Generasi zaman baheula tentu tahu lagu ”Boneka dari India”. Liriknya antara lain: Hatiku gembira, riang tak terkira/Mendengar berita, kabar yang bahagia; Ayahku kan tiba, datang dari India/Membawa boneka yang indah jelita; Oh sayang.
Lagu anggitan Ellya Khadam (1928-2009) itu amat populer pada akhir 1950-an. Saking tenar, lagu itu dinyanyikan pula penyanyi generasi berikutnya, macam Titiek Sandora, Rita Sugiarto, dan penyanyi cilik Saskia.
Apakah seperti lirik lagu Ellya Khadam, kata boneka juga berasal dari India? Ternyata asal-usulnya bukan bahasa-bahasa India, seperti Sanskerta atau Tamil, melainkan Portugis. Dalam bahasa Portugis, kata untuk menyebut boneka adalah boneca yang pelafalannya mirip sekali dengan boneka. Huruf ”c” pada boneca berubah menjadi ”k” sesuai dengan tangkapan telinga para pendahulu kita. Mereka kemungkinan besar mendengar boneca ini dari pedagang Portugis yang tiba di Nusantara, khususnya Maluku, pada abad ke-16 dan 17.
Argumen itu dikuatkan sejarawan Jean Gelman Taylor yang berpendapat bahwa bahasa Portugis adalah bahasa utama dalam perdagangan di Asia pada abad ke-16 dan 17. Pada hemat saya, penyerapan boneka bisa jadi muncul dalam dua konteks yang pada akhirnya saling terkait.
Pertama, penyerapan itu terjadi dalam konteks perdagangan. Para pedagang dari Portugal datang ke Nusantara pertama-tama bukan untuk berjualan boneka, tetapi utamanya mendapatkan rempah-rempah dari Maluku. Namun, bisa jadi boneka merupakan salah satu komoditas perdagangan sampingan. Ini dapat kita lacak dari banyaknya kata-kata serapan dari bahasa Portugis yang merupakan barang dagangan atau istilah dagang. CD Grijns dkk dalam Loan-words in Indonesian and Malay (2007) mencatat beberapa contoh berikut ini: cerutu (charuto), kéju (queijo), keméja (camisa), kertas (cartas), lelang (leilão), mentéga (manteiga), sepatu (sapato), terigu (trigo), tinta (tinta), dan tukar (trocar).
Kedua, penyerapan kata boneca jadi boneka amat mungkin terjadi dalam konteks permainan anak-anak. Ini tidak mengherankan karena beberapa kata serapan dari bahasa Portugis memang terkait erat dengan permainan. CD Grijns dkk mencatat sejumlah contoh: bola (bola), bonéka (boneca), dansa (dança), dan dadu (dado).
Skenario yang mungkin terjadi adalah anak-anak orang Portugis-lah yang pertama-tama bermain boneka. Mungkin anak-anak Maluku lantas tertarik bermain boneka dengan anak-anak peranakan Portugis ini. Akhirnya anak-anak setempat mengenal mainan baru bernama boneca.
Bisa jadi saat boneka baru saja viral waktu itu, anak-anak Ambon merengek-rengek, ”Mama, biking beta boneka ya!” Orang tua mereka mungkin lantas memesan boneka pada ”orang dagang” Portugis, atau membeli sendiri boneka di Portugal jika mereka beruntung diajak berlayar ke sana.
Bagi anak-anak Maluku pada abad ke-16 dan 17, boneka bukan dari India. Lirik lagu di atas mungkin mereka ubah ke dalam versi bahasa Ambon, ”Beta sanang paskali, pas dengar kabar Papa mo datang, antua datang dari Portugal, bawa beta boneka yang inda lawange. Sio sayange….
BOBBY STEVEN MSFBiarawan