Railvolution
Bambang Susantono, WAKIL
MENTERI PERHUBUNGAN
Sumber
: KORAN TEMPO, 22 Februari 2012
Banyak pihak berpendapat bahwa perkeretaapian
Indonesia beberapa tahun terakhir telah berada di titik nadir. Statistik yang
sering digunakan adalah panjang kilometer jalan rel yang lebih pendek saat ini
bila dibandingkan dengan panjang jalan pada zaman Belanda dulu. Belum adanya
keberpihakan terhadap KA sering dijadikan sebagai salah satu alasan mengapa
moda transportasi ini tak kunjung naik kinerjanya. Bila dibandingkan dengan
anggaran pemerintah untuk jalan raya sebesar sekitar Rp 31 triliun per tahun,
anggaran KA hanya berkisar Rp 6-7 triliun. Tidak salah bila banyak pihak
skeptis dan memandang Program Revitalisasi Perkeretaapian terkesan hanya
terhenti pada tatanan wacana.
ahun Naga 2012 ini diharapkan menjadi
tonggak bangkitnya perkeretaapian Indonesia. Dimulai dengan program Master Plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), identifikasi
besaran investasi untuk sektor transportasi membutuhkan paling tidak Rp 814
triliun dalam 5-10 tahun ke depan. Jumlah ini terdiri atas investasi untuk
jalan Rp 339 triliun, pelabuhan Rp 117 triliun, bandara Rp 32 triliun, dan
kereta api Rp 326 triliun. Yang menarik dari komposisi angka-angka ini adalah,
untuk pertama kalinya identifikasi investasi di perkeretaapian di Indonesia
hampir menyamai rencana investasi di jalan raya.
“Railvolution” sedang berlangsung! Hal ini
ditandai dengan paling tidak lima kegiatan utama, yaitu, pertama, penuntasan
jalur rel ganda KA di Pantura Jawa pada akhir 2013 nanti yang menelan biaya
konstruksi sekitar Rp 9,8 triliun. Saat ini sudah mulai dikerjakan pembangunan
jalur rel di ruas Cirebon-Brebes dan Pekalongan-Surabaya.
Kedua, dimulainya pembangunan KA komuter
Bandara Soekarno-Hatta yang melalui Tangerang dengan rute jalur ganda
Manggarai-Tangerang (via Duri) 28 km, dan pembangunan jalur baru
Tangerang-Bandara sepanjang kurang-lebih 7 km dengan estimasi biaya Rp 2,3
triliun. Melalui Perpres Nomor 83/2011, PT KAI diberi tugas oleh pemerintah untuk
membangun jalur baru Tangerang-Bandara, yang sebagian akan melalui tanah PT
Angkasa Pura 2. Adapun rute Duri-Tangerang tahun ini dan tahun depan sedang
dikerjakan jalur gandanya. Dengan keberadaan KA komuter bandara ini, akses
menuju Bandara CGK diperkirakan akan dapat ditempuh dalam 60 menit pada awal
2014.
Sementara itu, rute KA bandara lainnya via
Pluit dan menyusuri tol bandara saat ini sedang diteliti kelayakannya oleh PT
Sarana Multi Infrastruktur. Konsep awal jalur ekspres sepanjang 33 km ini dirancang
sebagai jalur yang dedicated (hanya untuk KA ekspres bandara), elevated
(melayang sehingga tidak terpengaruh oleh perlintasan sebidang dengan jalan),
dan double track (dua jalur agar kapasitas dan jeda waktu antar-KA dapat
optimal). Estimasi biaya konstruksi terdahulu sebesar Rp 10 triliun dan proyek
ini akan ditawarkan dengan pola kerja sama pemerintah-swasta atau public-private
partnership (PPP). Di samping KA bandara di Jakarta, akan dikembangkan KA
bandara di Medan yang menghubungkan pusat kota Medan ke bandara baru Kualanamu,
yang rencananya akan mulai dioperasikan pada awal 2013.
Ketiga, KA barang swasta pertama di Kabupaten
Kutai Timur, yang merupakan investasi dari Middle East Company (MEC) Coal,
sebuah perusahaan investasi yang berasal dari Uni Emirat Arab. Panjang jalur
yang saat ini sedang disiapkan 130 km dan menghubungkan pertambangan batu bara
dan alumina di Muarawahau dengan pelabuhan khusus di Bengalon. Prakiraan
besaran investasi sebesar US$ 1,5 miliar untuk jaringan KA dan pelabuhan
khusus. Sedangkan pengolahan alumunium dan batu bara sebesar US$ 3,5 miliar. Ground
breaking proyek swasta murni ini diharapkan dilakukan pada awal semester II
tahun ini. Apabila nanti beroperasi, KA barang ini merupakan yang pertama
dengan formasi rangkaian tiga lokomotif dan 120 gerbong yang panjangnya dapat
mencapai sekitar 2 km. Secara keseluruhan operasi KA swasta ini akan
membutuhkan paling tidak 16 lokomotif dan 630 gerbong.
Keempat, dimulainya konstruksi mass rapid
transit (MRT) Jakarta tahap I yang memang sudah cukup lama diwacanakan.
Keberadaan MRT dari Lebak Bulus ke Bundaran HI sepanjang 15,7 km ini diharapkan
mengurangi kepadatan lalu lintas Jabodetabek yang menggunakan koridor
utara-selatan. Tahap II dari proyek ini, yang meneruskan rute Bundaran HI
hingga Kota, diharapkan dapat dibangun sebelum 2015. Total biaya untuk tahap I
MRT ini akan menelan biaya sekitar Rp 10,7 triliun atau setara dengan sekitar
Rp 680 miliar per km. Pada saat ini juga sedang dilakukan kajian untuk
membangun MRT jalur timur-barat Jakarta dengan beberapa opsi rute dengan
panjang sekitar 45-87 km. Nantinya, melalui penataan ulang angkutan umum di
Jakarta secara terintegrasi, diharapkan pergerakan penumpang di Jakarta dapat
terfasilitasi dengan keberadaan dua jalur MRT (utara-selatan dan timur-barat)
yang dikombinasikan dengan jejaring BRT Transjakarta, KA komuter Jabodetabek,
dan jalur lingkar KA loop line di tengah kota Jakarta.
Kelima, dari sisi penyediaan sarana, mulai
tahun ini PT KAI akan mendatangkan secara bertahap lokomotif, gerbong barang,
dan gerbong penumpang. Untuk menambah armada KA Jabodetabek, telah didatangkan
100 unit KRL pada 2011 yang sedang dalam tahap sertifikasi operasi. Sedangkan
pada 2012 ini akan datang 160 unit KRL, dengan kemungkinan penambahan hingga
300 unit. Penambahan armada ini tentunya harus dibarengi dengan ketersediaan
listrik, sterilisasi stasiun, pengoperasian tiket elektronik, dan ketersediaan workshop
KRL di Balai Yasa KA Manggarai. Rencananya, PT KAI akan mencoba mengoperasikan
KA Jabodetabek dengan jeda waktu antar-rangkaian 8-10 menit pada jam sibuk.
Kesemua program ini telah berupa rencana aksi yang terukur dalam kerangka
penugasan PT KAI melalui Perpres No. 83/2011.
Untuk keperluan angkutan batu bara Sumatera
Selatan, PT KAI membutuhkan 50 lokomotif dan 1.400 gerbong PPCW (flat)
yang rencananya akan didatangkan secara bertahap. Sedangkan untuk angkutan
barang di Jawa, dibutuhkan paling tidak 1.600 gerbong PPCW dan 120 lokomotif.
Penghela rangkaian KA buatan GE ini sebagian akan dirakit di Indonesia, dan
secara bertahap akan didatangkan dari Pennsylvania, Amerika Serikat. Karena
jenis lokomotif ini menggunakan teknologi state-of-the art mutakhir
dengan panel instrumen yang baru pula, bersamaan dengan kedatangannya juga akan
diadakan simulator yang digunakan untuk melatih para awak perkeretaapian
Indonesia.
Penguasaan teknologi juga akan meliputi pengembangan workshop
PT KAI di Yogyakarta, yang direncanakan akan menjadi pusat workshop
lokomotif traksi motor AC-AC (utamanya produksi GE) di Asia Tenggara. Ambisi
yang dicanangkan adalah ekspor lokomotif GE yang memiliki certificate of
origin (COO) Indonesia pada 2014 ke negara-negara lain di Asia Tenggara.
Hal ini merupakan bagian dari strategi peningkatan daya saing Indonesia dalam
menghadapi ASEAN Free-Trade Agreement 2015. Pemberlakuan AFTA 2015 akan
memungkinkan produk ini lebih murah 20 persen dibandingkan dengan produk
sejenis yang dijual dari AS.
Dengan berbagai program pengembangan sarana
dan prasarana ini, “Railvolution” juga harus menyentuh sisi sumber daya manusia
sebagai bagian terpenting dalam pengembangan teknologi perkeretaapian di
Indonesia. Akademi Perkeretaapian di Madiun, yang saat ini sedang dibangun, diharapkan
dapat mulai menerima taruna dan taruni pada 2013. PT KAI bersama ITB juga
mengembangkan program pendidikan dan latihan perkeretaapian dan non-gelar.
Pendek kata, berbagai program pengembangan SDM dirancang sebagai pengembangan brainware
yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pengembangan software dan hardware
perkeretaapian Indonesia.
Berbagai perkembangan yang menjanjikan ini
seyogianya harus dibarengi dengan optimisme dan kerja keras yang terkoordinasi
dari berbagai pemangku kepentingan. Sudah saatnya kita benar-benar membangun
untuk menjadikan angkutan berbasis rel sebagai tulang punggung konektivitas dan
logistik di Indonesia. Tidak mengherankan bila beberapa pihak mulai mengkaji
kemungkinan pembangunan kereta api supercepat Argo Cahaya, yang menghubungkan
dua pusat ekonomi Indonesia, Jakarta dan Surabaya, dalam waktu kurang dari 3
jam. Tren yang sama juga berkembang di dunia, seperti Tokyo-Osaka,
Taipei-Kaohsiung, New York-Washington, ataupun Beijing-Shanghai. Maka, bagi
mereka yang pesimistis dan menganggap hal ini masih mimpi, bukankah Laskar
Pelangi memberi kita pelajaran bahwa “mimpi adalah kunci bagi kita untuk
menaklukkan dunia?” ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar