Senin, 17 Juni 2013

Racun Berbisa BBM Murah

Racun Berbisa BBM Murah
Abdul Rohim Tualeka ;   Dosen Toksikologi Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, Penulis buku Toksikologi Industri dan Risk Assessment 
JAWA POS, 17 Juni 2013


BESARAN harga BBM saat ini maupun rencana kenaikannya nanti sebenarnya merupakan racun berbisa bagi anak bangsa. Harga BBM seperti saat ini dapat terjangkau oleh hampir semua lapisan masyarakat untuk kegiatan transportasi. Selama ini BBM bersubsidi hanya dianalisis dari sudut pandang memberatkan APBN. Yang terlupakan adalah ada dampak negatif terhadap kesehatan, baik penyakit akut maupun kronis.

Hampir semua orang memiliki sepeda motor. Bisa dibayangkan, saat sibuk, jalanan sangat macet. Racun yang dikeluarkan oleh pembakaran BBM (seperti gas CO, SO2, NOx, dioksin, PbO, CO2) maupun sebelum pembakaran di BBM, yaitu saat pengisian BBM di SPBU (benzene, tetra etil lead/TEL), pun bergentayangan di udara perkotaan. 

Kita sudah terbiasa dengan kasus-kasus pengendara sesak napas karena CO yang menyebabkan tidak dapat berkonsentrasi saat berkendara dan berujung pada kecelakaan. CO yang juga menyebabkan risiko tinggi pada jantung yang berujung pada kematian seperti itu kadang diberitakan. Itu adalah dampak akut yang sangat mengerikan bagi para pengendara kendaraan ber-BBM.

Selain dampak akut, dampak kronis juga menjadi persoalan besar masyarakat saat ini. Dioksin menyebabkan penyakit kanker paru, benzena menyebabkan penyakit kanker darah/leukemia. Begitu pula TEL, selain menjadi penyebab tidak langsung penyakit kanker, juga mengakibatkan penyakit autis pada anak-anak. PbO menyebabkan penyakit pada ginjal. Tiga kasus itu, baik kanker, penurunan fungsi ginjal, maupun autis, merupakan fenomena di masyarakat saat ini. Rumah sakit penuh dengan pasien sakit ginjal dan paru. 

Dampak kronis bagi lingkungan adalah kontribusi terhadap terjadinya pemanasan global akibat polutan CO2 dan NOx. Musim penghujan dan kemarau yang tidak menentu saat ini yang memprihatinkan petani. Suhu udara yang tinggi di perkotaan dan tingginya tingkat ketersinggungan masyarakat sangat membuat masyarakat gampang marah. Tingginya gelombang laut akibat cuaca tidak menentu sangat menyengsarakan nelayan dan pebisnis transportasi laut.

Kalau bijak dan prorakyat, sebenarnya pemerintah saat ini di saat awal kepemimpinannya sembilan tahun silam telah melakukan pengendalian risiko dan komunikasi risiko dampak BBM. Yaitu, mengurangi penggunaan transportasi yang menggunakan BBM, dengan membuat transportasi umum dan tidak ber-BBM seperti kereta listrik bawah tanah (subway), trem, bus berbahan bakar listrik. Di beberapa negara ASEAN, seperti Singapura, terlebih di negara maju, telah lama menerapkan model transportasi ini. 

Di negara-negara yang menerapkan sistem transportasi masal, harga BBM menembus angka Rp 40.000 per liter. Dinaikkan setinggi itu pun bagi mereka harga BBM bukan persoalan karena mereka tidak banyak menggunakan trabsportasi pribadi dalam beraktivitas. Industri juga demikian, menyesuaikan dengan kondisi tersebut, juga menggunakan bahan bakar non-BBM bersubsidi serta mendapat insentif pemerintah karena industrinya ramah lingkungan sehingga tidak berdampak pada kenaikan harga barang. Dengan pola seperti itu, tidak akan muncul gejolak seperti yang tengah terjadi di negara kita saat ini menjelang pengumuman kenaikan harga BBM.

Dengan BBM murah, produk otomotif seperti sepeda motor masuk ke Indonesia seperti bah. Ditambah lagi pembangunan jalan tol ikut menyebabkan jumlah kendaraan pribadi akan semakin banyak. Produksi BBM pun juga akan laku keras, tanpa mempedulikan nasib kesehatan masyarakat. 

Di Surabaya, pemerintah kota ini telah menolak habis-habisan jalan tol tengah Kota Surabaya sejak awal tahun 2000-an. Namun, sampai saat ini, pemerintah pusat maupun wilayah masih berupaya agar pembangunan itu terealisasi. Pemerintah Kota Surabaya mulai menyusun perencanaan pembangunan  subway, juga pemerintah DKI. Ini merupakan awal yang baik dalam pengendalian dampak transportasi serta pengurangan penggunaan BBM di tanah air.

Di Surabaya, walaupun ruang terbuka hijau sangat digalakkan oleh pemerintah kota, namun dengan pola kemacetan seperti saat ini, sangat sulit mendapatkan kondisi Surabaya bersih dan sehat. Selain karena sangat tinggi kadar polutan, jenis tanaman yang ditanam juga banyak tidak terkait dengan jenis-jenis polutan yang akan direduksi. Terkadang ditemukan banyak tanaman yang memiliki fungsi keindahan tanpa fungsi ekologi. Daerah yang memiliki kadar CO dan NOx tinggi sebaiknya ditanami banyak tanaman asam karnaji atau tiara payung. Daerah yang banyak polutan debu sebaiknya ditanami banyak tanaman teh-tehan atau bambu.

Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya akan semakin nyaman bila transportasi menggunakan moda transportasi masal seperti subway. Di pinggir-pinggir jalan juga ditanami berbagai macam tanaman sesuai dengan fungsinya, baik fungsi keindahan, sosial, wisata, maupun ekologis. Dengan kondisi lingkungan seperti ini, masyaraat pun akan sehat karena udara sangat mempengaruhi nasib kesehatan masyarakat (Ross, R.,1992). Jangankan kupu-kupu, manusia pun akan berdatangan ke kota-kota ini, baik turis lokal maupun domestik. Kondisi lingkungan seperti ini merupakan duta wisata, sumber investasi, dan sumber devisa negara. Ini adalah kebijakan pembangunan yang benar-benar prorakyat, bukan kebijakan berbisa.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar