Meluruhkan
Stigma Negatif Rokok
FS Swantoro, ANGGOTA TIM PENULIS BUKU DIVINE KRETEK:
ROKOK SEHAT
Sumber
: SUARA MERDEKA, 28 Februari 2012
"Sesungguhnya senyawa dalam asap
rokok tidak semata-mata senyawa radikal
bebas tapi banyak polimer berbentuk
kumpulan butiran partikel"
DALAM satu tarikan napas, cobalah Anda
membuat daftar unggulan kekayaan warisan budaya bangsa, yang mencerminkan jiwa
asli bangsa Indonesia. Dapat dipastikan muncul antara lain Pancasila, batik,
keris, gamelan, nasi tumpeng, angklung, wayang kulit, dan rokok keretek.
Mungkin Anda bertanya dalam hati kenapa rokok keretek muncul dalam daftar
imaginasi kultural itu?
Jawaban paling sederhana dapat dilihat dalam
karya Mark Hanuzs (2000), Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia’s Clove
Cigarettes. Buku itu mengulas rokok keretek yang disebutnya aroma jiwa bangsa
Indonesia. Selain itu, menjadi napas hidup bagi banyak orang. Ada petani
tembakau, petani cengkih, pemasok pupuk, pabrik rokok, buruh linting, tenaga
pengangkut, pedagang rokok, pabrik lem, pabrik kertas, iklan media, dan
sebagainya. Selain itu, menambah pundi-pundi keuangan negara.
Aktivis kesehatan yang antirokok, menistakan
dengan stigma negatif sebagai sumber berbagai penyakit, sama seperti narkoba.
Padahal di balik itu, tanpa kita sadari, sedang terjadi ’’perang nikotin’’ yang
nilainya miliaran dolar Amerika? Tapi sekarang, dengan temuan divine keretek,
perokok tak usah khawatir karena dijamin sehat.
Artinya, kini perokok tidak perlu lagi takut
stigma negatif yang menyudutkan rokok sebagai penyebab berbagai penyakit. Kini,
banyak ilmuwan mampu menjinakkan bahaya merokok bagi kesehatan. Pada dasarnya,
pemanfaatan bahan alam sangat bergantung pada pengetahuan atas bahan alam itu
sendiri.
Salah satu ilmuwan anak bangsa yang memberi
sumbangan berharga perihal temuan divine keretek, rokok sehat, dan peluruh
radikal bebas adalah Dr Gretha Zahar, dibantu Prof Sutiman Bambang Sumitro dari
Unibraw Malang. Inti temuannya adalah asap rokok tidak lagi berbahaya bagi
kesehatan manusia, lewat kajian ilmiah yang hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis. Asap rokok dianalisis dengan instrumen
gas chromatography.
Wujud
Penghargaan
Sesungguhnya senyawa dalam asap rokok, tidak
semata-mata senyawa radikal bebas tapi banyak polimer berbentuk kumpulan
butiran partikel. Nikotin merupakan salah satu bagian kecil dari butiran
partikel dari asap rokok. Jadi, ketika asap rokok masuk dalam tubuh, nikotin
tidak dapat berbicara sendiri. Padahal komponen paling berbahaya dari asap
rokok justru radikal bebasnya.
Tetapi lewat set peluruh radikal bebas
(scavenger), temuan Dr Gretha dan Prof Sutiman, dihasilkan divine keretek, yang
asapnya dijamin tidak berbahaya karena tidak lagi mengandung radikal bebas.
Radikal bebas antara lain partikel logam mercury (Hg), yang mengendap dalam
tubuh dapat ditangkap, dijinakkan, dan diluruhkan. Itu temuan dari anak bangsa
yang luar biasa, berdasarkan kearifan lokal.
Dari semua itu, asap rokok tidak perlu
direduksi dengan stigma negatif bagi kesehatan tapi perlu dibahas dengan
mempertimbangkan keberadaan bahan polimer kompleks sesuai realitasnya. Kini
sudah dibuktikan, peluruhan komponen radikal bebas pada asap rokok lewat
serangkaian set peluruh radikal bebas (scavenger), yang dilapiskan pada filter
atau dicampurkan dalam cengkih, punya efek positif terhadap sistem kesehatan
biologis.
Temuan ini menerapkan nanosains dan
nanobiologi sehingga siapa pun dapat merokok dengan divine keretek dan dijamin
tidak membayakan kesehatan. Bahkan Prof Dr Sarjadi SpPA, guru besar Fakultas
Kedokteran Undip, menilai divine keretek dan scavenger, merupakan temuan luar
biasa. Boleh dibilang, salah satu mahakarya ilmu pengetahuan dan tonggak
peningkatan kesehatan manusia berdasarkan kearifan lokal.
Sudah dibuktikan divine keretek dapat
menyembuhkan penyakit kanker, kardiovaskuler, autis, stroke, paru-paru, dan
menjaga kesehatan tubuh. Oleh ilmuwan Prancis, temuan Dr Gretha sedang
dipromosikan untuk Hadial Nobel. Kalau kita tidak menghargai karya anak bangsa
sendiri, lantas apa kata dunia? ●
Kretek memang sudah menjadi tradisi turun menurun, sebagai tradisi, rokok tidak saja menemani segala aktivitas pribadi, tapi juga pelengkap aktivitas sosial, tidak lengkap kalau ada tamu tidak menyuguh kretek, atau dalam acara pertemuan warga, pengajian, tahlilan, selalu diakhiri dengan suguhan kretek, divine kretek menjadi pelengkap adanya kekuatan kearifan lokal masyarakat dibalik tradisi kretek, smoga tradisi ini tetap bertahan ditengah gempuran stigma negatif.
BalasHapus