Jumat, 14 Juni 2013

Guru Politik yang Demokratis

Guru Politik yang Demokratis
Maruarar Sirait ;   Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemuda dan 
Olahraga, Ketua Umum Taruna Merah Putih (TMP)
 
KORAN SINDO, 13 Juni 2013



Saya termasuk kader muda PDI Perjuangan yang beruntung karena mengalami dan merasakan 30 tahun bisa mengenal dan dekat dengan almarhum Pak Taufiq Kiemas yang dalam keseharian selalu saya panggil Om Taufiq. 

Memang saya akui dengan fair, posisi ayah saya, Bapak Sabam Sirait, sebagai politisi yang bersama-sama dengan almarhum Om Taufiq dan Ibu Megawati Soekarnoputri membesarkan Partai Demokrasi Indo-nesia (PDI) kemudian sejak 2008 menjadi PDI Perjuangan sedikit- banyak ikut memengaruhi tumbuh kembang saya dalam politik. Dari situlah saya sejak awal sudah ikut terlibat secara langsung di dalamnya. 

Saya juga berbangga karena saya melalui proses dalam berpolitik, dari bawah, tidak semata- mata anak Pak Sabam. Dua periode menjadi pengurus di Jawa Barat dan dua periode di DPP PDI Perjuangan sebagai ketua bidang pemuda dan olahraga adalah amanat partai yang coba saya laksanakan dengan kemampuan dan dedikasi serta loyalitas tinggi dalam upaya membesarkan dan menjaga ideologi partai. 

Dari perjalanan itu, banyak yang dilalui karena dalam politik tentu ada rintangan, hambatan, dan sebagainya. Belum lagi ketika dalam dinamikanya ada perbedaan-perbedaan yang tidak jarang juga mengundang ketegangan. Menghadapi dinamika yang seperti itu, bagi saya yang relatif masih muda dalam berpolitik tentu bisa goyah jika memang tidak punya pegangan ideologi dan bagaimana harus bersikap. Di situlah kehadiran sosok senior PDI Perjuangan yaitu Om Taufiq. 

Beliau, bagi saya, dan saya yakin bagi kader-kader lain, khususnya yang masih mudamuda, adalah guru politik yang demokratis. Dari beliau saya banyak belajar bagaimana menghadapi dan mengelola perbedaan. Beliau tidak hanya tokoh yang terbuka, plural dalam melihat perbedaan soal nilainilai kebangsaan, melainkan juga konsisten dalam menghadapi dan mengelola serta bagaimana menyikapi perbedaan politik di internal. Figur Taufiq Kiemas mampu menyatukan para pemuda. 

Tidak hanya para kader muda PDI Perjuangan, tapi juga tokoh muda di luar partai untuk bersatu padu memperjuangkan bangsa. Dalam kacamata kader junior dan senior, beliau sungguh menjadi acuan ketika dalam beberapa hal dan isu politik saya punya pandangan berbeda, termasuk ketika berbeda dengan beliau. Apa yang bisa menjadi acuan bagi saya? Acuan itu sikap yang loyal dan konsisten terhadap kebijakan politik manakala sudah ada keputusan organisasi. 

Pernah dalam suatu isu politik saya cukup kontra dengan apa yang diwacanakan beliau. Tetapi, kemudian saat partai sudah memutuskan dan keputusannya sebagaimana dia wacanakan, beliau dengan bangga dan berbesar hati menunjukkan loyalitas dan konsistensinya untuk ikut bersama-sama mengamankan dan menyukseskan keputusan partai itu. 

Yang saya juga angkat topi, beliau lalu bilang ke saya: “Ara, kita boleh berbeda, tetapi ketika sudah ada keputusan, semua harus tunduk. Ini menjadi pembelajaran bagi yang muda-muda bahwa demokrasi itu harus tetap berjalan, namun harus tetap menghargai perbedaan dan tidak saling kalah mengalahkan.” Karena kebesaran beliau sebagai guru politik yang demokratis itulah, ketika beliau meninggalkan dunia ini banyak yang merasa kehilangan. Ketokohannya sulit digantikan. 

Namun, itu bagi kami di PDI Perjuangan tentu menjadi motivasi dan semangat untuk terus memperjuangkan dan meniru apa yang telah ditinggalkan dan didedikasikan untuk bangsa ini, termasuk untuk PDI Perjuangan. Saya secara politik juga merasakan betul kehadiran Om Taufiq dalam membesarkan PDI Perjuangan. Di satu sisi, keteguhan ideologi dan sikap Ibu Mega menjadi kebanggaan para kader. 

Di sisi lain, kelenturan Om Taufiq dalam berpolitik juga menjadi pembelajaran agar dalam berpolitik tetap dinamis tanpa meninggalkan semangat yang idealis. Posisi Om Taufiq malah kerapkali menjadi motivasi bagi para kader muda yang punya gagasan brilian untuk tidak minder menyampaikan dan memperjuangkannya. Saya merasakan, beliau yang ikut berperan besar dalam mengakomodasi banyak kader-kader muda potensial di PDI Perjuangan saat ini. 

Karena peran Om Taufiq pula, PDI Perjuangan menjadi partai yang mengedepankan merit system. Demokrasi begitu dihargai di internal partai, jadi saya sebagai junior dalam hubungan dengan beliau sebagai senior selalu dinamis, dialektis. Namun, itu lebih pada taktik karena secara substansi, secara ideologis, tujuannya sama. Dari sisi pribadi, saya juga merasakan bagaimana Om Taufiq memang orang yang baik terhadap semua orang. 

Maka itu, banyak juga yang mendoakan dan merasakan kehilangan atas kepergiannya. Salah satu kenangan bagi saya pribadi yang akan terus melekat dalam ingatan adalah Om Taufiq wali nikah saya. Waktu saya menikah yang berbicara dan mewakili keluarga memang Om Taufiq, jadi hubungan kami memang sangat dalam. 

Beliau seorang abang, guru, dan sahabat yang bisa berkawan dan punya ide yang sama. Beliau sangat bisa menghargai perbedaan. Selamat jalan Om Taufiq. Kami yang muda-muda akan meneruskan apa yang selama ini Om perjuangkan, tentang nilai-nilai kebangsaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar