Menggugah
Kepedulian Presiden
Bambang Soesatyo, ANGGOTA KOMISI III DPR FRAKSI PARTAI GOLKAR
Sumber
: SUARA MERDEKA, 28 Februari 2012
JAKARTA ’’bising’’ karena keanehan penanganan
beberapa kasus korupsi, sementara bentrok antarwarga, sebagaimana juga
kekerasan di RSPAD Gatot Soebroto, atau kasus warga versus penegak hukum hampir
menjadi peristiwa rutin. Pimpinan nasional harus peduli karena situasi sudah
demikian karut-marut. Stabilitas mengalami ujian berat. Di beberapa daerah,
aspek keamanan dan ketertiban umum tercabik-cabik karena berbagai alasan.
Beberapa waktu lalu, sejumlah warga Mamasa di Sulawesi Barat bentrok
Semua peristiwa konflik dan bentrok berdarah
itu masih diatasi dengan pendekatan hukum dan kasuistis. Walaupun akar
masalahnya sudah dipahami, yaitu belum ada upaya sistematis mereduksi
persoalan. Baik pemimpin di pusat maupun di daerah lebih disibukkan oleh urusan
lain. Misalnya, ketika akhir-akhir ini beberapa daerah dilanda konflik, para
elite di Jakarta lebih fokus pada penanganan sejumlah kasus korupsi.
Kelompok elite yang terpojok terus melawan
supaya lolos dari jerat hukum, sementara kelompok elite lainnya terus menekan
agar lawan politik mereka segera jadi tersangka. Asyik dan sibuk dengan
pertarungan di antara mereka sendiri, konflik sosial di daerah tidak
mendapatkan perhatian serius. Karena pemimpin di Jakarta sibuk dengan urusannya
sendiri, daerah pun harus mengatasi persoalan dengan caranya sendiri, termasuk
ketika harus memilih opsi kekerasan atau anarki.
Siapa pun tidak ingin memilih opsi kekerasan
untuk menyelesaikan persoalan. Tetapi ketika komunitas warga merasa bahwa upaya
legal sudah menemui jalan buntu, perlawanan terhadap aparat sulit dihindari.
Siapa pun dalam komunitas warga menjadi mudah diprovokasi. Mereka yang
sebelumnya awam dengan aksi kekerasan bisa menjadi sangat anarkis hanya untuk
melampiaskan kekecewaan.
Langkah
Pasti
Alasan-alasan seperti itulah memicu konflik
horizontal, komunal, ataupun konfllik vertikal di sejumlah daerah. Situasi
nasional begitu karut-marut manakala konflik sosial di beberapa daerah itu
dipadankan dengan situasi di Jakarta. Beberapa waktu belakangan ini, para elite
di Jakarta lebih disibukkan oleh tarik ulur penanganan sejumlah kasus korupsi,
terutama kasus yang diduga melibatkan oknum di pusat kekuasaan.
Pemerintahan Presiden SBY-Wapres Boediono
hendaknya menyadari bahwa kegelisahan sosial sedang menyelimuti rakyat.
Kegelisahan sosial itu bermuara pada akumulasi persoalan ekonomi, rasa
keadilan, dan pertanyaan seputar peran negara dalam melindungi warga negaranya.
Kualitas pertumbuhan ekonomi yang buruk, gagal meringankan beban hidup warga
kebanyakan. Wacana pemerintah menaikan harga BBM malah menimbulkan persoalan
baru.
Banyak kalangan mempertanyakan kepedulian SBY
terhadap situasi itu. Idealnya, Presiden tidak minimalis menyikapi
konflik sosial di sejumlah daerah. Apalagi semata-mata karena alasan otonomi
daerah. Presiden justru harus proaktif berkomunikasi dengan kepala daerah yang
wilayahnya rawan konflik. Harus ada upaya dan inisiatif Presiden untuk
meminimalisasi konflik.
Masyarakat mencatat bahwa Presiden sangat
responsif menyikapi masalah yang menyelimuti Partai Demokrat (PD). Ada
pertemuan membahas ekses kasus suap wisma atlet SEA Games terhadap Demokrat,
pernyataan pers dan respons SBY atas rotasi seorang kader partainya yang sedang
bermasalah dengan hukum.
Rangkaian peristiwa memunculkan dugaan bahwa
konsentrasi SBY lebih terfokus pada persoalan yang mendera partainya ketimbang
persoalan rakyat yang mestinya ditangani.
Persoalan penting lain yang harus ditegaskan
adalah dampak dari kenaikan harga BBM. Kini kenaikan harga BBM bersubsidi itu
yang disebutkan per April 2012 (SM, 25/02/12) memunculkan spekulasi yang
membuat resah. Mestinya Presiden harus cepat membuat kepastian atas semua isu
dan persoalan itu. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar