Jeritan
Pendidikan Nasional
Puti Guntur Soekarno, ANGGOTA KOMISI X DPR
Sumber
: KOMPAS, 24 Februari 2012
Miris menyaksikan anak-anak SD Sang Hiang,
Lebak, Banten, untuk bisa bersekolah. Mereka harus meniti jembatan rusak di
atas arus deras Sungai Ciberang, pergi-pulang.
Kantor berita Reuters dan media Daily Mail
mengibaratkan perjuangan anak-anak bangsa Indonesia itu bak Indiana Jones dalam
film Indiana Jones and the Temple of Doom.
Apa sebenarnya yang terjadi pada sektor
pendidikan nasional kita saat ini hingga setelah 66 tahun merdeka belum juga
mampu memenuhi kebutuhan pendidikan rakyatnya? Tak ada jalan lain, bangsa ini
harus segera menata ulang sistem pendidikan nasionalnya untuk menuntaskan
persoalan ini.
Potensi dan Ironi
Indonesia memiliki potensi sumber daya
manusia yang tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dengan jumlah
penduduk 242 juta jiwa, tahun ini, potensi SDM Indonesia sangatlah luar biasa,
terutama jika terkelola dengan baik. Ironisnya, justru hari ini peringkat
kualitas pembangunan manusia Indonesia masih rendah dibandingkan dengan banyak
negara lain.
Berdasarkan Laporan Pembangunan Manusia 2011
dari Program Pembangunan PBB (UNDP), indeks pembangunan manusia Indonesia
adalah 0,617. Indonesia berada pada peringkat ke-124 dari 187 negara.
Peringkatnya turun dibandingkan dengan tahun 2004, peringkat ke-111 dari 172
negara.
Angka partisipasi kasar jenjang pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi pun jika dikombinasikan masih setara 65 persen.
Salah satu cara yang bisa ditempuh pemerintah adalah lebih jujur melaporkan
capaian pembangunan di sektor pendidikan dengan menyelesaikan Data Pokok
Kependidikan (Dapodik) secara nasional, di mana sejak tahun 2004 hingga saat
ini belum rampung.
Kita sadar bahwa masyarakat kita adalah masyarakat
yang penuh dengan kesabaran dan tidak banyak menuntut. Namun, hendaklah dengan
kondisi yang demikian tidak menjadikan para pemimpinnya adem-ayem. Para
pemimpin bertanggung jawab lebih untuk bekerja membangkitkan gairah rakyat
menjadi satu bangsa yang maju. Pemimpinlah yang harus menggembleng jiwanya
untuk membangkitkan semangat rakyat yang redup oleh impitan kesusahan hidup.
Di antara banyaknya persoalan bangsa, tentu
tidak semua dapat diselesaikan dalam sekejap mata. Namun, jika pemimpin
bersikap tegas dalam menentukan skala prioritas pembangunan atau ambeg
paramaarta, rakyat pun akan tenteram.
Pendidikan Prioritas
Pendidikan layak menjadi skala prioritas
pembangunan di Indonesia. Saat ini, dari sisi anggaran, pemerintah masih belum
mengutamakan anggaran pendidikan jika dibandingkan dengan negara lain. Anggaran
20 persen dari APBN yang ada masih dibagi untuk gaji guru, dosen, dan 18
kementerian/lembaga yang menjalankan fungsi pendidikan.
Mari kita tengok negara lain dalam perkara
alokasi anggaran pendidikan ini. Amerika Serikat 68 persen, Belanda 30 persen,
Israel 37 persen, Thailand 36 persen, dan tetangga terdekat kita, Malaysia, 26
persen. Bahkan, gaji doktor di Malaysia mencapai Rp 25 juta per bulan dan
profesor mencapai Rp 50 juta per bulan, dengan biaya penelitian yang terjamin
pula. Tidaklah mengherankan jika di sana kemajuan dunia pendidikan menyumbang
pengetahuan dan teknologi yang berarti dalam pembangunan bangsa.
Membangun Bangsa
Misi pendidikan nasional Indonesia adalah
untuk membangun bangsa: membangun watak dan jati diri kebangsaan Indonesia.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya pendidikan menjadi prioritas agar masyarakat
juga mendapatkan kecerdasan dan ikut mengenyam kesejahteraan secara adil
sebagai buah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Butuh kerja sama seluruh bangsa Indonesia,
baik untuk mengawasi maupun untuk mendorong upaya memprioritaskan pendidikan
sebagai investasi negara yang lebih langgeng. Tentu bukan tanpa maksud dan
tujuan apabila para pendiri negara menghendaki bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang cerdas. Sebab, kecerdasanlah yang menjadi bekal bangsa Indonesia untuk
membangun negara.
Para cendekiawan terpelajar dan pendiri
bangsa telah jelas mengamanatkan dalam Pasal 31 dan Pasal 32 UUD 1945 (sebelum
amandemen) bahwa pemerintah menyelenggarakan dan mengusahakan satu sistem
pengajaran nasional dan memajukan kebudayaan nasional. Dengan diusahakannya
satu sistem pendidikan nasional yang menyeluruh, adil, sesuai amanat
konstitusi, diharapkan ”jeritan” pendidikan nasional dapat segera diakhiri.
Sistem pendidikan nasional yang ada saat ini
pun perlu segera direvisi. Selain untuk menjawab persoalan pendidikan nasional
kita yang masih berjalan timpang, juga guna menjadikan pendidikan sebagai upaya
riil pembangunan bangsa dan kebangsaan Indonesia sesuai tujuan dan cita-cita
negara ini didirikan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar