Senin, 17 Juni 2013

Raja Sulaiman Bikin Aman

Raja Sulaiman Bikin Aman
Mohamad Sobary ;   Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk Advokasi, Mediasi, dan Promosi
KORAN SINDO, 17 Juni 2013


Sulaiman, putra Daud, dikenal sebagai seorang raja. Beliau juga seorang nabi. Ayah beliau, Nabi Daud. Beliau sendiri Nabi Sulaiman. 

Keistimewaannya: beliau kaya raya tiada bandingan, memiliki kepandaian ibarat setinggi langit, dan sangat bijaksana. Selebihnya, Tuhan memberi beliau karunia istimewa: bisa berbicara dalam bahasa hewan. Di dalam buku 50 Cerita Ajaib terbitan PT Buana Ilmu Populer terdapat cerita Rudyard Kipling yang kesohor berjudul “Entakan Kaki Si Kupu-kupu Jantan”. Mulanya dikisahkan, Raja Sulaiman memiliki istri sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan. 

Jumlah itu genap menjadi seribu dengan tambahan Ratu Bilqis yang legendaris. Beliau inilah permaisuri baginda Raja Sulaiman. Selain cantik tiada tara, Ratu Bilqis juga bijaksana. Adapun para istri yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan tadi ada yang jahat dan kejahatannya mempengaruhi semua istri yang lain. Para istri itu pun kerjanya bertengkar, saling cemburu, dan membikin gaduh istana raja Sulaiman. Baginda sering gundah dan mencari kesegaran di taman, seorang diri. Ratu Bilqis yang bijaksana tadi tahu suaminya sedang tak enak hati. 

Dia tahu sang suami memiliki jimat berupa cincin ajaib. Bila cincin digosok tiga kali, apa yang diinginkan pun terjadi. Ratu Bilqis membujuk agar sang suami melakukannya demi kesenangan hatinya. Tapi, Raja Sulaiman tidak mau berbuat begitu. “Untuk kesenanganku sendiri aku tak mau melakukannya permaisuriku. Selamanya aku akan seperti itu,” jawab raja bijaksana itu. Beliau kemudian meneruskan perjalanan di taman indah milik kerajaan. Tiba-tiba terdengar suara kupu-kupu jantan. 

“Jangan begitu. Kalau mau, aku bisa entakkan kaki kananku dan kau akan kaget karena istana megah Sulaiman ini akan lenyap seketika. Taman indah ini pun akan lenyap pula.” Mendengar ancaman itu kupu-kupu betina takut setengah mati. Saat itu Raja Sulaiman juga mendengarnya. Maka itu, beliau tertawa terbahak- bahak. Sejenak beliau lupa pada masalah yang ditimbulkan para istri. Kemudian dipanggilnya kupu-kupu itu. Dengan agak takut binatang itu hinggap di tangan raja. Baginda bertanya, mengapa binatang itu membual begitu muluk kepada istrinya. 

“Dia tadi istrimu, bukan?” “Ah, raja seperti tak tahu tabiat perempuan. Istriku itu senang membikin masalah. Begitu aku ancam, dia ketakutan.” Raja itu tertawa terbahakbahak lagi dan membiarkan hewan tadi kembali kepada istrinya yang juga merasa takut. Dia bertanya, apa yang dikatakan Raja Sulaiman. Jawab si jantan: “Ini antara kita saja ya, sayang. Dia takut, dan memintaku agar aku tak melaksanakan ancamanku.” Raja Sulaiman tertawa lebih keras mendengar jawaban ngawur itu. 

Tiba-tiba Ratu Bilqis memanggil kupu-kupu betina. “Mengapa kau percaya omongan suamimu?” Si betina menjawab, “Karena suamiku merasa senang ketika aku kelihatannya percaya omongannya. Itu saja alasanku, sang permaisuri.” Ratu Bilqis menasihatkan, kalau bilang begitu lagi, coba kamu minta agar suamimu membuktikannya. Ketika mereka bertengkar lagi dan si jantan mengancam dengan ucapan yang sama, si betina menyahut, “Buktikan. Ayo, buktikan kalau kau mampu.” Si jantan kalang kabut. Dia terbang mendekati Raja Sulaiman. 

Dia mengeluh karena istrinya menantang. Raja menggosok cincinnya tiga kali. Muncullah empat jin sangat besar yang memiliki kekuatan tak terhingga. Raja Sulaiman memerintahkan si kupu-kupu jantan mengentakkan kakinya satu kali dan minta empat jin dahsyat itu segera melenyapkan istana dan taman indahnya. Tapi, setelah si kupu-kupu jantan mengentakkan kaki yang kedua kalinya, istana dan taman harus segera dikembalikan seperti semula.

Sesaat keadaan menjadi kacau-balau dan serbamenakutkan. Ketika normal kembali si kupu-kupu betina mengatakan, dia terlempar ke suatu tempat gelap gulita yang berbau busuk. Sejak saat itu si betina dan si jantan tak pernah bertengkar lagi. Para istri yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan pun kocar-kacir tak menentu. Mereka berteriak-teriak ketakutan. Ratu Bilqis menenangkan mereka. Kemudian membujuk, “Tadi, atas izin baginda raja, si kupu-kupu jantan mengentakkan kaki kanannya. Kalian tahu, itu baru akibat ulah seekor kupu-kupu. Bayangkan, bagaimana kalau baginda sendiri yang melakukannya.”
Sejak saat itu para istri itu takut saling bertengkar, takut membikin kekacauan. Mereka taat dan penuh kasih kepada baginda raja yang bijaksana. 

Penguasa Harus Membikin Aman 

Untuk urusan pribadinya, Raja Sulaiman tak mau melakukan saran Ratu Bilqis. Tapi, demi keamanan dan kedamaian hambanya yang hanya berupa sepasang kupu-kupu jantan dan betina beliau rela melakukan tugasnya. Raja, penguasa, memang wajib membikin keadaan menjadi aman. Raja Sulaiman tidak penakut, tidak pemalas, dan tidak mengeluh pada rakyat setiap kali beliau menghadapi kesulitan. 

Membikin aman sudah merupakan kewajiban setiap raja, setiap penguasa. Ini bukan jasa. Bukan kebaikan hati, tapi kewajiban. Siapa pun yang berkuasa wajib melaksanakan tugasnya. Kekuasaan harus digunakan untuk kepentingan rakyat. Penguasa tak boleh bermewah diri menggunakan kekuasaan—- yang merupakan limpahan rakyat itu—untuk kepentingannya sendiri. Tidak bisa. Apalagi bagi Sulaiman, raja yang bijaksana. Kita belajar tentang perlunya merasa agak malu barang sedikit saja. Sikap bijaksana bukan monopoli Raja Sulaiman. 

Tiap penguasa lain, bupati, gubernur, menteri, dan presiden boleh belajar dari Raja Sulaiman. Belajar dalam hal ini menjadi kewajiban. Mencoba untuk belajar bertanggung jawab, secara bijaksana, menjadi kewajiban bagi setiap penguasa. Haruskah mereka sukses besar seperti kisah-kisah bijaksana Raja Sulaiman? Tidak. Niat baik, untuk menjadi baik dan bertanggung jawab, sudah merupakan sebuah kebaikan. 

Gagal berbuat baik demi tanggung jawab tidak terkutuk. Tapi, penguasa yang tak berbuat apa pun ketika satu gerombolan orang menyergap para pendemo dan melukai banyak pihak seolah negeri ini hutan rimba tanpa hukum, penguasa negeri itu jelas bukan Raja Sulaiman. Alam semesta ini menjadi ruang sekolah, tempat kita belajar. 

Raja Sulaiman dihadirkan menjadi contoh penguasa adil, tegas, dan bijaksana. Tapi, para penguasa kita, apa yang pernah mereka lakukan? Mereka tak boleh diam. Raja Sulaiman bisa bikin aman. Raja kita, mengapa tidak bisa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar