Senin, 03 Juni 2013

Melestarikan Lingkungan


Melestarikan Lingkungan
Haryono Suyono  ;   Mantan Menko Kesra dan Taskin
SUARA KARYA, 03 Juni 2013


Minggu ini, tepatnya tanggal 5 Juni 2013, kita akan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Dalam peringatan tahun ini, United Nations Environment Programme (UNEP) mencoba mendekati kenyataan bahwa program millenium development goals (MDGs) akan berakhir tahun 2015. Oleh karena itu ditetapkan tema yang cukup menarik dan mengundang perhatian untuk mengurangi kerugian karena banyak produk makanan yang terbuang.

Tema itu berbunyi, Think.Eat.Save. Reduce Your Foodprint, yang menurut Sekjen PBB mengharuskan kita menaruh perhatian yang tinggi terhadap kecukupan nutrisi untuk semua, melipat gandakan produksi petani kecil dan melestarikan penyediaan pangan yang menjamin lingkungan hidup yang sehat dan lestari.
Keprihatinan itu diperkirakan karena dewasa ini sekitar sepertiga dari bahan pangan yang dihasilkan tidak sempat sampai ke meja makan. Ini semua disebabkan karena sistem pasca panen yang kurang rapi, kebiasaan membeli bahan pangan melebihi kebutuhan, atau karena kemewahan tanpa ukuran. Sehingga, setiap makan selalu menyisakan banyak makanan yang sebenarnya masih enak dan bisa dikonsumsi tetapi terbuang sia-sia. Padahal, jutaan penduduk yang miskin di banyak tempat masih kekurangan pangan dan gizi.

Pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini dianjurkan agar pemerintah, khususnya Menteri Lingkungan Hidup RI, Prof Dr Balthasar Kambuaya, MBA, untuk ikut mendorong upaya memperbaiki sistem pasca panen, penyimpanan hasil pertanian sebelum mencapai pasar serta berjuang bersama negara-negara maju yang menempatkan label kualitas yang terlalu tinggi untuk menentukan kelayakan ekspor hasil pertanian.
Tuntutan kualitas tinggi untuk ekspor pertanian menghasilkan sisa produk panen sebagai korban tidak memenuhi syarat standar tinggi itu, sehingga hasil panen tidak pernah sampai ke pasar. Sisa-sisa itu juga menjadi produk rongsokan yang kadang tidak laku jual di desa atau pasar lokal, menjadi busuk dan berpengaruh pada polusi di lingkungan pedesaan. Kalau produk itu sampai ke pasar dan tidak laku jual akan berpengaruh pada polusi di pasar-pasar desa dan perkotaan.

Cara lain untuk memelihara kegunaan lingkungan dan sekaligus meningkatkan nutrisi penduduk adalah dengan gerakan pengembangan "kebun bergizi." Program kebun bergizi sedang dilaksanakan bersamaan dengan pembentukan pos pemberdayaan keluarga (posdaya) di seluruh desa di Indonesia.

Gerakan posdaya yang dilakukan oleh mahasiswa ketika tengah melakukan kuliah kerja nyata (KKN) tematik posdaya adalah mengajak keluarga desa yang tergabung dalam posdaya untuk menanam sayuran di halaman rumahnya sendiri, memelihara ternak dan unggas serta memanfaatkannya langsung sebagai asupan gizi keluarganya. Dengan cara seperti itu, maka jarak antara tanaman sayur dan ukuran kebutuhannya dapat diperpendek sehingga tidak menimbulkan limbah yang terjadi karena harus membeli di pasar dan menghasilkan limbah karena tidak seluruhnya tidak habis dimasak dan sampai di meja makan.

Kegiatan posdaya dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia itu, bisa juga membawa manfaat untuk meningkatkan kesadaran pengentasan kemiskinan dan kelaparan, yakni dengan mengajarkan pemanfaatan hasil pertanian dengan cara pengolahan yang lebih maju. Kerjasama Yayasan Damandiri dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menyelenggarakan kegiatan bersama pimpinan posdaya di desa-desa diwujudkan dengan mengolah ikan tangkapan di laut atau mengolah ikan dari pemeliharaannya di empang-empang menjadi produk yang lebih tahan lama.

Di masa lalu sebelum diberikan pelajaran pengolahan ikan, hasil tangkapan hanya diolah sebagai sayur atau digoreng. Melalui pelatihan yang sederhana para anggota posdaya yang telah mengikuti pelatihan dapat mengolah hasil tangkapan ikan menjadi abon, nuget, otak-otak dan keripik yang tahan lama dengan harga jual yang lebih tinggi. Penggunaan tehnologi tepat guna yang sederhana dapat mengisi Hari Lingkungan Hidup sedunia tahun ini dengan suatu program yang inovatif serta menguntungkan rakyat banyak.

Kedua proses yang sedang dikerjakan oleh posdaya di seluruh Indonesia itu juga memberi manfaat ganda karena dengan cara seperti itu maka kebersihan lingkungan dapat dipelihara, kerapian dan keindahan halaman rumah dapat lebih menarik dikarenakan lingkungan rumah yang gersang berubah hijau, bukan sembarang hijau. Tetapi, menghasilkan tanaman sayur, cabe, tomat, terong dan lainnya yang bisa secara teratur menjadi makanan sehari-hari dalam ukuran yang wajar tanpa meninggalkan limbah. Rakyat desa tidak perlu harus mempergunakan listrik yang banyak dan memakan ongkos yang tinggi.

Suasana lingkungan yang bermanfaat itu juga menghasilkan polusi yang sangat diperkecil karena halaman rumah, melebar ke jalan-jalan, menjadi hijau dan berguna, sehingga tidak saja polusi sangat berkurang tetapi juga air bersih menjadi lebih terpelihara. Kebutuhan air bersih untuk setiap penduduk bisa lebih melimpah dan meningkatkan kesehatan serta usia harapan hidup penduduk di pedesaan tanpa campur tangan pemerintah yang berlebihan.

Tehnik menyimpan kebutuhan makanan sehari-hari secara natural itu mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali kebutuhan mesin penyimpan seperti kulkas, sehingga polusi udara bisa dikendalikan. Lebih dari itu, penyimpanan secara natural memaksa penduduk hanya memetik sayuran sesuai kebutuhan, sehingga hidupnya meninggalkan sampah yang makin terbatas. Kalau ada sampah, sampah rumah tangga itu sifatnya degradable, artinya bisa diolah menjadi pupuk untuk menyuburkan tanaman di halaman. Proses alamiah itu menjadikan pemeliharaan dan penggunaan lingkungan yang menguntungkan untuk semua kalangan dan bersifat lestari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar