REPUBLIKA, 31
Juli 2013
|
Lailatul qadar adalah
peristiwa luar biasa dan penuh misteri. Banyak kejadian mahadahsyat yang berlangsung
di malam itu. Salah satunya yang paling fenomenal adalah proses penurunan
Alquran kepada Nabi Muahammad SAW. Data-data teologis dan historis merekam
kejadian itu (lihat misalnya QS al-Qadr
[79]:1-5; QS ad-Dukhan [44]: 4-5), sehingga tak ada tempat bagi umat
manusia untuk meragukan atau bahkan mendustakannya.
Kemahadahsyatan lailatul qadar itu terlihat secara
tekstual, misalnya, pada kata lailatul
qadr yang diulang sampai tiga kali dalam surah al-Qadr. Karena status dan
kedudukannya yang begitu agung, tak berlebihan bila Rasul SAW kerap memerintahkan
kepada diri, keluarga, dan umatnya agar selalu memperbanyak amal saleh dan
ibadah pada malam itu (lihat misalnya, hadis riwayat Bukhari Muslim dari
`Aisyah dan Abu Sa'id al-Khudri).
Dalam konteks kekinian, sejatinya
banyak hikmah, pesan, dan pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa lailatul qadar. Pertama, lailatul qadar
mengajarkan kepada kita tentang pentingnya fungsi manajemen hidup yang
--menurut Henri Fayol (1841-1925 M)-- meliputi perencanaan (planning), peng -
organisasian (organizing), pengawasan
(controlling), dan evaluasi (evaluating).
Pesan ini terinspirasi dari
pemahaman atas makna dasar term lailatul
al-qadr yang berarti malam penentuan bagian (takdir). Menurut informasi
Alquran, pada malam itulah Allah `merencanakan', `mengorganisasikan',
`mengawasi' sekaligus `mengevaluasi' tugas pokok dan fungsi (tupoksi) serta hak
seluruh umat manusia. Inilah kesan yang tersirat dari firman Allah; fiha yufraqu kullu amrin hakim (di malam
itu, dijelaskan [kepada malaikat] tiap-tiap perkara yang mengandung hikmah) (QS
ad-Dukhan [44]: 4), dan kalimat min kulli
amr (dari tiap-tiap perkara) dalam QS al-Qadr [97]: 4.
Dalam konteks kehidupan berbangsa
dan bernegara, maka pesan pertama ini memberikan wejangan kepada para penguasa
untuk mengatur bangsa ini secara serius dalam semua lini kehidupan yang
meliputi pendidikan, lapangan pekerjaan, kesehatan, keamanan, dan kebudayaan.
Fungsi manajemen juga harus dilakukan dengan baik dan maksimal, tidak sekadar
formalitas dan dalam konteks menghabiskan anggaran. Jika pesan pertama ini
dilakukan dengan baik, niscaya huru-hara dan karut-marut kehidupan berbangsa
dan bernegara tidak akan pernah terjadi di negeri ini.
Kedua, mengatur (mengelola) hidup
harus dilakukan secara periodik --minimal setahun sekali-- dan berkesinambungan.
Pesan ini tersirat dari ayat tanazzalul
malaa'ikatu (QS al-Qadr [97]: 3). Menurut para mufasir, bentuk asli kata
tanazalu (turun-temurun) adalah tatanazzlu,
namun huruf ta' yang pertama dibuang
untuk memudahkan bacaan. Jika demikian, maka tatanazzalu adalah fi'il
mudhari' (present continuous tense),
yang dalam kaidah bahasa Arab mengandung makna kekinian (al-hadhir) dan kontinuitas (al-istimrar).
Dari pemahaman semacam ini maka umat Islam dan seluruh lapisan bangsa,
sejatinya diajak untuk terus serius dan komitmen mengatur kehidupan umat dan
bangsa ini.
Ketiga, aturan, sistem, dan manajemen
yang ditetapkan harus berorientasi jangka panjang dan untuk kebaikan bersama.
Ini adalah kesan dari ayat khairun min
alfi syahrin (lebih baik dari seribu bulan) (QS. al-Qadr [97]: 2). Jadi, selama sistem yang digunakan masih
berbasis pada kepentingan sesaat, apalagi kepentingan kelompok dan orang per
orang, maka sistem itu tidak akan membawa dampak signifikan bagi perbaikan
kehidupan ini.
Keempat, peristiwa yang terjadi
pada lailatul qadar --khususnya Nuzulul Quran-- mengajak kepada kita untuk me-nuzul-kan (menurunkan) Alquran ke dalam
relung jiwa dan seluruh aspek kehidupan, baik pribadi maupun sosial kenegaraan.
Kata anzalnaadi awal surah al-Qadr
--yang menggunakan diksi anzala, yang
berbentuk fi'il maad - hii (past tense)- menunjukkan bahwa penurunan
Alquran ke dalam diri manusia itu harus dilakukan secara totalitas dan
sungguh-sungguh.
Dengan demikian, Alquran tidak
lagi sekadar dirapal secara kuantitatif, tapi jauh di atas itu adalah bagaimana
Alquran dapat berfungsi secara kualitatif pada hidup dan kehidupan ini. Berfungsi
secara kualitatif mengandaikan pembacaan dan pengkajian yang begitu mendalam,
kontinu, terprogram, dan pengejawantahan secara maksimal dalam
keseharian.
Sementara me-nuzul-kan Alquran dalam konteks sosial kenegaraan berarti
menjadikannya sebagai basis utama dalam menentukan regulasi dan kebijakan.
Regulasi yang berbasis pada Alquran berarti regulasi yang pro-rakyat, prokepentingan
bangsa, pro-kaum dhuafa, fakir miskin, dan marjinal. Kebijakan yang Qurani
berarti kebijakan yang berorienstasi dan mengedepankan nilai-nilai dasar,
karakter, dan jati diri kebangsaan, bukan proasing, apalagi tunduk dan patuh
pada keinginan asing.
Kelima, peristiwa lailatul qadar juga mengajak kita untuk
menyebarkan perdamaian dan kedamaian (salam). Perdamaian dan kedamaian itu
harus terus disebarkan umat Islam dan seluruh lapisan bangsa ini, hingga
benar-benar mewujud dalam kehidupan seru sekalian alam. Secara sufistik,
term hattaa mathla'il fajr (hingga
terbit fajar) (QS al-Qadr [97]: 5)
berarti hingga (perdamaian dan kedamaian) itu termanifestasi dalam seluruh semesta
alam, bagi semua makhluk ciptaan Tuhan, tanpa melihat perbedaan latar belakang
dan status sosial. Kata fajrdi akhir ayat itu juga mengisyaratkan kedamaian,
kesejukan, keindahan, dan kesentosaan.
Karut-marut kehidupan di berbagai
belahan bumi Islam, khususnya di Indonesia belakangan ini, adalah bentuk
penodaan terhadap visi salam (perdamaian dan kedaiaman) yang dititahkan Tuhan
dalam Alquran. Dengan demikian, lailatul
qadar bukanlah sekadar peristiwa biasa yang layak di peringati secara
seremonial, tapi jauh di atas itu, lailatul qadar adalah peristiwa adi luhung di mana masa depan hidup dan
kehidupan manusia ditentukan.
Maka, tak ada pilihan lain bagi
kita semua, khususnya umat Islam Indonesia, kecuali menyebarkan perdamaian dan
kedamaian di negeri ini. Tentu harus diawali dengan pemahaman yang mendalam dan
semangat mencari serta mengisi malam lailatul
qadar dengan amal saleh dan ibadah-ibadah individual maupun sosial. Wallahu a'lam. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar