|
MULAI tanggal 23 Agustus
2013, Ganjar Pranowo memimpin Jawa Tengah. Ibarat matahari, usia gubernur baru
itu masih timur (muda), bercahaya kuat menyinari bumi provinsi ini. Dia
terlihat sederhana dan cerdas. Saat debat di televisi terkait pilgub, saya melihat
dia mampu mengartikulasikan pemikiran dalam kalimat sederhana, mudah
dimengerti, dan berbasis data. Tak asal bicara, dan berani mengkritik lawan
yang overconfident.
Pendampingnya pun bukan
tokoh sembarangan, Heru Sudjatmoko, alumnus Akademi Pemerintahan Dalam Negeri
(APDN), dengan pengalaman panjang di birokrasi dan mantan Bupati Purbalingga.
Kabupaten yang berkembang pesat, melampaui kabupaten tetangga di Eks
Karesidenan Banyumas. Saya yakin Ganjar dan Heru bersinergi menciptakan
keseimbangan dan saling mengingatkan. Kemenangan telak atas incumbent, adalah
modal besar bagi mereka untuk menggerakkan seluruh kekuatan rakyat membawa Jawa
Tengah yang makin mandiri.
Lima tahun lalu, sebagai
Mendagri, saya melantik dan memberi arahan Gubernur Bibit Waluyo. Hari ini,
sebagai sesepuh masyarakat Jateng, yang ingin selalu melihat provinsi ini lebih
maju dan sejahtera, mendorong saya membuat tulisan ini. Saya mengharapkan
Gubernur Ganjar mau mendengar. Ada tiga hal yang saya sarankan untuk membantu
kesuksesannya, yaitu menata birokrasi, memperkuat sistem, dan mengefektifkan
komunikasi.
Menata Birokrasi
Sinergitas diharapkan
menghasilkan kepemimpinan yang jujur, cerdas, dan berani. Sesuai slogan mboten
ngapusi dan mboten korupsi, langkah pertama adalah menata birokrasi untuk
mewujudkan birokrasi profesional, yang dapat menghasilkan prestasi. Merit
system adalah pendekatan yang tepat untuk memperoleh struktural berkualitas,
khususnya untuk jabatan strategis.
Dengarkan pendapat tokoh
masyarakat, pengusaha, dan politikus. Jangan mendengar isu di jalanan, SMS,
atau surat kaleng, yang selama ini sering dijadikan pintu masuk menyingkirkan
mereka yang profesional. Lihat track record calon staf, untuk melengkapi daftar
urut kepangkatan.
Gubernur harus memilih
personel yang memenuhi syarat. Karenanya, setelah syarat terpenuhi, Gubernur
harus mengupas sedalam-dalamnya, dengarkan pendapat para staf, dan berdialog
seintensif mungkin untuk menggali prestasi, kemampuan berpikir, dan yang ada
dalam benak mereka.
Lima belas tahun lalu, saat
kali pertama menjabat Gubernur Jateng, saya melakukannya meskipun tidak
optimal. Kini saya yakin dengan jiwa mudanya dan pengalaman melakukan fit
and proper test memilih pejabat penting nasional di DPR, Ganjar bisa melakukan
apa yang saya pikirkan, dengan metode dan sistem penilaian yang jauh lebih
baik.
Provinsi Jateng melahirkan
banyak pejabat nasional, beberapa pejabat berkarier di lingkungan Pemprov, dan
ada menjadi pejabat eselon I di pusat. Pemprov Jateng telah mempunyai sistem
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan yang cukup memadai, hanya
perlu memperbaiki kualitas.
Birokrasi dapat menjadi penentu dalam meningkatkan
kualitas sistem tersebut.
Ganjar harus
meng-empowerment sistem sehingga birokrasi dapat mengoperasionalkan APBD
yang terbatas dengan efektif, efisien, dan maksimal serta mampu meningkatkan
pendapatan, dengan memperluas sumber pendapatan dan memaksimalkan yang ada. Pendapatan
harus menjadi belanja sesuai kebutuhan dan efektif menjawab permasalahan
rakyat.
Menurut UU Nomor 32 Tahun
2004, pemda terdiri atas gubernur selaku kepala daerah dan DPRD. Karena
itu, Ganjar harus mengajak dan berkomunikasi dengan DPRD agar APBD berorientasi
sepenuhnya pada kepentingan rakyat, tidak selalu dalam tataran politis. DPRD
provinsi tidak sama dengan DPR. Gubernur dan DPRD sama-sama merencanakan
dan menjalankan APBD, check and balance di antara keduanya adalah mutlak, bukan
mencari-cari kesalahan dan kelemahan masing-masing.
Efektifkan Komunikasi
Jangan pernah meremehkan
komunikasi, mengabaikan saran staf, dan merasa paling tahu. Jika karena
berkuasa lalu tiga hal itu tidak Anda lakukan, sebaik apa pun sistem dibangun,
sebesar apa pun anggaran tersedia, keberhasilan tak pernah akan bisa dicapai.
Filsafat ini hendaknya menjadi pedoman memimpin provinsi ini. Tipologi orang
Jateng bukan orang yang bisa menyuarakan apa yang ada di hati secara terbuka
dan egaliter.
Bisa saja bilang inggih
walaupun realitasnya mboten, mereka bisa tersenyum walau realitasnya
menggerutu. Komunikasikan semuanya dengan baik, perlakukan mereka sebagai
sahabat, istilahnya diuwongke, dan jangan mempunyai prasangka buruk. Lakukan
pembelaan saat Anda meyakini mereka benar; jangan dibutuhkan tenaganya
tetapi diabaikan pembelaannya.
Saya yakin Ganjar bisa
melakukan itu dengan baik, nguwongke seluruh elemen masyarakat, nguwongke
birokrasi, dan yang sangat penting nguwongke semua bupati/wakil bupati dan wali
kota/wakil wali kota.
Selamat bekerja Gagah, serta selamat jalan Pak Bibit
Waluyo dan Ibu Rustriningsih. Kekuasaan bisa berakhir tetapi pengabdian kepada
masyarakat tidak pernah berakhir karena itulah yang membuat kita hidup dan
berarti. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar