hati, empedu, dan ginjal. Bahkan, DNA, bagian paling
penting yang membentuk tubuh manusia, tak banyak berbeda dari kera. Menurut
penelitian terbaru, kedekatan DNA manusia dengan orangutan sekitar 96%, dengan
gorila 97% dan dengan simpanse 99%. Dengan semua kemiripan ini, pencapaian
manusia jauh melampaui semua hewan jenis kera itu.
Kuncinya adalah otak. Otak juga yang
membedakan kera dari hewan-hewan lain. Para ilmuwan sepakat bahwa kera memiliki
inteligensia di atas rata-rata hewan lainnya. Kera adalah satu-satunya jenis
primata, selain manusia, yang memiliki kesadaran diri dan bisa menggunakan alat
sederhana, seperti batu dan kayu. Otak kera memiliki ukuran yang lebih besar
dari rata-rata hewan lain dan memiliki jaringan neuron yang sangat kompleks.
Hanya otak manusia yang bisa menandingi otak kera, baik dalam hal volume maupun
kerumitan jaringan.
Agama, seperti juga budaya dan produk-produk
lainnya, adalah hasil kerja otak. Otaklah yang menciptakan bangunan, rumah,
kuil, dan candi. Otak juga yang menciptakan konsep-konsep abstrak seperti
kecantikan, keindahan, kekuasaan, kekuatan, kemurkaan, dan sebagainya.
Konsep-konsep dalam agama, seperti tuhan, dewa, malaikat, setan, dan
sejenisnya, tidak datang begitu saja. Ia lahir dari otak yang sudah berkembang,
maju, dan memiliki kosakata yang cukup untuk mengungkapkannya.
Berbagai studi terbaru tentang hubungan
evolusi otak manusia dan budaya mendukung pandangan di atas. Kajian mutakhir
yang dikumpulkan Voland dan Schiefenhovel (The Biological Evolution of
Religious Mind and Behavior, 2009), misalnya, menegaskan nalar agama (religious
mind) sebagai buah dari seleksi alam dan evolusi manusia yang panjang. Dari
puluhan jenis hominid yang pernah hidup di muka Bumi, homo sapiens (manusia)
yang paling unggul dan paling mampu beradaptasi dengan perubahan di sekeliling
mereka. Homo sapiens menemukan agama dan menggunakannya untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan hidup yang mereka hadapi.
Otak manusia juga yang mengembangkan agama
dari bentuknya yang “primitif” hingga menjadi agama-agama modern yang sistematis
seperti sekarang. Tentu saja, ada sebagian ritual primitif yang hilang, tapi
ada sebagian lain yang dipertahankan. Selama otak manusia masih bisa menerima
ritual-ritual itu (seberapapun absurd-nya), dia akan terus hidup, tapi jika
otak manusia tak bisa lagi menerimanya, ritual-ritual itu akan lenyap.
Misalnya, penyembelihan anak gadis untuk dipersembahkan kepada Tuhan (dewa)
pernah menjadi ritual suatu agama, tapi ketika otak manusia tak lagi bisa
menerimanya, ritual itu ditinggalkan.
Pada akhirnya, seperti kata pepatah Arab yang
saya kutip di atas: agama adalah akal. Tidak ada agama bagi yang tak berakal
(la dina liman la aqla lah). Akal adalah pembimbing manusia yang paling
alamiah. Tanpa akal, agama tak punya makna. ●
wah keren juga mas blognya mampir ya ke blog saya http://tarenjitsingh.blogspot.com/ :D
BalasHapus