Kamis, 23 Februari 2012

Ketidakpastian Ekonomi


Ketidakpastian Ekonomi
Sri Adiningsih, EKONOM SENIOR UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)
Sumber : SINDO, 23 Februari 2012




Ekonomi dunia yang penuh ketidakpastian, terutama karena penyelesaian krisis ekonomi Eropa yang berlarut-larut, telah mendorong pemburukan ekonomi dunia sehingga IMF dalam laporannya tentang proyeksi ekonomi dunia yang pada September 2011 lalu diperkirakan akan tumbuh 4%, pada Januari 2012 merevisi proyeksinya, turun 0,7%, sehingga ekonomi dunia diperkirakan hanya akan tumbuh 3,3% pada 2012.

Bahkan ekonomi Eropa diperkirakan akan mengalami kontraksi 0,5% pada 2012. Demikian juga pertumbuhan ekonomi negara sedang berkembang Asia diperkirakan akan menurun 0,7% menjadi 7,3% dengan laju pertumbuhan ekonomi ASEAN-5 diperkirakan turun 0,4% (termasuk Indonesia).Tampaknya krisis ekonomi Eropa yang semakin buruk dan ketidakpastian solusinya telah menyandera ekonomi dunia ke dalam ketidakpastian dan memberikan dampak negatif pada perekonomian dunia.

Memburuknya ekonomi dunia juga sudah berimbas ke negara-negara Asia yang selama ini tangguh. Bahkan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal 4 tahun 2011 turun menjadi 8,9%, padahal pada saat krisis ekonomi AS ekonominya masih tumbuh di atas 9% dan ekonomi India juga tumbuh 6,9% pada kuartal 3 tahun 2011 (biasanya di atas 7%). Data-data tersebut menunjukkan bahwa ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan ketidakpastian solusi krisis ekonomi Eropa, rendahnya pertumbuhan ekonomi AS, serta mulai kontraksinya ekonomi Jepang telah membuat ekonomi China dan India yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi Asia juga merosot.

Bagaimana dengan Indonesia?

Dampak krisis ekonomi global mulai terasa di Indonesia mulai akhir tahun 2011 di mana nilai ekspor mulai turun. Data dari BPS menunjukkan nilai ekspor Desember 2011 hanya mencapai USD17,20 miliar, bandingkan dengan nilai ekspor yang sebesar USD18,3 miliar pada bulan Juni 2011.

Demikian juga nilai ekspor nonmigas turun menjadi USD13,60 miliar pada Desember 2011 dari USD14,82 miliar pada bulan Juni 2011. Pengusaha mulai merasakan berkurangnya ekspor sehingga mulai mengurangi karyawan ataupun jam kerja karyawan. Padahal dilihat dari ekspor tahunan selama periode 2011 masih tumbuh 29,05%.

Bahkan data dari BI menunjukkan neraca berjalan juga semakin tipis surplusnya, tinggal USD199 juta pada kuartal 3 tahun 2011 (padahal kuartal 1 2011 surplus lebih dari USD2 miliar). Bahkan neraca pembayaran mulai defisit USD3,8 miliar, padahal kuartal 2 tahun 2011 masih surplus USD11,8 miliar. Hal ini terjadi karena surplus perdagangan barang dan jasa semakin tipis dan transaksi modal dan finansial yang mulai defisit pada kuartal 3 tahun 2011.

Perkembangan Negatif

Indonesia harus mulai mewaspadai dampak krisis ekonomi Eropa yang membawa pengaruh besar pada perekonomian global pada saat ini.Apalagi perkembangan internasional yang negatif tersebut sayangnya dibarengi dengan situasi domestik yang menimbulkan banyak ketidakpastian serta menghangatnya suasana sosial dan politik. Banyaknya berita negatif yang kita temui setiap hari serta banyaknya ketidakpastian mengenai berbagai kebijakan ekonomi domestik telah membuat suasana “tidak nyaman” bagi iklim bisnis dan investasi di Indonesia.

Bahkan Presiden sampai merasa perlu untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat internasional di Jakarta sehingga pada 15 Februari lalu Presiden berusaha meyakinkan perwakilan asing, perwakilan tetap ASEAN, dan organisasi internasional di Jakarta bahwa kondisi Indonesia tidak seburuk yang diberitakan media masa. Namun beberapa hari kemudian berita negatif tentang Indonesia muncul. Indonesia di-black list lagi, menjadi surga bagi money laundering.

The Financial Action Task Force memasukkan Indonesia sebagai negara yang dianggap tidak dapat memberantas money laundering.Tentu saja masuknya Indonesia dalam black list tersebut tidak menguntungkan. Persepsi internasional terhadap Indonesia jatuh meskipun Indonesia sudah masuk investment grade pada Desember 2011 oleh Fitch.

Ketidakpastian Pemerintah

Berbagai perkembangan negatif akhir-akhir ini mengemuka ditambah dengan ketidakpastian kebijakan pemerintah, seperti kebijakan tentang bahan bakar minyak (BBM), yang menyangkut subsidi hingga Rp123 triliun untuk tahun 2012, yang bisa membengkak karena harga minyak di pasar internasional yang terus meningkat. Memang Presiden telah mengeluarkan Perpres No 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran Konsumen Pengguna Jenis BBM Tertentu pada Februari 2012 yang memberikan payung hukum bagi pembatasan ataupun kenaikan harga BBM.

Namun tetap saja sampai sekarang belum ada kepastian kebijakan apa yang akan diambil pemerintah pada 1 April 2012 nanti terkait dengan pembatasan subsidi BBM. Demikian juga kebijakan kenaikan harga listrik sampai sekarang juga belum jelas di mana subsidi yang dianggarkan Rp44 triliun. Padahal listrik dan BBM besar pengaruhnya pada perekonomian. Belum lagi ingar-bingar masalah korupsi dan menghangatnya suhu sosial politik akhir-akhir ini menimbulkan banyak ketidakpastian. Berbagai ketidakpastian domestik tersebut tentu saja memperburuk iklim investasi dan bisnis di Indonesia.

Apalagi ditambah dengan kondisi global yang juga penuh ketidakpastian. Semuanya jika dibiarkan berlarut-larut akan membuat memburuknya ekonomi Indonesia. Oleh karena itu semua otoritas, khususnya otoritas ekonomi Indonesia, diharapkan bisa mengurangi ketidakpastian yang ada agar ekonomi Indonesia masih bisa bertahan dengan baik di tengah memburuknya ekonomi global akhir-akhir ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar